Bab 4

Oja berada di ruangan pribadi Ibnu Saud Al Muthahar yang cukup besar. Di sisi kanan dan kiri ruangan ada rak setinggi dirinya yang menampung banyak buku-buku. Di sudut ada sebuah lemari dan tidak jauh dari situ ada meja kerja yang cukup besar.

Ibnu Saud Al Muthahar masuk beberapa menit kemudian, ketika Oja menarik salah satu buku dari rak yang berjudul A Short History of Nearly Everything by Bill Bryson.

"Itu salah satu buku yang aku sukai," kata Ibnu Saud Al Muthahar. "Satu buku yang membahas segala hal tentang apa yang telah terjadi serta tujuan-tujuan lainnya. Membacanya akan membuat ketagihan tentang ilmu Astronot dan lain-lain."

Oja menoleh, dan dengan sungkan meletakkan kembali buku itu ke dalam rak.

"Kau bisa membawanya jika kau mau," kata Ibnu Saud Al Muthahar tersenyum.

"Benarkah?" tanya Oja dengan mata berbinar. Entahlah, dia merasa sangat penasaran dengan isi buku tersebut.

Ibnu Saud Al Muthahar berjalan ke meja kerjanya, lantas mempersilahkan Oja duduk di depannya.

"Aku memintamu ke sini karena ada yang ingin kubicarakan, Nak."

Oja duduk dengan canggung di depan ayah angkatnya yang memandanginya seraya menopang dagu. Tampak menimbang-nimbang sesuatu yang entah apa.

"Aku sangat mengawatirkanmu, Nak. Apakah kau tau?" tanya Ibnu Saud Al Muthahar.

Oja meringis dan masih terlihat bingung.

"Itulah kenapa aku harus menyiapkan banyak pengawal untuk semua anggota keluarga." Tatapan Ibnu Saud Al Muthahar menerawang. "Kau adalah bagian dari keluarga ini. Keamananmu sangat penting bagiku, Nak," ungkapnya dengan sungguh-sungguh.

Ada rasa hangat yang menjalar di dalam dada Oja seketika. Sudah sangat lama dia tidak mendapat perhatian seorang ayah. Apalagi setelah ibunya pergi dan dia hanya sebatang kara.

Pernahkah kalian berpikir apa yang terlintas dalam benak setiap orang yang hidup sebatang kara?

Rasanya hampa. Hampir tidak punya tujuan. Begitulah yang pernah dirasakan Oja.

Kini, kata-kata yang keluar dari mulut Ibnu Saud Al Muthahar memberi oase pada diri Oja. Dadanya kembang kempis oleh rasa bahagia walau hanya setitik.

"Lusa aku, ibumu dan Faatin akan pergi ke Jeddah," katanya pelan. Terdengarnya berat ketika mengatakannya. "Aku sungguh ingin membawamu ikut serta, tapi aku mempertimbangkan banyak hal lain jika kau tetap di sini."

Oja tidak terlalu mengerti arah pembicaraan ini. Ada rasa bingung mendengar kalimat yang agaknya terdengar berbelit. Ayah dan Ibu angkatnya akan pergi ke Jeddah lusa? Oh, ya bersama adik angkatnya juga. Lalu bagaimana dengan dirinya? Sendiri seperti beberapa hari yang lalu juga?

Semua itu hanya pertanyaan dalam benak Oja, jadi dia hanya diam mendengarkan ayah angkatnya kembali berbicara.

"Aku menyusun sebuah perjodohan untukmu, jika kau mau."

Oja tersentak kaget demi mendengar penuturan ayah angkatnya. Sebuah perjodohan untuk dirinya?

Terdengar mengejutkan dan tidak masuk akal.

"Perjodohan?" tanya Oja dengan kening berkerut yang dijawab dengan satu anggukan mantap.

"Sa-saya belum..."

"Bukan langsung menikah, Nak. Bisa bertunangan terlebih dahulu," kata Ibnu Saud Al Muthahar.

Oja membuka mulutnya, sebelum mengatakan apa-apa dia kembali menutup mulut. Rasa terkejut membuat suasana hati Oja tidak karuan. Dia tidak bisa mengatakan apapun sama sekali.

Pada akhirnya mereka hanya saling diam sampa Oja menemukan kembali suaranya. "Dengan siapa?"

"Adikku. Ayyub Al Muthahar."

Seperti ada sebuah ghodam yang menghantam tubuh Oja detik itu juga ketika satu nama itu diucapkan sebagai orang dalam perjodohannya.

Kali ini Oja benar-benar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Di depannya Ibnu Saud Al Muthahar memandanginya dengan tatapan lembut.

Bagaimana mungkin?

Dia dengan Ayyub Al Muthahar? Bertunangan?

Ya Tuhan!

* * *

Dua hari sebelumnya di kantor AM Group.

"Perjodohan?" tanya Ayyub Al Muthahar hendak tertawa.

Di depannya Ibnu Saud Al Muthahar mengangguk tanpa terpengaruh.

"Ibumu memintaku membuat satu perjodohan untukmu. Jika kau menolak perjodohan dariku, ibumu yang akan turun tangan."

Rahang Ayyub mengatup menahan amarah demi mendengar itu. Dia bangkit berdiri dari kursinya. Ingin rasanya dia menggebrak meja, tapi itu tidak mungkin dia lakukan di depan abang sepupu yang selama ini dia hormati.

"Ibu yang meminta?" tanyanya. Meski dia tau apa jawabannya.

Nyonya Delara memang tidak pernah akur dengan putra tunggalnya. Ayyub Al Muthahar. Satu-satunya pewaris kekayaan Daud Al Muthahar. Namun, memilih jalannya sendiri dengan ikut bisnis kakak sepupunya.

Keluarga Daud Al Muthahar, adik termuda dari ayah Ibnu Saud Al Muthahar yaitu, Yousouf Al Muthahar berkediaman di Jeddah bersama kedua istrinya. Salah satunya adalah ibunda dari Ayyub Al Muthahar. Nyonya Delara.

Bukan hanya satu atau dua kali perjodohan ditawarkan Nyonya Delara kepada putranya itu, mungkin jika Ayyub masih bisa menghitungnya, semua sekitar hampir dua puluhan.

Meski selalu ditolak, Nyonya Delara tidak pernah putus asa. Hingga kini dan semakin berupaya agar Ayyub menyetujuinya.

Ayyub jelas tidak ingin menerima apa yang menjadi keinginan ibunya. Jadi, dia memandang lurus ke depan saat berkata, "Lakukan perjodohan yang kau rencanakan. Aku akan setuju." Baginya lebih penting membuat ibunya kecewa.

Ada senyum yang mengembang di wajah Ibnu Saud Al Muthahar. Dia tidak tahu bahwa semuanya akan semudah ini. "Baiklah, anakku pasti juga akan setuju."

"Siapa? Anakmu? Kau ingin aku bertunangan dengan Faatin?" tanya Ayyub ketika itu. Sebelum dia bertemu Oja.

"Oh, tidak. Aku punya satu anak angkat. Namanya Zalfaasha."

* * *

Oja duduk tercenung di balkon kamarnya. Setelah keluar dari ruangan kerja pribadi ayah angkatnya, dia seperti orang yang linglung.

Pikirannya masih menari-nari memikirkan perjodohan antara dirinya dan Ayyub al Muthahar.

Bagaimana mungkin? Tanya hatinya untuk kesekian kalinya.

"Nona, apa kau ingin mandi? Aku akan menyiapkan air hangat." Fuji menghampir Oja.

Gadis itu tidak memedulikan pertanyaan pelayannya.

"Saya sudah menyiapkan pakaian untuk Nona kenakan besok malam. Sekarang biarkan saya memijat tubuh Nona," kata Fuji tersenyum.

"Pakaian apa?" Oja kali ini menoleh ke arah Fuji.

"Untuk pertunangan, Nona." Fuji berujar senang.

Oja meringis. Dia bahkan belum menjawab iya atau tidak, tapi sepertinya Ibnu Saud Al Muthahar tidak butuh jawabannya.

"Apa paman dan keponakan bisa bertunangan?" tanya Oja kepada Fuji. Sebenarnya itu pertanyaan yang sejak tadi menari-nari di kepalanya.

Jika dirinya anak dari Ibnu Saud Al Muthahar, apa mungkin bisa bertunangan dengan adik ayahnya?

Fuji tersenyum. "Tentu saja bisa. Yang Mulia Ayyub Al Muthahar bukan adik kandung Yang Mulia Ibnu Saud Al Muthahar. Beliau putra dari istri ke dua Yang Mulia Daud Al Muthahar, adik dari ayah Yang Mulia Ibnu Saud Al Muthhar yaitu Yang Mulia Yousouf Al Muthahar."

"Ya Tuhan, rumit sekali." Oja menggeleng.

Fuji tertawa. "Begitulah. Tapi, Nona beruntung jika menikah dengan Yang Mulia Ayyub Al Muthahar."

Kening Oja berkerut.

"Dahulu beliau pemuda yang baik dan sangat penyayang," kata Fuji. "Ayo buka pakaian Nona, saya akan memijat tubuh Nona agar lebih ringan."

Terpopuler

Comments

nay

nay

suka😍

2020-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!