02| Perjamuan

Siang itu nampak Elena telah berganti gaun dengan yang lebih sederhana, tetapi tetap elegan. Kebetulan akan perjamuan antar bangsawan yang diadakan oleh pihak kerajaan dikarenakan kemenangan telak terhadap peperangan yang sempat terjadi seminggu sebelum Melinda berpindah tubuh.

   "Nona, bukankah pakaian ini sangat sederhana? Jika ingin menarik perhatian laki-laki, setidaknya gunakanlah pakaian yang lebih bagus!" celoteh Frieda membuat Elena pusing.

   "Tenang saja. Jika kau terlalu mencolok, maka itu bisa menjadikanmu dalam bahaya."

Persiapan telah selesai, Elena bergegas menyusul kedua orang tua dan kakaknya. Setelah memberi salam, mereka pun menaiki kereta kuda.

   "Elena, kau nampak cantik hari ini sayang. Ibu lebih suka kau yang tampil apa adanya," ucap Loretta sembari tersenyum lembut ke arah putrinya.

   "Loretta Freja Javosca adalah ibu dari Elena yang bahkan sampai akhir tetap membela putrinya."

   "Ayah juga senang kau tidak berpakaian yang berlebihan."

   "Edward Freja Javosca, ayah dari Elena yang nantinya membantu acara eksekusi putrinya sendiri di depan bamyak orang. Ck! Jika aku mengingat tulisan menggelikan itu, membuatku seperti akan mual."

Sekitar setengah jam diperjalanan, akhirnya mereka tiba. Begitu memasuki ruangan, seorang pengawal berteriak menyebutkan nama keluarga itu.

Kini semua pasang mata tertuju pada Elena yang tak biasanya tampil sederhana, tetapi tetap memancarkan aura cantik dan elegan. Dia berjalan secara anggun dan memberikan beberapa kali senyuman pada orang-orang.

Inilah sikap yang harus ditunjukan pada sesama bangsawan. Terlebih, Elena adalah keturunan dari seorang bangsawan yang kedudukannya lumayan tinggi.

Saat itu, seseorang tengah menatap Elena dengan tak sukanya. Bahkan dengan terang-terangan ia menunjukan ekspresinya itu.

   "Ah, apakah dia Lily? Gadis dengan gaun ungu yang terlihat sedikit norak. Apakah dia tidak malu menggunakan banyak perhiasan pada setiap inci gaunnya? Ah, siapa yang merancang gaun tersebut? Jika itu aku, pasti akan ku penggal kepalanya."

Elena pun tersenyum ke arah gadis yang sejak tadi menunjukan rasa tak sukanya. Bukankah mereka teman kecil? Akan kuberitahu.

Lily tidak benar-benar menganggap Elena sebagai temannya, sebaliknya dia justru merasa bahwa gadis itu adalah saingannya dalam mendapatkan hati pangeran Max.

Melihat bagaimana Max selalu bersama Elena adalah bukti rasa cemburunya.

Sayangnya, itu dulu. Kehidupan Elena yang ini dipegang penuh oleh Melinda. Gadis yang akan membalaskan semua dendam dan sakit hati Elena.

Lily perlahan berjalan mendekati Elena dan mengajaknya ke para gadis.

Ia bermaksud ingin mempermalukan Elena, sayangnya dia tidak tahu bahwa saat ini jiwa yang mendiami tubuh musuhnya adalah Melinda, si mulut pedas.

    "Wah, Elena. Kau hari ini nampak sangat cantik. Aku suka dengan dirimu yang nampak sederhana dan elegan ini!" ucap salah seorang gadis dengan rambut berwarna hitam pekat.

   "Iyakan. Dia nampak sangat sederhana, ya itu cocok padanya!" ucap Lily dengan sedikit menyunggingkan senyumamnya.

Elena tahu apa maksud dari ucapan Lily barusan. Ia lantas tersenyum dan berterima kasih.

   "Ah, terima kasih atas pujiannya. Aku sungguh tersanjung dengan pujian kalian semua."

Mendengar itu Lily sedikit menggeram, sementara Elena menatap ke arah temannya itu.

   "Lily, bukankah pakaianmu hari ini terlihat berlebihan? Lihat bagaimana perhiasan yang lumayan berat ini menggantung. Apakah perancang pakaianmu tak tahu bahwa terlalu banyak perhiasan di gaun akan membuatnya terlihat buruk?"

Mendengar itu, Lily tak dapat lagi menahan rasa kesalnya. Beberapa gadis yang mendengar hanya bisa setuju. Mereka juga berpikir bahwa Lily berpakaian terlalu berlebihan.

   "Mampus kau ... Memangnya kau pikir bisa melawanku?"

   "Ah, maafkan atas kelancanganku mengkritik pakaian yang menjadi favoritmu. Mari lupakan apa yang baru saja aku katakan dan kita nikmati saja perjamuannya."

Elena nampak menyunggingkan bibirnya dan hal itu tidak diketahui oleh siapapun.

Keluarga kerajaan pun tiba, semua perhatian kini beralih. Elena tentu sangat penasaran dengan wajah tokoh utama kita, siapa lagi kalau bukan Maxime Davey Endevour.

Elena meletakan minuman di atas meja dan berjalan sedikit mendekat agar wajahnya terlihat oleh Max. Itulah tujuan utamanya, membuat Lily terbakar api cemburu.

   "Yah, wajahnya memang tampan hanya saja aku masih memiliki niat yang kuat untuk mencekiknya. Haha, bercanda!" batinnya sembari tersenyum geli.

Sesaat sebelum raja mengeluarkan ucapannya, kini Max mendapati sosok yang tadi pagi sempat dia cari, tetapi menolak untuk bertemu.

   "Elena. Kau tadi pagi tak ingin bertemu denganku, tetapi siang ini kau menyempatkan diri untuk datang ke mari."

Raja pun mulai bangkit dari duduknya dan membacakan isi dari pesan yang telah dia tulis.

Para bangsawan yang telah berjuang digaris depan akan mendapatkan penghargaan. Elena tak begitu tertarik jadi dia menarik diri dari kerumunan membuat Max mencari-carinya.

Gadis tersebut tersenyum senang, seperti mangsanya telah dipancing sempurna.

Elena mendekat ke arah ayahnya dan meminta izin untuk keluar. Mereka tahu kebiasaan Elena adalah tak terlalu suka dengan tempat keramaian.

   "Ayah, bolehkan aku menunggu acara ini selesai di taman utama kerajaan? Di sini terlihat sedikit sesak."

   "Baiklah, tunggulah kami di sana. Begitu acara selesai, ayah akan menyuruh kakakmu untuk menjemputmu."

   "Baik ayah."

Elena pun berjalan ke arah pintu yang terlihat langsung oleh Max. Hal itu membuat pria yang memiliki gelar sebagai putra mahkota pun meminta izin pada sang ibu.

   "Ibu, bolehkan aku izin untuk keluar sebentar. Hanya menghirup udara segar?"

Ibunya mengangguk tanda setuju, toh perjamun ini dibuat untuk para bangsawan yang mengikuti perang.

Max pun mengikuti langkah Elena yang ternyata dilihat langsung oleh Lily.

   "Kemana Max akan pergi?" tanyanya yang kemudian mengikuti pria itu.

Di sisi lain, nampak Elena sedang duduk menunggu mangsanya tiba. Menatap sendu ke arah bunga yang bermekaran.

   "Elena!" Gadis itu tak terkejut, melainkan dia menoleh dengan lembut.

   "Ah, salam pangeran. Ada apa gerangan sampai anda datang menemui saya?"

Melihat sifat formal dari Elena tentu membuat Max semakin kebingungan. Biasanya gadis itu akan sangat berantusias saat Max mengajaknya berbicara.

   "Aku hanya ... Kau baik-baik saja?" tanyanya memastikan sesuatu.

   "Ya, seperti yang anda lihat. Saya dengar dari kakak saya, anda tadi pagi sempat datang ke kediaman keluarga Javosca. Ah, maafkan saya yang tidak datang menemui anda. Tadi pagi kepala saya pusing, mungkin efek dari benturan kemarin."

   "Dia nampak berbeda. Elena yang ini jauh lebih baik."

   "Tidak masalah. Bisakah kita berjalan-jalan berdua? Ada yang ingin aku katakan."

Sebelum ia menjawab, Elena mengintip sedikit dan tersenyum kecil.

   "Maafkan saya, tetapi saya harus menolaknya dan tentu anda sangat ingin mengetahui alasannya."

   "Apa itu?" tanya Max yang sama sekali tak paham.

   "Sepertinya anda memiliki penguntit kecil. Sedari tadi nona Lily memperhatikan kita, jika and mau saya bisa kembali ke-"

   "Tidak perlu. Biarkan dia begitu, dia bahkan tidak memperhatikan gaunnya. Mari kita menjauh."

Mendengar itu tentu saja membuat Elena semakin puas.

   "Bahkan Max pun tak sudi melihat dia yang mengenakan pakaian norak itu!"

Keduanya kini tengan berjalan-jalan mengelilingi sekitar taman utama yang memang luas.

   "Apa yang ingin anda katakan, pangeran?"

   "Bisakah kau berbicara biasa saja padaku? Aku tak nyaman mendengarnya," ucap Max yang kemudian merasa bahwa Elena jelas berbeda dari sebelumnya.

   "Maafkan saya pangeran, tetapi anda adalah putra mahkota. Bagaimana bisa saya memiliki keberanian untuk berbicara secara informal pada anda."

   "Tidak masalah. Kau hanya perlu menjadi seperti biasa Elena. Melihatmu begini, rasanya sangat aneh."

   "Baiklah."

   "Kau yang meminta dan aku hanya menuruti saja."

   "Lalu, apa yang ingin kau katakan?"

Max kali ini merasa sedikit lega.

   "Aku ingin meminta pendapatmu mengenai Lily. Kau dan dia adalah teman sedari kecil, tentu kau tahu pasti dirinya."

Elena menyeringai.

   "Tentu saja, tetapi memangnya Lily menganggapku sebagai temannya?" Pertanyaan Elena membuat Max kembali bingung.

   "Aku tidak yakin kalau Lily menganggapku begitu. Padahal aku selalu berbagi padanya, bahkan ketika aku menyukai seorang pria, dan dia menginginkannya, aku memberikannya secara ikhlas."

   "Benarkah begitu? Memang, sih Lily hampir tak pernah menceritakan kebersamaan kalian ketika sedang bersama denganku."

   "Itu karena dia tidak mau aku ada dalam hubungan kalian. Pange- maksudku Max, aku mungkin di anggap sebagai pengganggu olehnya. Karena itu, maafkan aku jika perlahan-lahan mulai menjauh darimu."

   "Aku tak mau menjadi teman yang menusuk teman lain dari belakang, terlebih itu adalah Lily."

   "Kau tentu tidak mengganggu. Aku mengenal Lily dari kau, bukankah itu sudah jelas?"

   "Ck! Mudah sekali memprovokasi pangeran bodoh ini."

   "Maaf pangeran ... Aku hanya takut saja. Ah, ku rasa sebentar lagi perjamuannya selesai, sebaiknya kita kembali."

Segera ia memberi salam dan pergi dari sana. Baru akan melangkah masuk, perutnya sudah berbunyi.

   "Ck! Aku belum makan apa-apa sejak tadi!" gumamnya dengan melihat-lihat hingga akhirnya dia menemukan apa yang dia cari.

Elena lantas berjalan mendekati meja yang sudah tersedia oleh kue basah.

   "Yah, lumayan menggiurkan kuenya!"

Dia mengambil sepotong dan melahapnya sekaligus. Saat itu juga mulutnya penuh membuatnya kesulitan berbicara.

Lucas datang menghampiri adiknya dan mencubit gemas pipi Elena.

   "Acara hampir selesai dan kau masih makan? Setelah ini kau bisa makan puas di rumah. Ayo!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mama Muda

Mama Muda

tulisan kurang rapi, yang berbicara gak di sebut namanya, buat pusing baca nya sampe sini aja dulu

2024-03-20

1

Narimah Ahmad

Narimah Ahmad

kebetulan pula ada cimilan dari pada terbuang ya lansung dimakan ☺️🤭

2023-03-04

0

Sri Aisyah

Sri Aisyah

klo ada yang lebih murah kenapa tidak 😂😂😂😂😂😂

2022-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!