Sejujurnya Galih tak ingin marah dia hanya khawatir terjadi hal yang lebih buruk menimpa Rania, namun dia tidak bisa mengekspresikannya dengan baik.
"Kamu ada yang luka Nia?"
Tanya Mario meraih tangan Rania dan memeriksa beberapa bagian tubuhnya.
Rania hanya menggeleng karena ia merasa baik baik saja.
Namun lain halnya dengan Galih, sejak tadi mata Rania tertuju pada tetesan darah yang mengalir ditangan Galih. Sejujurnya Nia khawatir dan ingin bertanya tapi ia terlalu takut Galih malah akan marah.
"Dan, bantu Galih obati lukanya. "
Mario yang tahu dari arah tatapan Raniapun meminta Dani menolong Galih.
Keduanya masuk kedalam kantor meninggalkan Mario dan Rania.
"Nia saya minta maaf seharusnya kamu tidak ditempatkan disini. Saya tidak ingin kamu celaka Nia."
"Saya baik baik saja pak."
Hanya itu yang bisa Rania ucapkan agar Mario berhenti mengkhawatirkannya. Lagipula Rania masih selamat berkat Galih.
Akibat kejadian sebelum jam makan siang tadi, Mario memberi izin Rania untuk pulang lebih awal. Ia bisa menyelesaikan pekerjaannya di rumah jambu. Sementara Mario menepati janjinya menemani sang mama makan siang.
"Mario, ada apa sayang kenapa sejak tadi kamu gelisah? "
Nurani sang ibu mampu mengetahui apa yg anakny rasakan hanya dari melihat raut wajahnya saja.
Mario meletakkan alat makannya lalu menghela nafas.
"Mam, seseorang hampir celaka karena aku. Aku merasa bersalah dan tidak tahu harus berbuat apa."
Sejenak sang mama tersenyum tipis.
"Jadilah pria yang bertanggung jawab, jangan menaruh seseorang itu dalam kesusahan. Atau kamu akan menyesal nantinya."
"Mama emang terbaik. "
Mario menggenggam tangan perempuan paruh baya yang amat ia cintai didunia ini.
"Iya tapi tetap kamu akan memilih pasangan hidupmu kelak, membuat mama iri. "
"Mam please, kalian semua sangat berarti bagi Mario."
"Wait, berarti kamu sudah menemukannya?"
Sang mama sangat antusias mendengar apa yang Mario ucapkan baru saja.
"Hem,,, masih proses mam, nanti kalau sudah fix akan Mario ajak ketemu mama sama papa."
Merasa malu dan belum saatnya Mario menghentikan obrolan mereka dengan beranjak dari kursi.
"Ma Mario harus kembali ke kantor, mama hati hati dijalan ya."
Cup,,,
Mario mengecup pipi sang mama kemudian pamit pergi.
Galih meringis merasakan perih pada tangannya yang diduga tergores kayu yang berserakan. Kini ia menyesal sudah terjebak diantara urusan Mario. Awalnya dia iseng ingin memberi Mario pelajaran.
"Loe aneh Gall, tidak biasanya loe memperlakukan wanita kasar dengan ucapan menyakitkan loe. Jangan jangan,,, "
"Buang prasangka loe jauh jauh Dan, gue hanya sedang menikmati pembalasan dendam."
Seringai nya menakutkan bahkan mampu membuat Dani khawatir akan terjadi peperangan diantara Galih dan Mario.
"Please kali ini jangan ganggu Mario Gall, dia berhak bahagia."
Dani menatap Galih penuh harap agar permintaannya dituruti.
"Dulu dia yang mengacaukan hidup gue Dan, sekarang saatnya keadaan berbalik."
Galih bangkit dari sofa kemudian keluar ruangan menuju kursi Erik.
Jangan tanya Erik, kini jantungnya tengah berdegup kencang melihat Galih menghampiri dirinya.
"Alamat rumah Rania!"
Pinta Galih tanpa basa basi.
Erik yang paham akan maksudnya langsung mencari kertas memo dan menuliskan alamat kos Rania. Harusnya Erik minta izin lebih dulu pada pemilik alamat namun ia terlalu takut menolak Galih.
Tidak ada ucapan Terima kasih, Galih pergi begitu saja mungkin akan menemui Rania pikir Erik.
Sore harinya Rania berniat mencari makan setelah bangun dari tidur siangnya. Sejak pagi perutnya belum menerima asupan makanan.
Saat Rania keluar gerbang ia sangat terkejut melihat Galih baru saja keluar dari mobilnya. Apa lagi yang pria ini inginkan ? Jujur Rania tidak ingin bertemu dengannya dalam keadaan lapar.
"Saya datang ingin meminta kompensasi,,, "
Galih menunjukkan luka di telapak tangan kanan yang sudah diperban.
Rania bahkan baru ingat kalau lukanya di tangan kanan, itu artinya Galih tidak bisa membuat rancangan lagi karena dirinya.
"Saya benar benar minta maaf, mungkin bapak bisa potong gaji saya sebagai kompensasi."
Ah Galih sangat menyukai ekspresi Rania, tertekan juga merasa bersalah.
"No, saya gak butuh uang. Tapi cukup dengan waktumu saja."
Kembali Galih menunjukkan seringai jahatnya.
"What's that? "
Padahal Rani a dongkol dengan ucapan Galih, namun kenyataannya Galih memang sangatlah kaya.
"Nanti malam jam sembilan orang saya akan jemput kamu, pakai gaun pesta dan tidak ada penolakan."
Sebelum pergi Galih memberikan Rania lunch box dari restoran ternama. Sebagai bentuk ucapan maaf karena sudah kasar pada Rania tadi siang.
Rania dibuat tak sabar oleh waku yang berjalan begitu lambat, ia sejak tadi mencoba beberapa baju pesta namun merasa tidak ada yang cocok. Hingga pilihannya jatuh pada dress brokat berwarna merah maroon. Sangat segar dengan warna kulitnya yang putih bak susu.
Rania tidak bisa menolak karena ini merupakan bentuk ucapan Terima kasih pada Galih karena sudah menyelamatkannya.
Sesuai janji seorang driver sudah menanti Rania di depan gerbang tepat jam sembilan malam. Dengan sopan membukakan pintu untuk Rania di kursi penumpang.
Setelah perjalanan menempuh sekitar tiga puluh menit Rania tiba di tempat tujuan. Ya, sebuah hotel yang menjulang tinggi. Perasaannya mulai khawatir mengingat riwayat Galih yang seorang player.
"Silakan nona, tuan Galih sudah menanti di lantai sebelas."
Ucap sang driver yang tidak mengantar Rania masuk kedalam.
Dia hanya memberi akses lift agar Rania bisa naik.
Ting,,,
Pintu lift yang terbuka membuat semua orang yang berada diruangan menoleh kearah Rania.
Takjub, terpaku, bahkan kagum melihat paras Rania yang sangat anggun. Dress lengan panjang seukuran lutut tidak menutup aura seksinya. Sepatu hak berwarna hitam berukuran tujuh senti mempercantik kaki jenjang Rania.
Galih sadar akan perhatian mereka terlalu berlebihan pada Rania segera menjemputnya.
"Ini acara apa? "
Bisik Rania pada Galih.
"Birthday party kolega. "
Tatap mata Galih tidak bisa diartikan, Rania yang biasanya mengenakan celana saat bekerja sangat berbeda dengan penampilannya malam ini.
"Waw Galih, tidak biasanya kamu ke acara formal membawa perempuan. Siapa dia beb? "
Ratu acara menghampiri keduanya lalu mengajak Rania cipika cipiki.
"Yah anggap saja dia lain dari yang lain."
Jawab Galih enteng.
Perempuan itu tersenyum mengerti.
"Siapa namamu sayang? "
Tanyanya ramah.
"Rania, Rania Adnan."
Rania membalas jabatan tangan perempuan cantik nan seksi itu.
"Aku Stefani, orang tua kami adik kakak." Menunjuk pada Galih, sekarang Rania paham.
"Tapi tadi,,, "
Rania bermaksud ingin memberitahu Stefani kalau Galih menganggapnya kolega.
"Oke cukup perkenalannya Rania kamu akan mengambil minuman lalu duduk di kursi."
Galih menuntun Rania dengan menggandeng pinggangnya namun Rania merasa tidak keberatan.
Acara berlangsung begitu meriah dan santai. Beberapa kali orang menghampiri meja Galih dan mengajaknya berbincang. Rania merasa dirinya tidak bisa nyambung dengan orang orang kenalan Galih. Maklum Rania hanya pegawai kantoran biasa yang tidak memiliki jabatan maupun bidang usaha.
Hingga tiba pada inti acara yaitu penampilan disk jockey. Semua tamu berhamburan mendekati panggung. Galih menarik tangan Rania tanpa aba aba membuatnya terkejut.
"Saya tidak bisa pak. "
Batin Rania, ingin rasanya ia menolak namun mulutnya malah diam membisu.
Dentuman yang menarik tubuh begitu memanjakan, semua hanyut dengan musik up beat. Penatnya bekerja biar dihilangkan dengan kegembiraan seperti ini. Ada juga beberapa yang menari sambil memegang gelas wine, Champagne bahkan botol beer.
"Rileks Rania, kamu bebas melakukannya disini."
Teriak Galih pada Rania, ia juga menyodorkan botol beer pada Rania yang langsung menggelengkan kepalanya.
"Saya akan menari tapi tidak untuk minum."
Balas Rania.
Rania benar benar merasa jiwanya bebas, senyumannya tak pernah luput. Galih ternyata laki laki yang gentle juga penuh perhatian. Meski caranya memperlakukan Rania hanya sebatas partner pesta ia cukup senang.
Galih meninggalkan Rania yang menari bersama Stefani sementara dia akan mengambil botol ketiganya. Rania tidak heran kalau Galih memang pemabuk, kehidupan malamnya sudah diketahui banyak orang.
Namun tanpa Galih sangka seorang laki laki mendekati Rania menempelkan tubuhnya agar merasakan sensasi berbeda dalam menari. Stefani mendorongnya berusaha melindungi Rania. Namun Rania masih belum sadar karena terlalu asik.
Mata Galih memerah melihat perlakuan lelaki hidung belang di hadapannya. Lantas dia langsung menarik kerah lalu membanting tubuhnya ke lantai.
Semua orang terkejut namun musik terus berjalan sesuai aba aba Stefani. Seperti paham tabiat sepupunya Stefani menarik Rania menjauh dari kerumunan.
"Biarkan Galih menyelesaikannya."
Ucap Stefani pada Rania yang menampilkan ekspresi cemas.
"Tapi aku takut dia dalam masalah."
"Tidak ada yang berani melaporkan Galih, anggap saja dia sedang sial menjadi lawan berlatih seorang Galih Hartono."
Hingga Stefani menarik Galih tanda semuanya sudah cukup lalu driver yang tadi menjemput Rania mulai membantu kenapah tubuh Galih yang mabuk.
"Ini kartu namaku Rania, tolong hubungi aku kapanpun."
Sebelum Rania pergi Stefani memberinya kartu nama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments