Mengsalting

Rania tertidur sangat lelap usai dipijat langganan nya. Ia bahkan tak mendengar Mario beberapa kali mengetuk pintu kamarnya. Ketukan pertama Mario hendak mengembalikan alat pembersih yang ia pinjam, kedua dia bermaksud memberi light snack sebagai ucapan Terima kasih sekaligus pindahan kos.

"Mungkin dia sudah tidur. " Batin Mario kembali ke kamar dengan menenteng snack bucket ditangannya.

Keesokan paginya Rania dan Mario sama sama bangun, mereka kini hanya terhalang dinding kamar. Rania sangat suka suasana ketika ia baru bangun tidur, damai dan penuh rasa semangat memulai aktifitas. Ia selalu bangun tepat disaat adzan subuh berkumandang. Meskipun dirinya tak sereligi orang tuanya, Rania berusaha untuk tetap menjalankan ibadah lima waktu.

"Hemmm enak sekali badanku setelah dipijat. " Rania tidak lupa melakukan pemanasan sebelum mandi.

Dikamar sebelah Mario sudah membuka jendelanya meskipun masih dalam keadaan gelap. Udara pagi memang sangat menyegarkan.

Anak Tuhan ini tidak lupa mengucap doa yang selalu ia panjatkan setiap ia bangun pagi. Bukan tanpa alasan Mario memilih kos di Rumah Jambu, selain dekat dengan kantor Mario enggan harus pulang kerumah keluarga yang jaraknya dari selatan ke utara. Baginya melelahkan, ia berjanji pada sang mama akan pulang di hari weekend.

Padahal untuk ukuran Mario ia bisa saja tinggal di sebuah griya tawang mewah. Namun ia sudah terbiasa hidup mandiri, toh ia hanya membutuhkan kamar untuk tidur. Selagi ada smart TV dan laptop semuanya aman terkendali, karena Mario sangat suka menonton film.

"Selamat pagi pak Mario"

Sapa Rania secara terpaksa ketika mereka bertemu didekat tangga.

"Pagi, saya tidak mengganggu tidurmu kan semalam? Soalnya saya habis nonton film. " Tanya Mario memastikan, namun bagi Rania itu seperti menyindirnya.

"Sepertinya tidak, kalau begitu saya duluan pak permisi. "

Rania bergegas menuruni anak tangga namun ia tersandung kakinya sendiri dan hampir jatuh. Beruntung Mario sigap menangkap lengan Rania.

"Hati hati, kamu baik baik saja? "

Mario cukup terkejut namun refleksnya sangat baik.

"Terima kasih, saya sudah sangat terlambat untuk menunggu bis." Nia melepaskan genggaman tangan Mario dan kembali berjalan meninggalkan kos rumah jambu.

"Kalau begitu kamu ikut saya, supaya langsung berangkat." Langkah Mario cepat mengejar Rania.

"Tidak usah pak Terima kasih. "

Tolak Rania datar.

"Hey, kamu kenapa? Saat di rooftop sikapmu tidak sejutek sekarang. Apa saya ada salah sama kamu? "

Tiba tiba Rania diberi pertanyaan aneh dari mulut Mario.

Rania bukannya menjawab ia malah terkekeh geli. "Pak Mario bos saya, that's it."

"Apa atasan dan karyawan tidak boleh atau dilarang berteman? Buka pikiranmu jangan terlalu kolot."

Mario hendak meraih tangan Rania dan menariknya kedekat mobil sedang mewah keluaran teranyar miliknya. Namun Rania menepis dan memilih meninggalkannya.

Rania hanya takut ini semua akan bertambah runyam jika dirinya menerima ajakan Mario. Ia trauma jika harus berhubungan dengan orang berjabatan tinggi ditempat kerjanya.

Dulu sebelum Rania bergabung di perusahaan Wijaya Karya corp. Dirinya sempat bekerja di bidang pariwisata. Ia didekati oleh seorang General Manager, muda dan berprestasi dalam pekerjaan. Awalnya Rania selalu menolak namun karena semakin lama pria bernama Bayu terlihat tulus akhirnya Raniapun luluh.

Hampir dua tahun mereka menjalin asmara, Rania dihadapkan beberapa masalah dengan Bayu. Mulai dari Bayu yang masih suka pecicilan sana sini pada perempuan, bahkan terparah Bayu selalu menuntut untuk making love dengannya.

Menjelang anniversary ke dua tahun Bayu hampir saja memperkosa Rania, beruntung Rania bisa berkelit dan membentengi diri. Itu menjadi pertemuan terakhir keduanya diluar pekerjaan. Yang artinya mereka putus secara tidak baik baik. Rania yang polos selalu mencurahkan isi hatinya pada sang sahabat Ririn.

Satu minggu setelahnya Rania terkejut bukan main, ia mendapat kabar bahwa Bayu dan Ririn akan menikah seminggu lagi. Semua teman kantor diundang kecuali dirinya. Apa Rania marah? Tentu tidak, bahkan ia sempat memberikan selamat pada Ririn melalui pesan singkat.

"Eh kan si Ririn udah hamidun dua bulan tahu sama pak Bayu."

Bisik seorang karyawan di toilet wanita, tanpa mereka tahu ada Rania dibalik bilik toilet.

"Gila ya si Ririn nikung sahabat sendiri, padahal Rania selalu bantuin tugas kantornya, traktir dia makan, minjemin duit segala deh pokoknya. "

Tambah yang lainnya.

"Kira kira Rania sudah dijebol pak Bayu belum ya? Kasian sih kalau udah, tragic deh pokoknya. "

Karena masalah pribadi Rania memilih mengundurkan diri secara baik baik dari perusahaan penyedia jasa perjalanan wisata itu. Namun Ririn yang tidak Terima dirinya menjadi karakter antagonis melabrak Rania ketika ia tengah membereskan keperluan kantornya.

Plak. .

Tamparan cukup keras mendarat di pipi Rania hingga memerah. Ririn tiba tiba naik pitam.

"Dasar *****, beraninya playing victim. Kamu kan yang menyebarkan gosip murahan di kantor? Nih aku bayar semua yang pernah aku Terima dari kamu. Bayu itu milih aku karena kamu udah ga virgin katanya, minta dinikahin Bayu enak saja. Jangan pernah ganggu calon suamiku lagi, awas kamu. "

Apa Rania menerima uang puluhan juta itu? Jawabannya tidak, karena ia tulus membantu Ririn. Yang ia rasakan hanyalah kebas dihatinya. Ia tidak bisa marah, sedih, kecewa bahkan menangispun tak ada air mata yang menetes.

Begitu mudahnya Tuhan membolak balikan hati manusia. Ririn yang selalu mendengar apapun masalah Rania dan Bayu malah berbalik menusuknya.

Padahal hanya Rania, Bayu dan Tuhan yang tahu bagaimana keadaan yang sesungguhnya. Setelah adegan pelabrakan Rania benar benar menghilang dari peradaban. Ia malu, malu karena dirinya jadi bahan gunjingan orang orang atas apa yang tidak ia lakukan. Padahal di kontrak Rania masih harus absen sampai akhir bulan.

Namun saat gajian tiba ia masih menerima gaji penuh, tunjangan masa jabatan, bonus dan pesangon.

"Anggap saja itu salam perpisahan dariku, semoga bermanfaat. " Pesan email yang dikirim Bayu pada Rania. Rania hanya menatap acuh.

Tingkat sakit tertinggi Rania ketika ia harus berpisah dari orang tuanya demi merantau ke Jakarta. Hanya karena sebuah rasa Rania rela pergi jauh untuk bisa melupakan luka yang hingga hari inipun masih sangat amat perih.

Waktu perjalanan Rania habiskan dengan hanya melamun, tatapan juga pikirannya kosong jauh menerawang. Ia duduk di bangku penumpang dekat pintu keluar. Saat bis berhenti di halte seseorang tiba tiba menarik tangan Rania menyadarkannya.

"Lepas pak, saya bisa jalan sendiri"

Berontak Rania pada Mario yang ternyata mengikutinya sejak dari kos rumah jambu.

"Sorry Rania, saya tidak ingin kamu terlambat itu saja." Mario merasa bersalah telah lancang melakukan kontak fisik.

"Pak Mario tahu dari mana nama saya Rania?"

Tanya Rania karena ia memang belum pernah menyebutkan namanya pada Mario.

"Hahaha Rania Rania, sejak saya bertemu kamu di rooftop saya sudah tahu profil kamu dari data karyawan. Memang siapa yang sering kasih perintah kamu ke lapangan kalau bukan saya? Hanya saja baru kemarin kita akhirnya bisa bertemu. "

Masuk akal penjelasan Mario dapat ia Terima.

Rania bingung dengan sikap Mario yang terus mengikutinya, ia tak ingin menjalin relasi diluar pekerjaan dengan bosnya itu. Sebisa mungkin Rania harus menghindar dari Mario.

"Saya masuk duluan pak, permisi. " Rania akhirnya pamit. Mario memperhatikan perempuan yang tingginya kira kira seratus enam puluh dua sentimeter itu memiliki suara husky, terdengar dalam dan berat.

"Suara Rania candu sekali."

Gumam Mario dalam hatinya.

Tanpa mereka sadari sepasang mata menyaksikan interaksi keduanya sejak turun dari bis. Dia bahkan mengerutkan dahinya beberapa kali saat tahu kebiasaan baru Mario. Mario yang tidak pernah naik bis kemanapun, Mario juga jarang bisa senyaman itu didekat perempuan. Dirinya bahkan selalu meledek kalau Mario itu penyuka sesama jenis karena tidak pernah meniduri pacarnya.

"Romario, gue tahu sekarang kelemahan loe. " Senyum iblisnya muncul seperti kabar yang beredar.

Lalu pria putih bermata sipit itu menancap gas menuju basement sebuah perusahaan besar dengan gedung yang menjulang tinggi.

Brak. . .

Pintu ruangan CEO terbuka tanpa diketuk terlebih dulu, membuat yang punya mengalihkan pandangan dari setumpuk berkas dihadapannya.

"Jika hanya ingin bermain main lebih baik loe balik sebelum gue hajar."

Tatap mata Mario tajam tanpa berkedip sekalipun.

"Calm down Rio, gue kesini malah ingin memberi loe projek besar asal dengan satu syarat."

Plak,,

pria dengan stelan jas berwarna gray itu melempar sebuah map di meja tamu.

"Mobil? Penthouse? Or a ***** girls? You can take anything."

Dari judul proposalnya saja Mario sudah tergiur karena ditaksir akan mendapat untung besar.

"No, syarat gue sederhana. Gue ingin mengerjakan projek ini disini dikantor seorang Romario Sastra Wijaya calon penerus Wijaya Karya corp."

pernyataan rivalnya sontak membuat Mario terkejut, ia penasaran apa mau dari si bad boy dihadapannya ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!