Kini tiba saatnya untuk Ayra mulai melakukan pekerjaan yang sudah Ia sepakati dengan Arkan, pemilik apartemen sebelah.
Setelah melakukan pekerjaannya sebagai seorang istri, walaupun tidak pernah dianggap. Ayra segera menyelesaikan semuanya dengan segera.
Dan lagi, Karel tak menyentuh sarapannya samasekali. Baju kerjanya yang sudah Ayra siapkan pun juga tak di pakainya. Alhasil, Er memakai pakaian yang menurut Ayra tidak serasi dengan jas maupun dasinya. Membuat Ayra ingin terpingkal melihatnya. Namun di tahannya karena pasti suaminya akan di pastikan mengamuk padanya.
Ayra tidak ingin lagi mengambil pusing sikap Er yang tak baik padanya. Entah mengapa di titik ini ia ingin sembuh dari penyakitnya. Jadi Ia tidak ingin memikirkan tentang Er yang selalu marah-marah padanya.
"Kak Er tidak sarapan dulu?" tanya Ayra dan di balas tatapan tajam oleh suaminya.
Ternyata mulut suaminya sudah berpindah pada matanya. Sehingga yang menjawab ucapannya bukan mulutnya melainkan mata pria itu. Sungguh Ayra malah ingin tertawa dengan pikiran-pikiran konyolnya itu. Gadis itu menunduk menahan tawanya.
Hingga Er mulai keluar dari apartemen dan menghilang dari balik pintu.
"Yasudah jika tidak mau sarapan. Aku akan membawa makanan ini ke apartemen Arkan untuk ku makan siang nanti," gumam Ayra. Lalu ia mengambil tempat bekal dan memasukkan makanan itu kedalamnya.
Ayra pun segera meninggalkan apartemen Er menuju apartemen Arkan. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja.
Ayra mencoba untuk menekan bel pintu apartemen Arkan. Siapa tahu saja pria itu masih berada di dalam. Walaupun Arkan sempat memberikan kunci cadangannya untuk Ayra.
Dan benar saja. Apartemen itu di buka dari dalam dan menampilkan Arkan di sana.
Pria itu tersenyum tipis dan langsung mempersilahkan Ayra untuk masuk kedalam. Ekor mata pria itu melirik apa yang Ayra pegang saat ini.
"Apa itu untuk ku?" tanya Arkan menunjuk kotak bekal yang Ayra bawa.
Ayra mengikuti arah tunjuk Arkan. Sontak saja aku memperlihatkan kotak bekal itu ke arah Arkan. "Apakah kamu mau?"
"Sejujurnya Aku belum mendapatkan asupan makanan pagi ini. Jika Kamu mau membaginya dengan ku, dengan senang hati Aku akan menerimanya," kelakar Arkan.
Ayra terkekeh geli dengan sikap Arkan. Ia tidak tahu jika pria itu suka sekali berkelakar seperti ini.
"Baiklah, Kau boleh memakannya. Nanti Aku akan membuatnya lagi," ucap Ayra dan langsung memberikan kotak bekal itu kepada Arkan.
Arkan menerimanya dengan senang hati. Karena cacing dalam perutnya terus saja meronta, dengan cepat pria itu segera membuka kotak bekal tersebut.
Harum makanan tersebut mencuat ke dalam indera penciumannya. Sungguh baunya sangat enak. Pria itu berharap semoga rasanya juga akan seenak baunya.
Satu suapan Arkan masukkan kedalam mulutnya. Pria itu berhenti sejenak. Matanya berbinar. Rasanya sudah lama sekali ia tidak memakan makanan seenak ini. Karena memang beberapa tahun terakhir Arkan hanya makan di restoran saja, atau kalau tidak pria itu akan membeli makanan siap saji.
Mengapa Arkan menganggap makanan yang di bawa Ayra makanan paling enak yang ia rasakan? Semua itu karena makanan itu rasanya sama dengan masakan mendiang Mamanya.
Dengan pelan-pelan, Arkan mengunyah makanan tersebut. Rasanya ia tidak ingin menelan makanan tersebut. Namun rasa lapar membuatnya mau tak mau harus menelannya.
Tak membutuhkan waktu lama. Masakan itu langsung tandas di santap oleh Arkan.
Sementara Ayra sudah melakukan pekerjaannya sejak tadi. Dia mulai membersihkan setiap sudut demi sudut ruangan yang ada di apartemen milik Arkan.
Hingga suara Arkan nyaring terdengar tengah memanggilnya. Membuat Ayra menghentikan aktivitasnya dan menghampiri sang pemilik suara.
"Ya, apa ada yang ingin Aku kerjakan untuk mu?"
"Aku hanya ingin bertanya, apakah Kamu yang memasak makanan ini?" Arkan bertanya seraya memperlihatkan kotak bekal Ayra yang sudah kosong melompong.
"Sudah habis?"
Arkan tersenyum menganggukan kepalanya. "Maaf ya, khilaf. Enak sih, Jadinya habis," ucap Arkan terkekeh.
"Ya, Aku yang memasaknya. Syukurlah jika Kau menyukainya."
"Bisa nanti siang Kau masakan lagi untuk ku?"
"Boleh. Kau mau ku masakan apa nanti?"
"Jadi boleh request?" tanya Arkan kegirangan. Kapan lagi dia akan menikmati makanan seenak masakan mendiang Mamanya lagi. Tentu saja Arkan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bahkan Arkan tidak akan segan membayar dua kali lipat gaji Ayra nanti.
"Tentu saja, asalkan ada bahan masakannya, hehehe." canda Ayra.
"Aku tidak memiliki bahan masakan apapun di kulkas. Tapi Kau tenang saja. Aku akan memesannya nanti, biar kurir yang mengantarkannya. Apa Kamu bisa memasak Adobo? Mendiang Mama ku sering memasakan makanan itu ketika Aku masih kecil. Dan hari ini Aku ingin sekali memakannya."
Ayra mengerutkan keningnya mendengar apa yang ingin Arkan masakkan untuknya. Gadis itu tahu masakan apa itu.
"Kamu mau Aku menggunakan daging apa untuk masakkan itu?" Ayra tampak sedikit ragu untuk bertanya.
Melihat ekspresi wajah Ayra, Arkan tahu apa yang menjadi masalahnya. Pria itu tersenyum. "Kau tenang saja. Aku muslim, jadi Kau bisa menggantinya dengan daging sapi atau ayam," ucap Arkan menjawab keraguan Ayra.
"Baiklah, Aku akan memasakannya untukmu."
"Terimakasih, Aku sangat suka dengan masakanmu. Aku akan menambah gaji mu nanti," ucap Arkan dan di sambut senyuman girang oleh Ayra.
"Terimakasih Kak Ar. Boleh kan Aku memanggil mu kakak?" tanya Ayra. Karena menurutnya Arkan memang jauh lebih tua darinya.
Arkan tersenyum mengangguk. Tentu saja ia akan senang bila di panggil kakak oleh Ayra. Tidak pernah ada wanita yang memanggilnya dengan seperti itu.
"Kalau begitu sampai jumpa nanti siang, Aku harus segera ke kantor. Terimakasih untuk sarapan enaknya, Ayra."
"Sama-sama, Kak Ar. Semoga harimu menyenangkan," balas Ayra.
Setelah kepergian Arkan, Ayra merasa begitu girang. Siapa yang tidak suka dengan yang. Lumayan, ia akan mendapatkan gaji dari Arkan untuk menambah biaya pengobatannya sendiri.
Ayra mulai menyelesaikan pekerjaannya. Walaupun bukan ini pekerjaan yang dia inginkan. Tapi ia merasa senang, setidaknya ia telah bekerja.
Semenjak saat itu, Arkan lebih sering pulang ke apartemennya hanya untuk merasakan merasakan masakan Ayra.
Bahkan keduanya menjadi semakin akrab. Ayra merasa seperti memiliki seorang kakak.
Namun berbeda dengan Arkan. Ia menganggap Ayra adalah gadis yang sangat tangguh dan pintar. Arkan begitu mengagumi gadis itu.
***
Sudah hampir satu bulan Ayra menjadi suami Er. Namun belum ada perubahan sedikitpun dari sikap Karel padanya.
Setelah pulang dari apartemen Arkan, Ayra merasa begitu lelah. Namun ia masih berusaha untuk menyiapkan makan malam untuk suaminya. Walaupun ia tahu jika pasti Er tidak akan menyentuh masakannya.
Ayra tidak tahu saja jika saat ini Karel sedang berada di apartemen kekasihnya, Kinara.
Ketika hati sudah mulai lelah, sudah saatnya dia harus pergi. Begitu pula dengan Ayra. Mungkin saat ini Ayra masih ingin memperjuangkannya. Berharap jika suaminya dapat mengingat semuanya tentang dirinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Vita Zhao
ah senangnya lihat arkan dan ayra makin akrab🤗🤗.
aku sangat berharap kau pergi dari kehidupan er, ayra, lagian er lagi asik sama Kirana tuh di apartemennya😏.
2022-09-15
0
lovely
ayra mnding Lo di cintai aripada mncintai mlah menyakitkan 🥴
2022-09-13
0
Widi
Ayra di tikung Arkan baru nyaho kamu Er 😏😏
2022-09-13
1