Rania melamun didalam taxi, dari sekian banyak tempat kenapa ia harus kembali bertemu dengan Mario? Rania hanya wanita biasa dimana ia juga merasa terpesona oleh sosok Mario. Apalagi hanya dia yang bisa sedekat itu dengan sang bos diantara karyawan kantor lainnya.
Apa Rania harus memikirkan mencari tempat kerja yang baru demi melarikan diri dari sesuatu yang bahkan belum ia coba. Namun logikanya mengingatkan bahwa Rania hanya perlu acuh terhadap apa yang membuatnya tak nyaman. Ia akan berusaha mengabaikan Mario dan niatan pertemanannya.
Sesampainya didepan gerbang rumah jambu, Rania berniat membeli minuman ditoko sebelah. Ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah cukup lama menunggunya.
"Bayu?,, "
Rania terperanjat kaget bertemu kembali dengan orang yang telah menggoreskan luka dalam dihidupnya.
"Nia,,, bisa kita bicara sebentar? "
Tanya Bayu ragu jika Rania mau menerima ajakannya.
"Untuk apa lagi, kamu belum puas menghancurkan semuanya? Tolong kedepannya jangan pernah muncul dihadapanku.".
Rania berusaha menghindari Bayu namun tangannya dicegah oleh Bayu secara kasar.
" Lepas atau aku teriak! " Ancam Rania pelan namun penuh penekanan, ia tak ingin membuat kegaduhan apalagi keadaan sudah cukup malam.
"Aku cuma ingin minta maaf Nia, ternyata apa yang kita tanam itu yang kita tuai Nia. Aku salah memilih pecahan kaca dan membuang berlian seperti mu. Bayi yang Ririn lahirkan bukan darah daging ku, aku hanya penyelamat untuk statusnya. Nia ternyata Ririn memanfaatkan ku disaat kekasihnya tak ingin bertanggung jawab. Ririn juga titip salam agar kamu mau memaafkannya. Kalau kamu berkenan kunjungilah Ririn dan anaknya di Sanur. Aku tengah memproses perpisahan kami Nia."
Panjang lebar Bayu menyampaikan niat tulusnya pada Rania yang selalu menjadi pendengar yang baik. Untuk Bayu maupun Ririn sejak dulu.
"Aku sudah memaafkan kalian sejak lama, kamu bisa pulang sekarang Bayu aku ingin masuk."
Rania melepaskan genggaman Bayu dan meninggalkannya begitu saja.
Andai saja Bayu bisa berpikir jernih saat itu, ia mungkin sudah hidup bahagia bersama Rania. Karena sejatinya apa yang terbaik menurut kita belum tentu sepenuhnya benar.
Tanpa sengaja Mario mendengarkan percakapan mereka sejak Rania bertemu Bayu tadi. Kecepatannya mengendarai mobil mampu menyusul taksi yang Rania tumpangi.
Kini Mario sedikit paham kenapa Rania seperti menutup diri padanya. Ada luka dalam yang belum sembuh di hati Rania. Kasihan dia mengalami hal menyakitkan diusianya yang baru genap dua puluh dua minggu depan.
Dia segera masuk tanpa menghiraukan kehadiran Bayu yang masih tampak menyesali semuanya. Mungkin memang benar seharusnya Mario tidak memaksakan kehendaknya pada Rania.
Waktu itu Mario meminta HRD untuk menunjuk Rania menangani proyek baru agar dirinya bisa sering bertemu dengannya. Namun kenapa perasaan bersalah malah hadir setelah mengetahui masa lalu Rania? Apa rasa ingin berteman Mario sudah berubah menjadi rasa penasaran pada Rania?
Sementara Rania merebahkan tubuhnya ditempat tidur memikirkan setiap ucapan Bayu. Apa itu yang dinamakan karma? Sejujurnya Rania sempat mengutuk mereka berdua agar rumah tangganya tidak bahagia. Ia pikir itu hanyalah sebatas ucapan melainkan sebuah do'a.
Keesokan paginya Rania berangkat pagi buta sekali dan kini sudah tiba di meja kerjanya. Ia bahkan melewatkan sarapan pagi demi mengerjakan beberapa laporan. Karena hari ini ia memiliki jadwal survey ke lapangan. Memang sesuai perintah Mario jika Rania akan mendapat gaji dobel juga tunjangan keamanan selama proyek berlangsung.
"Nia kamu rajin sekali nak,,, " Antara meledek dan memuji berbeda tipis dilontarkan Erik yang baru tiba dihadapan Rania.
"Ini menyebalkan Erika, kamu tahu dia sengaja melakukan ini padaku." Rania mulai merapikan perlengkapannya kedalam tas.
"Oh Nia sayang siapa yang kamu maksud? Pak Mario or mister black angel hem? " Erik sebetulnya tahu siapa yang Rania maksud namun ia sengaja memancing.
"Siapapun mereka aku tidak peduli Rik, yang penting aku dapat gaji dobel selama beberapa bulan kedepan."
"Hey lihat siapa yang datang,, "
Erik menunjuk menggunakan dagunya kearah luar jendela pemisah ruangan yang transparan.
"Si Iblis akhirnya akan menetap disinggah sana sang malaikat."
Sambung Erik.
Nia memperhatikan kedua laki laki tampan disebrang ruangan.
Romario jelas merupakan keturunan Jawa asli. Meskipun lahir dan tumbuh beberapa tahun di Italia dia benar benar menunjukkan karisma pria asia pada umumnya.
Sementara yang satunya biar Rania tebak kalau dia adalah Galih Hartono. Si bad boy, player, dan arsitek bertangan dingin yang konon katanya selalu dikelilingi wanita seksi.
Tiba tiba seorang laki laki yang pernah Rania temui di rooftop masuk kedalam ruangan berniat menyampaikan sesuatu.
"Selamat pagi Nia, saya Dani sekretaris pak Mario. Beliau ingin kamu berangkat bersama kami menuju proyek."
Ucapnya secara formal dan kaku. Jangan tanya reaksi Erik yang sudah terpaku terpesona melihat ketampanan Dani.
"Bisakah saya naik mobil kantor secara terpisah? "
Rania berusaha menolak.
"Ini perintah, lagipula ada beberapa hal penting yang harus dibahas diperjalanan. "
Lanjut Dani sehingga ia terpaksa berdiri mematung menunggu Rania agar cepat menyusul kedua bosnya.
Didalam mobil menuju proyek di kawasan elit di kota J suasana tampak tegang. Rania duduk disebelah Dani yang mengemudi sementara Galih dan Mario dibelakang.
"Mana ada hal penting yang dibahas, Mario mungkin sengaja memaksaku satu mobil dengannya." Batin Rania menggerutu.
"Gall lu kan bisa naik mobil sendiri, kenapa malah ikut kita sih. " Protes Mario sebal pada Galih.
"Biar efisian, BBM lagi naik kali. "
Jawab Galih enteng dengan tatapannya yang masih tertuju pada gadis dihadapannya sejak tadi.
"Bagaimana kalau saya yang turun dan naik taxi saja, supaya mobil ini tidak pengap." Celetuk Rania tanpa pikir panjang. Maklum saja Mario hari itu memakai mobil sedan mewahnya.
" Diam kamu! "
Serentak Mario juga Galih menyambar ucapan Rania. Dani hanya menggelengkan kepalanya samar.
Sesampainya di lokasi proyek Galih dan Mario sedikit kaget karena pekerjaan belum juga dimulai padahal waktu sudah cukup siang. Dani yang paham raut wajah Mario segera melakukan pangggilan telpon.
"Ini gak beres, lelet semuanya. "
Umpat Galih kesal yang entah ditujukan pada siapa. Rania sedikit takut melihat ekspresi Galih saat marah.
"Nia kamu sudah cek jadwal pengiriman bahan bakunya? "
Mario mencoba tetap tenang menghadapi situasi yang bisa merugikan mereka.
"Sudah pak, mereka siap bersedia pagi ini datang."
"Pagi ini? Kenapa baru sekarang kamu bilang hah, ini jelas salah seharusnya kemarin barang dikirim."
Teriak Galih menyela ucapan Rania.
"Gall tenang ! "
Perintah Mario.
"Maaf Pak tapi laporan pengajuan barang sangat telat sampai ke saya, jadi saya juga tidak tahu stok di lokasi ternyata sudah habis."
Rania merasa disalahkan dalam keadaan kacau ini, namun akhirnya truk pembawa bahan baku tiba di lokasi. Bersyukur Rania tidak perlu diomeli Galih lagi.
"Dan urus semuanya! " Galih meminta Danial agar mempercepat semuanya.
Sementara Rania memilih masuk kedalam kantor yang terbuat dari kontainer besar. Ia perlu menaruh perlengkapan yang dibawanya terlebih dulu.
Tak lupa Rania juga mengganti sepatunya dan mengambil safety helmet.
Ketika ia ingin mengaitkan tali helm Rania sedikit kesusahan apalagi rambutnya bertebaran tertiup angin kencang. Mario yang memperhatikan dari jauh segera menghampiri Rania lalu berusaha membantunya.
"Galih memang keras orangnya, kamu jangan tersinggung dengan ucapan dia. Ini bukan salah kamu Nia."
Mario berusaha membuat nyaman saat Rania berada di dekat nya.
Dengan lembut disertai tatapan intens Mario membantu memasang pengait helm milik Rania. Namun Rania sama sekali tidak berani melihat mata Mario.
"Iya." Jawab Rania singkat.
Galih kesal melihat adegan romantis diantara mereka berdua. Matanya yang sipit memicing telah merencanakan sesuatu entah apa saja agar Mario tidak bahagia sedikitpun.
Alih alih kerja nyata, si iblis dan si malaikat malah duduk santai di kantor memainkan handphone masing masing. Sementara Rania sibuk mengecek laporan harian bersama Dani.
"Sebetulnya mereka berdua tidak perlu repot setiap hari datang ke proyek, namun karena ada hal baru yang menarik keduanya jadi antusias."
Dani tiba tiba membuka obrolan dengan Rania.
"See, aku melihatnya saja merasa aneh. Memang hal menarik apa itu ? "
Tanya Rania penasaran padahal dia sendirilah jawabannya.
"Nanti kamu juga tahu. Oh ya Mario ada jadwal makan siang bersama ibunya, kamu bisa langsung kembali ke kantor."
Ucap Dani memberi informasi lalu ia masuk ke kantor karena sudah kepanasan.
Nia begitu sibuk hilir mudik jika sudah di proyek, hal sekecil apapun tidak bisa ia lewatkan begitu saja.
Saking fokusnya ia bahkan tidak sadar berdiri diatas katrol yang mengangkat beberapa kayu.
Beruntung Galih yang baru saja keluar melihat sesuatu yang berbahaya akan menimpa Rania, ia segera berlari untuk menjangkau tubuh gadis itu.
Bruk,,,
Suara potongan kayu akhirnya jatuh akibat muatan yang terlalu berlebih.
Beruntung Rania segera ditarik oleh Galih hingga keduanya berakhir dengan adegan berpelukan di tanah.
Semua orang yang panik mendengar suara keras tadi langsung berhamburan mendekati mereka berdua. Begitu juga Mario yang diliputi rasa panik dan takut, hatinya merasa Rania dalam bahaya.
Benar saja, Mario melihat Rania tergeletak bersama Galih di sebelah tumpukan kayu yang terjatuh.
Mungkin akibat shock Rania masih memejamkan matanya enggan bergerak. Galih berusaha menenangkannya dan ia refleks memeluk Rania, menuntunnya bersandar pada dada bidang Galih.
"Nia kamu baik baik saja? Apa kamu terluka? "
Galih berusaha mengangkat tubuh Rania dibantu Dani.
Saking terkejutnya Rania bahkan tidak mampu berdiri dengan baik hingga Galih menahan lengannya kembali.
"Kamu bisa jaga diri tidak? Banyak tempat aman buat kerjain laporan, kalau terjadi sesuatu kita juga yang repot."
Bentak Galih memaki Rania.
Rania hanya bisa meneteskan air mata, kakinya gemetar bercampur kesal pada Galih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments