Saat itu istana tengah disibukan dengan hari ulang tahun putra mahkota. Kebetulan ratu meminta Elena untuk membantu juga, yah sekedar mendekor ruangan yang akan menjadi tempat Max berulang tahun.
"Ah, tolong untuk dekorasi yang itu letakan di sebelah kiri saja."
"Jangan lupa dengan bunga yang telah di petik, masukan air ke dalam vas, bunganya tidak akan mudah layu nantinya."
Ratu melihat bagaimana Elena sangat cekatan dalam hal ini. Sebenarnya ratu menjadi tertarik padanya setelah mendapatkan kabar bahwa ia pergi ke kastil tua untuk berlatih ilmu sihir.
Setelah pekerjaannya siap, ratu pun berjalan mendekati Elena. Sontak saja gadis itu memberi hormat.
"Bagaimana persiapannya?"
"Seperti yang anda lihat, semuanya telah selesai. Saya akan mengecek bagian dapur untuk memastikan kue yang mereka buat tidak rusak."
"Baiklah."
Elena pun bergegas ke dapur, tetapi sebelum dia benar-benar sampai, dirinya bertemu dengan Lily.
Lily yang melihat saingannya itu sontak saja bertanya dengan wajah ketus.
"Sedang apa kau di sini?"
Elena tentu hanya memaklumi dan tersenyum seperti biasa.
"Seperti yang kau lihat, aku sedang disibukan dengan acara ulang tahun Max. Ratu memintaku untuk membantu mendekor sekaligus mengurusi kue."
"Apa sebegitu obsesinya kau dengan Max sampai-sampai ingin mencuri perhatian ratu?"
Lihatlah wajahnya sekarang, seharusnya Lily lebih bisa mengendalikan ekspresi.
Menyadari Max datang dari arah depan, Elena pun mulai memainkan dramanya.
"Maafkan aku Lily. Aku tak bermaksud merebut Max darimu, hanya saja ... "
"Hanya apa?" tanyanya dengan sedikit menaikan nada bicaranya hingga Max benar-benar terkejut.
"Ratu yang memintaku ke mari. Bukankah tidak sopan jika menolak? Aku hanya membantu agar acara ini berjalan dengan lancar. Maafkan aku Lily, jika kau tak suka kehadiranku, aku bisa pergi setelah mengecek kuenya."
"Kena kau!" batinnya senang.
"Kau-"
"Lily!" Terdengar suara Max sedikit menyentak. Dia menatap tajam pada Lily yang saat itu hampir saja melayangkan tamparannya pada Elena.
"M-Max ... Aku hanya-"
"Kenapa kau kasar sekali pada temanmu? Bunda yang memintanya untuk membantu agar acara ini berjalan lancar. Lagi pula aku meminta bantuanmu, tetapi kau menolak dan berkata bahwa kau akan kelelahan."
"Jika kau tak bisa membantu, setidaknya jangan membuat masalah."
Max lantas menarik lengan Elena dan membawanya pergi dari hadapan Lily. Satu seringaian lolos dari bibir kecil itu.
Di sisi lain, seorang pria dengan pahatan sempurna di wajahnya tengah menatap tenang ke arah sebuah bola yang terbuka dari kaca.
Bibirnya tersungging senyuman, menyaksikan sebuah drama yang baru saja terjadi.
"Kau sangat pandai berdrama, Elena. Aku jadi tak sabar menunggu dramamu yang lain. Ah, sepertinya aku harus bersiap-siap, acara ulang tahun pangeran kita dimulai beberapa jam lagi."
Malam itu acara yang telah direncanakan berjalan dengan mulus. Para tamu undangan memberikan selamat kepada Max yang telah resmi berumur dua puluh tahun.
Elena pun telah memberikan ucapan selamatnya dan memilih untuk mencicipi beberapa kue basah.
Dia memang bukan maniak pria tampan, tetapi siapa yang bisa menolak kue dengan lapisan coklat di atasnya?
Elena adalan maniak kue basah. Mulutnya sampai penuh karena tak henti-hentinya memasukan kue-kue tersebut ke dalam mulutnya.
Sesaat dia tersedak dan kesulitan mencari air, seseorang pun memberikannya segelas air, lantas meneguknya hingga tandas.
"Ah, terima kasih!"
Elena menatap ke samping, tepat pria itu berada. Dia sedikit terkejut ketika benar-benar melihat wajahnya.
"Bahkan di novelnya pun ada karakter sampingnya yang setampan ini!" batinnya sampai keheranan.
"Terima kasih tuan telah memberikan saya air."
"Kau seharusnya mengunyah lalu menelan mereka satu persatu, bukan langsung semuanya. Jika begitu, akan sulit menikmati rasanya!"
"Ah, memang benar. Saya hanya terlalu senang."
"Bicara denganku santai saja."
"Um ... Bagaimana jika anda lebih tua dari saya?" Oh ayolah, Elena tak mau dicap sebagai seorang yang tidak sopan.
"Tenanglah. Coba sebutkan berapa umur anda?"
Elena tersenyum, sedikit tidak sopan bukan menanyakan umur, tetapi dia sudah terlanjur berburuk sangka padanya dan mengira dia lebih tua.
"Saya baru berumur sembilan belas!"
"Yah, kau memang benar."
"Jadi ... "
"Aku lebih tua dua tahun dari kau, tetapi tak masalah. Jangan terlalu formal padaku, itu sedikit mengganggu."
"Baiklah."
Percakapan keduanya tentu diperhatikan oleh Max. Entah mengapa, pria itu akhir-akhir ini menjadi lebih nyaman ketika berada di dekat Elena.
Tibalah saatnya Max memberikan sebuah pengumuman terkait ia yang berniat mencari calon istri melalui sebuah perlombaan.
Tak heran, banyak gadis bangsawan langsung merapat kecuali Elena. Dia masih setia berdiri di sebelah pria tadi dengan menyunggingkan senyumannya.
"Di sini saya sebagai putra mahkota akan mengumumkan untuk gadis-gadis bangsawan yang bisa membawakan saya kepala babi hutan, maka akan saya persunting menjadi istri dan ratu kerajaan Endevour."
"Letak hutannya ada di sebelah kerajaan ini. Alasannya adalah saya membutuhkan ratu yang pandai menjaga diri dari serangan apapun dan sudah pasti dia bisa menjaga para rakyatnya kelak. Tidak boleh ada kecurangan."
"Hm, menarik."
Pria itu melirik sebentar ke arah Elena, sebelum akhirnya dia ikut tersenyum.
E?lena pun bergerak maju dan menerobos kerumunan.
"Maafkan atas kelancangan saya pangeran. Saya hanya ingin bertanya satu hal!"
Semua mata kini tertuju pada Elena, Lily jelas menatapnya tak suka.
"Silahkan."
"Bagaimana jika peserta melakukan kecurangan seperti melukai peserta lain dan memanipulasi hasilnya?"
Elena tahu, pasti akan ada saja kecurangan pada perlombaan gila kali ini.
Raja yang mendengar itu lantas turun tangan. Tentu saja harus ada ganjaran bagi peserta yang curang, apalagi ini untuk masa depan kerajaan.
"Tentu saja akan mendapatkan sanksi berupa turunnya kedudukannya sebagai bangsawan dan diasingkan dari kerajaan Endevour!"
Mendengar itu, beberapa gadis sontak memilih untuk mundur. Mereka jelas tak mau membuat keluarganya dalam masalah, berbeda dengan Lily yang pada dasarnya memang licik.
"Baiklah. Terima atas penjelasannya, saya sangat paham sekarang."
Elena pun pamit dan pergi menemui keluarganya. Lucas pun bergegas menemui sang adik dan bertanya.
"Apa kau akan ikut dalam lomba kali ini?" tanyanya sedikit khawatir.
"Apa kau mengkhawatirkanku?" balasnya sarkas.
"Tentu saja, aku takut kau tidak sanggup melawan binatang buas yang ada di sana. Kau juga tahu sendiri, hutan itu ada hewan sihirnya."
"Jangan khawatir. Aku tak berniat menjadi ratu, lagi pula aku ada urusan yang lebih penting."
Memang penting kok, penting untuk perdamaian kerajaan Endevour maksudnya.
***
Elena tengah menikmati waktu sorenya di bawa sebuah pohon, sesekali menutup mata menikmati angin yang menerpa wajahnya lembut.
"Sudah hampir sebulan aku berada di tubuh ini. Setidaknya jika kau masih hidup, datanglah ke mimpiku dan beritahu aku siapa saja yang sudah menyakitimu, Elena."
"Perlombaan itu akan berlangsung selama seminggu. Mari kita lihat siapa yang akan bertahan nantinya!"
Malamnya, ia nampak memperhatikan bulan dari jendela. Elena sedikit merindukan temannya yang keras kepala dan selalu mengucapkan nama Max hampir setiap hari.
"Jika Sarah yang masuk ke tubuh Elena, entah apa yang akan terjadi. Mungkin ia akan mati terpenggal lebih cepat!"
Di sisi lain, nampak seorang gadis tengah berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah. Sesekali dia menendang kursi dan berdecak kesal.
"Ayah, kau harus membantuku. Bagaimana pun caranya, aku harus menang dalam lomba kali ini!"
"Ayah akan pikirkan caranya. Kita bisa menyewa ahli sihir terbaik di negari ini."
"Benar, lagi pula tidak akan ada pengawas di lombanya, juga mereka tidak akan tahu kalau kita melakukan kecurangan."
"Kau harus menjadi ratu agar memimpin negeri ini, dengan begitu tujuanmu akan tercapai."
"Ayah benar, sudah lama aku menanti moment seperti ini. Tunggu aku Max juga Elena. Kalian berdua akan ku buat bertekuk lutut di hadapanku!"
Malam itu cukup mencekam, hutan yang dijadikan sebagai tempat untuk pencarian babi hutan adalah yang berbahaya di negeri itu.
Rumor mengatakan bahwa ada beberapa hewan sihir yang terlepas serta hilang kendali, lantas di kurung agar tidak keluar dari hutan tersebut.
Sayangnya raja maupun para bangsawan tak mempercayainya, karena memang makhluk mitos seperti itu sama sekali tak muncul dan hutan itu satu-satunya yang memiliki binatan buas di dalamnya.
Elena tahu, akan banyak korban yang berjatuhan nantinya. Toh dia hanya memberikan saran bukan tempatnya, jadi bukan salahnya.
Ingin mencegah? Oh, mana mungkin Max percaya. Dia tahu bahwa hewan sihir hanyalah mitos belaka terlebih para pengguna ilmu sihir hampir tak terdengar kabarnya.
"Yah, sepertinya mereka mulai tak percaya mengenai sihir. Aku akan memakluminya, karena mereka terlampau bodoh. "
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments