Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit kini mereka sudah sampai di Grand Mall. Sambil menunggu waktu film dimulai mereka berjalan - jalan sekedar melihat koleksi gaun, tas dan sepatu walau tak ada niatan untuk membeli.
“ Mba Rara ... laper” rengek Sinta
“ yuk ke Kafe Tulip “ ajak Dewi
“ Ayuklah “ Sambung Rara
Setelah selesai menonton film mereka pulang dan mampir ke kafe yang lagi ngetrend dikota ini. Kafe yang lagi banyak digandrungi oleh muda mudi karena tempatnya yang nyaman dan pemandangannya juga menyejukan mata. Kafe Tulip, itulah kafe yang lagi ngetrend dikota ini pemilik sebenarnya adalah Rara namun disembunyikan karena dia tak mau ada yang mengetahui identitas aslinya. Pengelola sementara adalah Ratih sahabat Rara namun orang – orang banyak yang mengira kalau Ratihlah pemiliknya.
“ Mba Rara, Mba Ratih dah balik belum ya?” Tanya Dewi
“ Harusnya pagi jam 10 tadi dia udah sampai tapi ga tau dia masih dirumah atau udah dikafe” jawab Rara sembari mendudukan dirinya di kursi yang sudah direservasi barusan.
“Mudah – mudahan udah dikafe khan lumayan bisa minta diskon” ucap Shinta pongah ikut duduk mengikuti Rara
Rara hanya memutar bola matanya malas, Sinta memang benar benar, selalu minta gratisan. Obrolan mereka terhenti ketika waiters datang memberikan buku menu setelah memesan makanan dan minuman mereka melanjutkan mengobrol.
“ Mba ratih “ sapa Dewi memanggil Ratih di meja kasir
“ Hai” sapa Ratih mendekat kearah Rara, Sinta dan Dewi
“ Udah dari tadi? Udah pesan?dari mana kok malem sampai sini?” tanya Ratih beruntun sambil melirik Rara
“ Udah Mba diskon ya?dari Grand Mall tadi Mba jalan jalan sambil nonton” jelas Sinta
“ Oke” jawab Ratih
Pesanan pun datang memutus percakapan mereka
“ Ya udah kalian makan aja dulu aku mau kesana dulu bentar” sambung Ratih sambil berlalu meninggalkan teman – temannya namun di belakang Rara berhenti sebentar memberikan usapan pada punggung Rara sahabatnya itu.
Tinggalah mereka bertiga menikmati makanan dan minuman pesanan mereka sambil memainkan benda pipih dan pintar yang membuat semua orang candu. Sedang asyik menikmati makanan Rara dikagetkan oleh suara yang familiar ditelinganya.
“ Ra.. kok disini? Tadi katanya jalan jalan ke Mall” tanya Arta panjang lebar sambil melirik jam
‘Oh astaga ni anak kok tiba – tiba ada disini batin Rara
“Oh ini teman – teman Rara? Kenalkan Arta pacarnya Rara” jelas Arta penuh percaya diri
Rara membelalakan matanya tidak percaya Arta akan selancang itu memperkenalkan diri dihadapan teman – temannya. Bahkan Rara sudah sering bilang kalau hubungan mereka tak boleh ada yang tau, atau istilahnya backstreet.
“ Sinta”
“Dewi “
Jawab sinta dan Dewi berbarengan menerima uluran tangan Arta
“Aku boleh gabung disini?” tanya Arta
Sinta dan Dewi saling lirik tanda mereka bingung mesti jawab apa sedangkan Rara hanya acuh dan tetap menikmati jus sirsak kesukaanya.
“Arta!” Ratih menyapa Arta
“ Duduk Ar sudah dari tadi? “ Sambung Ratih
“ Oh iya Tih barusan” jawab Arta ramah
Mereka akhirnya duduk berlima disana ngobrol. Pembawaan Arta yang ramah dan supel membuat dia cepat akrab dengan teman – teman Rara. Hanya Rara yang diam padahal sebelum kedatangan Arta dia sangat menikmati waktu bersama dengan teman – temannya.
Saat asyik mengobrol tiba – tiba pelayan datang membawakan segelas jus sirsak untuk Arta padahal Arta belum pesan minuman. Mengerti dengan kebingungan diwajah Arta, Ratih angkat bicara.
“Diminum Ar aku yang pesenin kamu ma Rara khan sama kesukaannya jus Sirsak” jelas Ratih sambil tersenyum manis kearah Rara dan Arta
“ Oh.. makasih ya Tih” balas Arta cangung namun langsung meminum Jus tersebut hingga habis setengah. Walaupun Arta sangat canggung diperlakukan manis oleh Ratih.
“ Duh udah jam 9 nih” Guman Sinta
“ Emm mba Rara, mba Ratih sama Mas Arta kita pulang duluan ya?” Pamit Dewi
“Iya mba udah malem nih... udah pingin rebahan “ Sinta menimpali
“ Oke kalian hati – hati ya” ucap Rara dan dianguki oleh Ratih dan Arta
“ Iya mba kita duluan “ ucap Sinta dan Dewi berbarengan
Setelah kepergian Sinta dan Dewi tinggalah mereka bertiga Arta melirik jam tangannya dan Rara bergantian
“ Ra aku antar pulang ya?” Pinta Arta
“ Enggak usah makasih aku bareng Ratih aja” tolak Rara acuh
“ Ra aku minta maaf kalau aku tadi lancang gabung sama teman – teman kamu” ucap Arta sendu
“ Udah lupain gak usah dibahas mending kamu pulang aku sama Ratih juga mau siap – siap pulang” ucap Rara
“ Aku antar aja ya?” Pinta Arta penuh harap.
Mengerti akan kondisi yang semakin dingin akhirnya Ratih pergi tanpa pamit meninggalkan dua sejoli yang masih bersikukuh dengan keinginan masing – masing. Lama – lama dia berada diantara dua sejoli bisa – bisa membuat dia memiliki penyakit darah tinggi dan berakibat timbul keriput diwajahnya, hem... mana belum nikah pula hehehehhe.
“Baiklah kalau kamu enggak mau pulang sama aku, oke kamu pulang sama Ratih tapi biarkan aku membuntuti mobilmu dari belakang sampai kamu sampai rumah Ra” mohon Arta.
“Kamu mau jadi penguntit?” Ketus Rara memicingkan mata.
“Mana ada menguntit tetapi meminta ijin sayang” kekeh Arta yang heran dengan kelakuan kekasihnya membuatnya semakin gemas.
“Bahaya Ra kalian cewe pulang udah larut gini biarkan aku ngawal ya?” Pinta Arta kembali.
Rara memutar bola matanya malas
“Ar, aku gak pulang aku mau tidur disini sama Ratih udah ya kamu pulang aja sana” final Rara
“Oke sepertinya kamu menginap disini pilihan yang lebih tepat Ra ini udah malam, yaudah aku pulang dulu ya? Pamit Arta bangkit dari kursi dan ingin mengusap kepala Rara namun hanya melayang diudara karena Rara sudah menghindar dan jangan lupakan wajah jutek Rara dengan mata yang membola karena dia memang tidak suka terlalu dekat ataupun disentuh lawan jenis terlepas itu statusnya kekasihnya.
“Oke aku pulang ya Ra Good night” Arta beranjak pergi dan memberikan senyum termanisnya.
Setelah kepergian Arta Ratih menghampiri Rara, Ratih menatap sendu kepergian Arta sedangkan Rara acuh tak acuh semua interaksi Rara dan Arta tadi tidak luput dari pantauan Ratih. Miris memang ketika kita mencintai seseorang sepenuh hati namun orang tersebut masih abu – abu. Namun mau bagaimana lagi semua kembali kepada pilihan kita, Entah sudah berapa kali Rara ingin mengakhiri hubungannya dengan Arta namun Arta menolak itu semua.
“ Ra...” sapa Ratih sambil menghembuskan nafas pelan.
“Please Tih jangan bahas masalah Arta kamu jauh lebih tau jawabanku aku lelah” ucapnya berlalu meninggalkan Ratih yang masih membeku disana menatap sendu punggung Rara yang semakin menjauh menuju kamarnya.
Ratih hanya mendesah pelan berharap sahabat sekaligus bosnya bisa merasakan indahnya cinta kembali bisa menggapai kebahagiaannya. Setelah menutup kafe Ratihpun menyusul Rara kekamar untuk beristirahat merebahkan badan yang lelah setelah seharian berkerja mengais rezky menjemput Rahmat-Nya. Ratih merebahkan badannya, pandangannya mengarah pada langit langit atap kamar hingga tanpa sadar matapun terlelap merajut mimpi sebelum pagi kembali menyapa.
Bersambung
...****************...
Hallo readers terima kasih karena sudah berkenan untuk mampir ke karya receh author. Dan jangan lupa tinggalkan jejak like dan komennya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments