Detik berganti menit. Bergulir begitu saja. Sudah lima belas menit Oja menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Dia bukan jenis gadis yang suka mengusik barang pribadi atau ingin tahu urusan orang lain. Maka selama menunggu dia hanya duduk sambil menatap langit-langit ruangan kerja Ayyub, sesekali melirik ke arah pintu.
Detik berikutnya pintu kaca itu terbuka. Langkah besar-besar dari pemilik sepatu pantoffel yang mengilat seketika membuat Oja berdiri cepat, hingga hampir terjengkang. Beruntung dia bisa menyeimbangkan badan saat itu juga.
Ayyub Al Muthahar berdiri di sana. Menatap Oja dengan tajam. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya tanpa basa-basi.
"S-saya... Maaf, Yang Mulia. Saya menunggu Putri Faatin." Oja menunduk gugup.
Ayyub berjalan ke arah mejanya dan menemukan amplop kuning di letakkan di sana. File yang dimintanya kepada Faatin.
"Silahkan keluar. Aku ingin bekerja," perintahnya dingin.
Oja tersentak kaget. Lalu buru-buru keluar ruangan sebelum akhirnya pamit tanpa melihat Ayyub. Gadis itu berjalan pelan ke arah lift seraya melihat ke kanan dan ke kiri. Mencari-cari Putri Faatin.
Lama Oja menunggu, namun Putri Faatin tak kunjung datang. Dia juga tidak menemukan mobil yang membawa mereka tadi ke sini.
Oja berdiri di depan gedung kantor seperti orang kebingungan. Dia tidak melihat siapapun yang dikenalnya.
Oja tertawa miris. Memangnya siapa yang dia kenal di kota ini? Dia baru beberapa hari berada di kota ini. Keluar rumah kediaman Al Muthahar pun baru kali ini.
Kehidupan di kota besar sangatlah beda, pikir Oja. Orang-orang saling hilir mudik tanpa sedikitpun memperhatikan sekitar. Padahal jika di kota kecil di kampungnya, melihat seseorang kebingungan saja semua orang sibuk bertanya dan membantu.
Oja menghela napas. Dia tidak tahu hendak ke mana. Ingin kembali ke rumah Al Muthahar tapi dia bahkan tidak tahu di mana tepatnya rumah itu.
Akhirnya Oja melangkahkan kaki menyusuri jalanan aspal. Berusaha mengingat-ingat jalan yang tadi mereka lewati.
Sementara di tempat lain Putri Faatin menatap pamannya dengan tatapan jengkel serta tidak habis pikir.
Gadis remaja itu menggeleng-gelengkan kepala. "Paman keterlalulan," katanya.
"Aku hanya menyuruhnya keluar karena aku tidak ingin pekerjaanku terganggu," kata Ayyub.
"Apa salahnya jika dia di sini sebentar saja?" tanya Putri Faatin geram. Putri Faatin mengambil ponselnya dan menghubungi para pengawal untuk mencari Oja.
"Aku harus bilang ini sama Ayah," kata gadis itu lantas menekan nomor ponsel ayahnya. Di seberang meja Ayyub menatapnya tanpa ekspresi.
Panggilan itu terjawab setelah dering ketiga. "Ayah, Oja menghilang," ucap gadis itu tanpa memberi salam.
Di ujung sana Ibnu Saud Al Muthahar terkejut. "Menghilang bagaimana?" tanyanya. Ayah angkat Oja itu sampai harus berdiri demi mendengar penuturan anaknya.
"Tanyakan saja sama adik kesayangan ayah. Dia mengusir Oja." Kemudian panggilan itu dimatikan oleh Putri Faatin. Dengan geram dia keluar ruangan sebelum menoleh ke arah pamannya.
Satu menit kemudian setelah Putri Faatin keluar dari ruangannya, sekarang giliran ponsel Ayyub yang berdering. Sebuah panggilan dari abangnya.
"Halo," sapanya pelan.
"Apa yang terjadi? Kata Faatin, Oja menghilang. Bisa kau jelaskan itu?" tanya Ibnu Saud Al Muthahar di ujung sana.
"Aku tidak tahu kalau dia akan menghilang. Aku hanya menyuruhnya menunggu di luar," kata Ayyub.
Dia tidak habis pikir gadis kampungan itu bisa membuat semuanya kacau seperti ini.
"Dengar, apapun itu alasannya. Cepat cari Oja," perintah Ibnu Saud Al Muthahar pada adiknya.
Ayyub menggeram marah lantas menelpon Jevan, orang kepercayaannya untuk mengerahkan semua pelayan agar mencari Oja.
Satu jam berlalu. Dia belum mendapat kabar para pengawalnya menemukan Oja. Sementara abangnya sudah belasan kali menelponnya.
Rasa kesal menjalar begitu saja di hati Ayyub. Siapa gadis itu sampai harus membuat semua orang kerepotan. Jika dia menghilang toh tidak terjadi apapun. Tidak ada efek untuk dirinya dan harusnya untuk keluarga Al Muthahar juga. Namun, lihatlah kenyataannya. Semua orang harus sibuk mencari. Abangnya bahkan meminta Ayyub untuk turun tangan sendiri. Padahal biasanya dia tidak harus repot-repot melakukan banyak hal. Ada pengawal yang bisa diandalkan.
Pada akhirnya Ayyub harus meninggalkan pekerjaannya dan meminta sekretarisnya, Vindy, untuk membatalkan semua janji untuk hari ini. Pemuda itu ikut turun tangan dalam pencarian gadis kampung bernama Oja.
Di perjalanan ponsel Ayyub berbunyi. Panggilan dari Jevan. Cepat pemuda itu menjawab. "Bagaimana? Apa sudah ketemu?"
Terdengar helaan napas lega detik berikutnya. Kemudian panggilan diputus, lantas Ayyub menyebutkan satu nama jalan kepada supirnya. Mobil segera putar arah menuju tempat yang dimaksud Ayyub.
Sementara di tempat lain Oja tertawa gembira. Sudah sangat lama rasanya dia tidak sesenang ini. Bermain bersama anak-anak. Sesepele ini. Namun jangan tanya bagaimana suasana hatinya.
Dia sungguh merindukan masa-masa kecil penuh canda tawa.
Di depan tanah lapang yang tidak terlalu besar itu berhenti beberapa mobil. Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar lima atau enam mobil mewah. Oja tidak fokus lagi menghitungnya ketika melihat Putri Faatin turun dari salah satu mobil.
"Kak Oja," panggil Putri Faatin dari jarak jauh.
Di belakangnya terlihat pemuda paling menyebalkan bernama Ayyub Al Muthahar.
Melihat kedatangan keduanya di susul para pengawal yang tampak mencolok itu menimbulkan senyap seketika, membuat Oja meringis. Anak-anak itu berhenti bermain.
Putri Faatin memeluk Oja seketika. Bergumam hal-hal yang tidak terlalu dimengerti Oja karena dia mengatakannya sambil terisak. Namun Oja yakin, adik angkatnya itu mengawatirkannya.
"Apa kai baik-baik saja? Semua orang mengawatirkanmu." Akhirnya ada kalimat Putri Faatin yang benar-benar terdengar jelas.
Suasana haru jadi agak canggung ketika Ayyub berdehem dan memandangi mereka tanpa ekspresi. Pemuda itu lalu mengulurkan tangan seraya berkata, "Syukurlah kau tak apa-apa. Maaf."
Ada desir aneh seketika, tapi secepat kilat ditepis Oja lantas menerima uluran tangan Ayyub. "Tidak apa, Yang Mulia," katanya tersenyum lembut.
Kemudian Oja berpamitan kepada anak-anak itu lantas pulang bersama Putri Faatin. Sedangkan Ayyub kembali ke kantor.
"Dia mengawatirkanmu," bisik Putri Faatin. "Itu semua karena aku yang sudah mengancamnya!"
Mereka sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke kediaman Al Muthahar.
"Oh, ya?" tanya Oja. Tidak terlalu mendengarkan karena dia tengah fokus melihat bangunan-bangunan yang sangat besar di kanan kiri.
Kemudian selama perjalanan mereka saling diam hingga mobil memasuki halaman kediaman Al Muthahar.
"Itu ayah," kata Faatin menunjuk tempat Ibnu Saud Al Muthahar dan Nyonya Muda Shareen berdiri.
Ketika mobil berhenti, Oja dan Putri Faatin turun lantas menyalami keduanya. Mereka tampak lega melihat Oja pulang dalam keadaan utuh.
Nyonya Muda Shareen membawa Oja kedalam pelukannya, sementara Ibnu Saud Al Muthahar mengelus puncak kepala Oja.
"Aku ingin berbicara denganmu, Nak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sweetcatla
Karya kak udah masuk paforitku kak, 👍
2020-06-06
1
nay
penasaran🤔
2020-06-06
0
Kikikarlina
hai thor semangat up❤
aku mmpir sudah aku bom like stiap episode +rate bintang 5 + jdikan favorit 😘 jangan lupa mmpir balik ke novel MENIKAH MUDA😊 Ditunggu ya😊
2020-05-20
0