Pintu ruang meeting dibuka, aura dingin menyeruak semua peserta meeting berdiri dan menundukan kepala memberi salam hormat pada pemilik perusahaan.
“ Selamat Pagi Tuan” Sapa para karyawan sambil membungkuk
“Hm” jawaban dari tuan Andika lalu duduk dikursi yang sudah disediakan. Setelah tuan Andika duduk peserta meeting yang lainnya langsung menempati posisi masing – masing.
“ Silahkan dimulai” suara dingin pak David asisten pribadi Tuan Andika. Sepertinya mereka memang pasangan serasi, asisten dan bos sama sama dingin. Mungkin bisa dikatakan mereka berdua adalah balok es.
Meetingpun dimulai sesuai agenda meeting kali ini membahas perihal beberapa produk olahan udang yang dikembalikan oleh buyer. Meeting dipimpin oleh Pak Ronal selaku manager produksi didampingi oleh Rara asistennya. Dalam meeting Pak Ronal berjanji akan mengupayakan tidak akan terjadi lagi kesalahan itu, dan tidak akan ada lagi produk yang dikembalikan yang dapat mengakibatkan kerugian pada Perusahaan. Meeting berjalan dengan khidmat seperti upacara bendera bagian mengheningkan cipta hingga suara bariton pemilik perusahaan menghentikan persentasi dari Pak Ronal.
“ Kau tau Keong?” Tanya Tuan Andika.
“ Ya taulah tuan masak tidak tau, keong itu binatang yang jalannya lambat dan ada cangkangnya” jawab Rara dengan renyah tanpa dosa.
Rara berpikir kenapa anak dari pemilik Perusahaanya menanyakan keong, Beberapa keong memang kerap dipakai sebagai obat alternative oleh sebagian orang. Keong memiliki khasiat untuk dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Apakah bos barunya menginginkah keong batinnya.
“Apakah Tuan menginginkan keong?” tanya polos Rara hingga mendapat sikutan dan tatapan tajam dari Ronal bosnya.
‘Apa?’tanya Rara lewat sorot matanya.
‘Diam liat sekitarmu’ begitulah kira - kira arti sorot mata Pak Ronal.
“ Lambat sama sepertimu” Suara tegas dan dingin tuan Andika menggema diruangan.
Rara tersentak kaget hingga mengangkat kepalanya. Betapa kagetnya Rara seluruh mata memandangnya dengan sorot mata sulit diartikan. Tak terkecuali tuan Andika melihatnya dengan sorot mata tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Rara yang langsung menunduk, detak jantung berdetak tak beraturan dan kaki lemas seperti jelly.
“Dua kontainer yang dipulangkan, kau tau berapa kerugiannya?” Tanya tuan Andika masih dengan sorot mata tajam. Tak ada yang berani menjawab jangankan menjawab untuk mengangkat kepala saja tidak ada berani. Atau mungkin untuk bernafas saja tidak berani.
“ Over Weight, Under Weight, Salah Batch” tambah Tuan Andika masih dengan nada tegas. Namun sorot matanya tetap fokuus mengarah kepada Rara.
Ya ini adalah kesalahan sepele namun imbasnya sangat fatal terlebih kesalahanyya pada produk untuk pengiriman ke Jepang. Terlebih produk itu satu container dengan nomor faktur sama otomatis dikembalikan semua.
Buyer jepang merupakan salah satu pembeli yang sangat perfect. Kelebihan berat tiap pack tidak terima kekurangan berat juga tidak terima . Dan satu container lagi kesalahan cetak tanggal dan nomor faktur untuk bea cukai jadi ditolak juga. Ini mengakibatkan pengiriman ke Jepang juga terhambat. Harusnya sudah bisa kirim kenegara lain, tetapi karena kasusu ini pengiriman ke Negara lainpun tertunda. Wajar kalau Tuan Andika marah karna memang fatal sekali kesalahannya dan kerugian perusahaan sangat besar mungkin sepuluh tahun gaji Rara dan Pak Ronal bekerja tak sebanding dengan kerugian perusahaan.Suasana meeting hening tak ada suara apapun. Hingga entah suara dari perut siapa yang dengan beraninya memainkan nada indah disaat keadaan sedang genting.
