Aksi Dramatis

Ayra berjalan mendekati Karel yang saat ini masih berada di sofa ruang tamu.

"Mas." panggil Ayra.

Karel menoleh ke arah suara. Rasanya ia begitu malas menatap wajah gadis itu. "Untuk apa Kau menunjukkan wajah jelek mu itu? Pergi! Membuat ku muak saja."

"A-aku hanya ingin menawarkan sarapan untuk mu, Mas. Aku sudah membuat dua sarapan untuk ku dan untukmu." ucap Ayra hati-hati.

Tapi entah mengapa setiap kata yang keluar dari bibir Ayra begitu membuat Karel begitu marah. Pria itu beranjak berdiri dan mendekati istrinya.

"Kau adalah gadis pembawa sial bagi ku. Saat ini Kau berada di apartemen ku jadi Kau harus menuruti semua perintah dan keinginan ku. Kau mengerti?!" tutur Karel. Ia tak segan menghempaskan tubuh Ayra hingga hampir terjatuh. Ayra hanya bisa menelan ludahnya dengan ketakutan.

Karel segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian kantornya. Ia akan ke kantor pagi ini. Walaupun ia telah mengambil cuti satu Minggu, tapi Karel begitu muak jika harus melihat wajah Ayra di apartemennya. Jadi ia memutuskan untuk bekerja.

Sebelum berangkat, Karel menuju meja makan. Di sana ia melihat Ayra yang sedang menunggunya. Gadis itu menundukkan kepalanya ketika Karel duduk di kursinya.

Karel memperhatikan roti bakar di atas piring. Pria itu mengambilnya dan memakannya. Baru beberapa kunyahan, Karel langsung menyemburkan makanan itu. Pria itu berdiri dengan raut wajah marahnya.

"Apa Kau mau membunuhku huh! Kau menaruh selai kacang di dalamnya?! Dasar gadis tak berguna!" Karel melempar piring beserta roti bakar itu ke lantai. Hingga piring itu pecah berkeping-keping.

Ayra memejamkan matanya melihat dan mendengar kemarahan Karel. Ayra lupa jika Karel alergi dengan kacang. Ia bahkan juga merutuki dirinya sendiri. Namun kemarahan Karel sangatlah keterlaluan. Tidak seharusnya pria itu sampai membanting piring hingga pecah berceceran di lantai.

"Ma-maafkan Aku, Mas." ucap Ayra dengan isak tangisnya.

Karel lalu berjalan menuju Ayra dan menarik tangan Ayra menuju kamarnya. Dan mendorongnya kuat. Membuat Ayra terjatuh ke lantai dengan sangat keras.

Gadis itu merintih merasakan nyeri. Namun itu malah membuat Karel begitu puas. Ia sangat puas melihat wajah melas Ayra yang kesakitan. Menurutnya itu tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang di rasakan kekasihnya saat ini.

"Kau pantas mendapatkan semua itu!" Karel langsung menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya.

"Ini adalah hukuman mu karena Kau menjadi istri ku. Dan Aku akan membuat mu semakin menderita lagi nantinya!" Karel langsung meninggalkan apartemennya. Ia meninggalkan Ayra dalam keadaan terkunci di kamarnya.

Ayra yang mendengarnya pun menangis sesenggukan. Ia benar-benar menyesali pernikahan ini. "Kenapa Kau bisa berubah menjadi seperti ini, Karel? Kenapa Kau begitu membenciku, kenapa?" Arya memukuli dadanya yang terasa begitu sesak.

Gadis itu kembali menangis. Sepertinya ia tidak akan pernah mendapatkan setitik kebahagiaan dalam pernikahan ini.

***

Di kantor, Karel terus saja uring-uringan karena memikirkan hubungannya dengan sang kekasih. Bahkan ketika ia menelponnya, panggilannya selalu di matikan oleh Nara. Satu pesan pun tak ada yang di balas samasekali.

Karel di rundung frustasi. Dia terus saja menyalakan Ayra atas semua yang terjadi.

"Aku berjanji akan membuat hidupmu seperti di neraka, gadis sialan!" umpatnya berkali-kali.

"Permisi, Tuan. Tuan Bintang ingin bertemu dengan Anda," ucap asistennya, Varo.

Karel berdecak. Ia tahu pasti papanya akan menanyakan perihal dirinya yang sudah masuk ke kantor setelah hari pernikahannya.

"Suruh Papa masuk."

"Baik, Tuan."

Tak berapa lama pun Bintang memasuki ruangan Karel.

"Kau sudah berangkat bekerja? Bukankah Papa sudah mengatakan jika Kau boleh cuti selama satu Minggu untuk menikmati masa honeymoon mu?" Papa Bintang melontarkan banyak pertanyaan pada sang putra.

"Papa tahu sendiri Aku orang yang gila pekerjaan. Aku bosan jika harus berdiam diri selama satu Minggu, Pa. Dan istriku juga mengizinkan ku untuk bekerja." Karel berkilah.

"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari Papa kan?" tanya Papa Bintang menatap penuh selidik ke arah putranya. Berharap mendapatkan sebuah jawaban dari raut wajah sang putra.

Namun tetap saja nihil. Karel sangat mampu menyembunyikan segalanya dari keluarganya. Hingga sulit sekali untuk menebaknya.

"Memangnya apa yang Er sembunyikan, Pa?" Karel malah bertanya.

"Baiklah, Papa percaya. Jangan kecewakan Papa dan juga Mama. Aku tahu kalau Kau tidak menginginkan pernikahan mu. Tapi Papa dan Mama tahu jika Ayra adalah gadis yang baik. Jadi jangan pernah menyakitinya. Jangan sampai Kau bertindak bodoh seperti yang Papa lakukan di masa lalu," ujar Papa Bintang menasihati sang putra.

Karel hanya tersenyum samar dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Papanya.

"Ya sudah. Papa mau kembali ke kantor. Ingat pesan Papa."

"Baik, Pa."

***

Saat jam pulang kantor, Karel tak kunjung pulang kerumahnya. Pria itu kembali bertandang ke apartemen milik sang kekasih. Dia ingin mencoba peruntungannya. Siapa tahu hari ini Kinara mau bertemu dengannya dan mendengarkan penjelasannya.

Karel tidak ingat jika ia telah mengunci istrinya di dalam kamarnya. Bahkan Ia tidak memikirkan apakah sang istri lapar atau tidak.

Di sisi lain, Ayra mencengkeram perutnya yang kini terasa begitu melilit. Rasanya ia begitu kelaparan. Berkali-kali ia mencoba untuk membuka pintu kamar yang terkunci itu. Namun ia sama sekali tak berhasil membukanya.

Sungguh miris sekali nasib gadis itu. Tak di inginkan oleh suaminya, selalu di hina dan sekarang menyiksanya dengan kejamnya.

Ayra hanya meminum air putih yang ada di kamar tersebut. Sebenarnya ada kulkas kecil di sana. Namun kulkas itu tidak ada isinya.

Ayra menatap ke arah jendela. Ia mulai melangkah ke sana dan membuka jendela tersebut. Ia menatap ke sekeliling dan ternyata ada pijakan kecil di bawah jendela tersebut yang menghubungkan ke apartemen lainnya.

Rasa lapar membuat pikiran Ayra menjadi tak waras. Ia tidak ingin mati secepat ini hanya karena kelaparan. Gadis cantik itu mulai menuruni jendela kamar itu.

Pelan, ia memijakkan kakinya dan menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Ia tak berani melihat ke bawah. Jantungnya terpompa sangat cepat. Saat ini Ayra berada di lantai Lima, tentu saja tempatnya berpijak begitu tinggi saat ini. Jika ia terjatuh, sudah di pastikan jika ia akan kehilangan nyawanya. Sungguh gadis yang sangatlah nekat.

Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira jika Ayra akan melakukan percobaan bunuh diri. Dan terbukti.

Seseorang melihatnya dari arah jendela tepat di samping apartemen milik Karel.

"Hai, Nona. Jika Kau punya masalah, jangan mengira jika mengakhiri nyawa adalah pilihan yang tepat." Suara seorang pria terdengar begitu nyaring di telinga Ayra. Sepertinya pria itu begitu dekat.

Ayra menoleh ke kanan dan kiri. Ia tak menemukan sosok seseorang di sana. Hingga pria itu mengeluarkan kepalanya dari jendela dan akhirnya Ayra dapat melihat seseorang tersebut.

"Aku tidak ingin mengakhiri nyawa ku, Tuan. Aku terkunci di kamarku sendiri. Dan Aku kelaparan. Bisakah Kau menolong ku?"

Pria itu mendelik tak percaya mendengar ucapan Ayra. Tak pernah ia melihat seorang gadis yang begitu nekat hanya karena merasa lapar.

Terpopuler

Comments

Vita Zhao

Vita Zhao

bintang lihatlah anakmu, dia lebih kejam daripada kamu😭😭.
kasian ayra, er kenapa bisa melupakan ayra🥺🥺

2022-09-15

0

lovely

lovely

jangan terlalu bodoh thour tokoh ceweknya mau aja di injak2 harga diri usanya nerima siksaan dan nangis doank mnding kbur aja daripada tersiksa cari kebahagiaan di luar sana 😠

2022-09-08

0

Widi

Widi

Keterlaluan kamu Er 😤
Ini ceritanya Er gk ingat/gk tahu kalau Ayra itu Mayra ya thor?

2022-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!