Pilihan Hati Rania

Pilihan Hati Rania

Tetangga masa gitu

Jika Hawa milik Adam begitupun juliet cinta abadi sang romeo. Apa mungkin seorang gadis biasa seperti Rania akan bertemu dengan pangerannya ?

Laki laki tidak begitu melihat keindahan darinya, terabaikan bahkan tereliminasi dari daftar incaran mereka.

Yang ada ia hanya menjadi bayang bayang sahabat karibnya. Bertubuh seksi bak model profesional dan memiliki kecantikan paripurna. Mereka berlomba lomba ingin bisa menjadi kekasih Cecil teman kantor Rania.

Rania baru tiga bulan dipindahkan ke kantor pusat di sebuah perusahaan kontraktor terbesar kedua di Indonesia. Setelah sebelumnya ia bekerja di anak perusahaan selama satu tahun. Rania masih merasa asing bekerja dikantor sekarang karena kebanyakan dari rekan kerjanya yang memilih masing masing dalam bergaul. Untung saja ada Cecil, dia mau menjadi teman Rania sejak pertemuan pertama keduanya.

Rania jadi rindu suasana kantor cabang, dimana hangatnya pertemanan bisa jadi obat penguat ketika penatnya bekerja. Namun ada luka lama disana yang kembali menganga jika ia mengingat masa lalu.

Rasa sakit juga sesak didada membuatnya menghembuskan nafas berat.

"Huuuh . . ."

Rania mendongak berusaha agar cairan bening tidak keluar dari matanya.

"Kamu lelah ?"

Tanya seseorang secara tiba tiba. Pasalnya ketika naik Rania merasa sendiri di rooftop kantor, sebuah area baru tempat Rania menghabiskan sisa waktu istirahatnya.

"Ah tidak, saya hanya teringat masa lalu."

Singkat jawab Rania karena ia tak kenal siapa lawan bicaranya yang kini tengah menyulut sebatang rokok dari saku jasnya.

"masa lalu tidak untuk dikenang, cukup masa depan yang harus diperjuangkan."

Kata kata itu Rania seperti pernah mendengarnya namun entah dari mana.

"Yo, ayo balik ! Dah beres nih." seseorang muncul dari pintu satu satunya akses masuk ke rooftop.

"Tunggu dimobil nanti gue nyusul"

Setengah berteriak laki laki bertubuh tinggi dan berbadan cukup kekar dengan stelan jas press body berwarna hitam bludru begitu cocok ia kenakan, wajahnya yang sawo matang menunjukkan ciri khas pria Indonesia.

"Nama saya Rio, saya harap kita bisa mengobrol seperti ini lagi nanti."

Sebelum pamit Rio sempatkan memberitahu namanya pada Rania.

"Take Care !"

Sahut Rania saat Rio hendak memegang handle pintu kemudian sudut bibirnya sedikit terangkat.

Menjelang jam pulang kantor Rania masih dibuat penasaran oleh laki laki tadi. Ia sudah hafal semua karyawan dikantor pusat namun ia tidak tahu siapa Rio. Kebetulan sekali Cecil tiba mengajaknya pulang bareng.

"Nia kenapa melamun ?"

Tanya Cecil mengamati wajah bingung Rania.

"Cil apa kamu kenal dengan Rio ? Memang dia dibagian mana ?"

Pertanyaan Rania membuat Cecil sedikit berpikir keras.

"Ah tidak ada namanya Rio, ada juga Romario Sastra Wijaya. Memangnya ada apa Nia kok kamu tanya itu ?"

Cecil menunggu jawaban Rania.

"Oh iya itu mungkin orangnya, tadi ketemu di rooftop gak sengaja."

"Hah serius kamu Nia ? Kok kamu tidak cerita sih tadi ada pak Mario, kan aku juga ingin lihat wajah aslinya Nia."

Rengekan Cecil seperti bocah tidak kebagian permen disertai hentakan kakinya beberapa kali.

"Memang siapa Romario Sastra Wijaya itu Cil ? Bukan artis kan, kenapa kamu ingin bertemu dia ?"

Rania sangat bingung kenapa sahabatnya ini ingin sekali bertemu pria bernama Mario. Cecil memutar bola matanya jengah mendengar kepolosan Rania.

"Nia, , , begini sayang Romario atau Mario itu CEO di perusahaan kita yang tidak lain adalah putera tunggal pemilik perusahaan kontraktor terbesar di Indonesia yaitu Sastra Wijaya. Jelas aku ingin sekali berjumpa dengan pak Mario, semua karyawan hanya bisa melihatnya sekilas saat dia berlalu lalang dikantor ini. "

Panjang lebar Cecil menjelaskan hingga ia harus menghela nafas panjang.

"Begitu ya Cil, hmmm aku melihatnya dari jarak cukup dekat tadi. Orangnya ramah dan supel."

Jika Rania tahu itu bosnya mungkin ia akan bersikap lebih sopan lagi tadi.

"Jelas dong, dia sering dijuluki Angel karena hatinya yang lembut. Berbeda sekali sama CEO yang sudah seperti iblis. Meskipun semua kaum wanita terpesona dan jatuh cinta padanya, lebih banyak lagi yang patah hati dan hampir gila karena diputusin. "

Cecil beegidik membayangkan sosok yang ia sebut iblis.

"Memang siapa dia? "

Rania tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya lagi. Maklum sebelum pindah ke kantor pusat ia tak terlalu tahu menahu soal kalangan borju.

"Galih Hartono, anak tunggal pengusaha properti nomer satu. Ia juga merangkap sebagai arsitek di perusahaannya. Galih dan Mario sering kolaborasi dalam mega proyek tapi sesungguhnya mereka berdua itu musuh bebuyutan."

"Aduh Cil aku pusinglah dengerin kamu cerita soal anak anak konglomerat. Mending aku siap siap pulang, capek nih pengen pijit."

Rania hendak menuju mejanya namun lebih dulu ditarik Cecil.

"Sebentar Nia, aku minta tolong sama kamu kalau ketemu pak Mario lagi kasih tahu ada wanita cantik nan sexy bernama Cecil di kantornya."

Cecil yang memiliki tubuh mirip Anya Geraldine itu merangkul lengan Rania manja.

"Iya iya, itupun kalau ketemu lagi."

Rania hanya bisa menggelengkan kepalanya heran oleh tingkah Cecil.

Sore harinya sepulang kerja Cecil kembali ke kosan super elitnya di bilangan S. Ia terpaksa harus mengeluarkan uang dua juta rupiah setiap bulannya untuk biaya kos. Hanya rumah jambu yang jaraknya cukup dekat dengan kantornya. Beruntungnya itu sudah termasuk biaya air, listrik dan laundry seminggu sekali.

"Halo Nia, baru pulang? " Sapa salah satu penghuni kos, ia mahasiswi kedokteran yang sebentar lagi akan koas.

"Hai Bell, belum mulai koasnya?" Jawab Nia sembari membuka pintu, kamar mereka bersebelahan.

"Mulai minggu depan, oh iya Nia denger denger ada tetangga baru disebelah kamar kamu tapi katanya cowok. "

Nia menghela nafas mendengar berita buruk untuknya karena ia harus mempersiapkan mental nantinya.

"Well, semoga kali ini bukan orang rese ya Bell. Aku masuk dulu."

Usai pamit pada Bella Rania segera mengganti pakaian dengan piyamanya yang belum sempat di laundry. Ia sengaja tidak mandi dulu karena akan ada kang pijat sebentar lagi.

Rania merasa heran kenapa tubuhnya mudah lelah padahal ia hanya duduk didepan komputer setiap harinya. Ke lapangan juga jarang, paling saat ia diperintah atasannya untuk cek kebutuhan projek.

Tok tok tok

Suara pintu kamar Rania tiba tiba ada yang mengetuk. Ia bangkit dari kursi kerjanya untuk membukakan pintu.

"Hai, , "

Sapa seseorang dihadapan Rania, alangkah terkejutnya Rania yang mengira itu adalah mbok yang biasa ia gunakan jasanya.

"Kamu, , I mean pak Mario ada hal apa sampai kemari ? "

Rania dibuat heran pasalnya sang bos tahu dimana ia tinggal. Apa sebegitu berkesannya pertemuan pertama mereka? Pikir Rania.

"Saya kira tetangga kos saya bukan kamu, maaf mengganggu. Saya hanya ingin meminjam sapu dan alat pel."

Mario nyengir kuda mendapati keberadaan Rania sebagai tetangganya.

"Just for a moment,, "

Rania masuk kedalam untuk mengambil barang yang Mario butuhkan.

"Ini, sorry to say but pak Mario tolong jangan putar musik kencang ya soalnya saya butuh ketenangan. Thanks before. "

Ucap Rania usai menyerahkan sapu dan pelan ketangan Mario.

Mario hanya tersenyum simpul mendengar perintah Rania. Menurut Mario Rania begitu sekenanya saat bicara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!