Krucuk... krucuk...krucuk
“shit” Rara mengigit bibir bawah semakin menunduk. Semua oran saling pandang siapa tersangka pemecah keheningan. Ternyata Rara, karena buru – buru rara melupakan sarapan alhasil dia kelaparan.
“ Selesaikan segera, semua ini adalah kesalahan pertama dan terakhir. Kalau terulang kembali berhentilah bekerja kalau tidak bisa bekerja” tegas Tuan Andika
Seraya meninggalkan ruangan meeting diikuti oleh asisten pribadinya. Peserta meeting lainnya menatab iba kepada Ronal .
Setelah kepergian Tuan Andika dan pak David semua peserta meeting menghembuskan nafas lega dan bersandar dikursi. Seolah olah selama berjalannya meeting mereka tidak ada yang bernafas atau lebih tepatnya susah bernafas. Seluruh peserta kembali keruangan masing – masing tak terkecuali Ronal dan Rara. Sesampainya diruangannya Rara mendudukan dirinya di kursi tempat dia bekerja setiap hari. Tiba tiba saja dia dikagetkan oleh rekan kerjanya.
“Mba Rara” teriak Sinta histeris
“Mba tadi habis meeting sama bos besar ya? Katanya tampan, pasti tampan lah ya kaya pula , perfect” oceh Sinta panjamg lebar.
“Iya mba Rara ceritain dong “Dewi menimpali.
“ Mba Rara!!” pekik Sinta karna tak mendapat respon dari Rara. Alih – alih merespon Rara malah memejamkan matanya.
“Apasih kalian berisik banget?” Keluh Rara membuka matanya malas.
“ Ceritain tentang bos besar mba” kompak Sinta dan Dewi dengan mata berbinar.
Rara menghela nafas kasar jangankan untuk menceritakan mengingat bos besarnya saja rasanya Rara malas sekali. Untuk apa Rara mengingat orang yang telah mengatakan dirinya “KEONG” yang artinya “LAMBAT”.
“Mba Rara! kok malah bengong si?” sarkas Sinta.
“Bos besar hitam , jelek, bau dan galak” jawab Rara asal
“ Whatt?” kaget Sinta dan Dewi bersamaan
Mungkin ada yang tidak beres dengan Mba Rara pikir Sinta, Sinta reflek meletakkan punggung tangan dikening Rara dan mendapat sorotan tajam dari Rara.
“He.. he.. apakah Mba Rara becanda?” aku liat di profil Awiguna Group tuan Andika itu perfect ganteng putih dan badannya aduhaiii kekar sekali” ucap Sinta sambil meliuk liukan badannya.
“ Ra... ini sarapan dulu” tiba tiba suasana menjadi canggung saat Ronal memberikan Rara sekotak bubur ayam.
“Biasakan sarapan Ra nanti kalu sakit gimana? “ Sambung Ronal lagi dengan nada lembut dan pandangan teduh menatap Rara.
“Iya pak ini saya sarapan sekarang” langsung mengambil kotak bubur ayam yang diberikan oleh Ronal.
“Kalian ngapain masih disini kembali ketempat bekerja” Sarkas Ronal. Nada bicaranya langsung berubah saat bicara sama Sinta dan Dewi .
Sinta dan Dewi saling lirik ke arah Rara yang dilirik hanya mengedikan bahu acuh tak acuh. Untuk menghindari amarah Pak Ronal mereka berdua kembali kemeja kerjanya sebelum atasannya itu berubah menjadi macan. Hanya dengan Rara Pak Ronal bisa lembut dan menampilkan pandangan teduh, dan bukan rahasia umum lagi perihal Pak Ronal menyukai Rara.
Bersambung
...****************...
Hallo readers terima kasih karena sudah berkenan untuk mampir ke karya receh author. Dan jangan lupa tinggalkan jejak like dan komennya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments