FVTR#03

Mereka berdua sudah sampai di rumah Anang. Saat ini mereka tengah mengistirahatkan tubuh mereka sejenak sebelum nanti melanjutkan dengan membereskan barang barang Dea yang baru saja datang.

"Aku capek ya, sini aku pijitin." tawaran Dea pada Anang yang tengah merebahkan tubuhnya dengan kaki yang masih berselonjor ke lantai.

"Enggak usah deh yang, kamu pasti juga capek kan. Sini kita tidur aja, nanti kalau tenaga kita sudah balik lagi baru kamu bisa pijitin aku."

"Pijat plus plus tapi." lanjut Anang sambil mengelirkan sebelah matanya.

"Maksud kamu?" tanya Dea polos.

"Hehehe enggak ada kok." balas Anang.

"Gj kamu." balas Dea.

Dea pun memejamkan matanya menghadap ke arah Anang. Dia merasa tubuhnya sangat lelah, mungkin karena efek lama berada di atas motor.

"Yang kamu udah tidur?" tanya Anang menghadap ke arah Dea.

"Kenapa?" tanya Dea membuka matanya lagi.

"Aku kira kamu udah tidur." balas Anang.

"Ini masih mau tidur, capek banget soalnya. Aku yang cuma nangkring di belakang aja capeknya kayak gini, apalagi kamu yang bawa motor." ucap Dea sambil tangannya mengelus pipi Anang.

Cup.

"Aku gak merasa capek kok, kalau sama kamu mah semua rasa capekku hilang." balas Anang setelah memberikan kecupan di tangan Dea yang berada pada pipinya.

"Aku serius loh, kenapa kamu gombal terus sih."

"Aku juga serius sayang, kamu itu adalah obat dari segala obat." balas Anang.

"Males ahh, kamu gombal mulu."

"Iisss... aku serius loh yang."

"Kamu kenapa bisa yakin banget nikahin aku?" tanya Dea penasaran.

"Ya gak tahu mungkin karena memang kita jodoh." jawab Anang santai.

"Oh iya nanti aku minta tolong ya sama kamu kalau ada lowongan pekerjaan buat cewek kasih tahu aku, aku mau kerja juga buat bantu kamu." ucap Dea.

"Kenapa kamu harus kerja, kamu di rumah saja biar aku yang kerja cari uang buat kehidupan kita." larang Anang.

"Aku gak mau merepotkan kamu terus, aku juga mau bantu kamu cari uang." jelas Dea.

"No, kamu tidak merepotkan aku sama sekali. Ini memang keinginan aku buat di repotkan t sama kamu terus. Aku juga sudah berjanji sama kedua orang tua kamu kalau aku mau menanggung semua biaya kehidupan kamu kedepannya."

"Kamu cukup doain aku dari rumah semoga aku di permudahkan dalam mencari rezeki agar uangnya cepat terkumpul buat nanti aku buka usaha sendiri." lanjut Anang.

"Tapi...."

"Sstttt... pokoknya aku gak mau lagi dengar kamu cari kerjaan, kamu cukup di rumah saja menunggu aku pulang kerja dan aku hanya minta doa kamu saja." ucap Anang memotong ucapan Dea.

"Percaya sama aku, aku masih mampu kok kalau biayain kehidupan kita berdua." lanjut Anang.

Dea yang terharu mendengar ucapan Anang pun langsung memeluk Anang dan menangis di sana.

"Aku gak nyangka kalau aku bisa bertemu orang sebaik kamu, aku sangat bersyukur karena Allah sudah memberikan jodoh orang sebaik kamu. Terimakasih kamu sudah menerima aku yang tidak ada apa apanya di bandingkan dengan wanita di luar sana yang sukses dengan karier karier mereka." ucap Dea dalam tangisnya.

"Ssttt... udah jangan nangis, aku juga berterimakasih sama kamu karena kamu sudah mau menerima keadaanku yang biasa saja dan tidak memiliki orang tua." Anang mengelus kepala Dea.

"Udah ya jangan nangis, mending kita tidur aja kan tadi katanya kamu mau tidur." ajak Anang dan di balas anggukan oleh Dea.

Mereka berdua pun tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.

-

Dea sudah bangun tapi tidak dengan Anang, dia masih asik berkelana di dunia mimpinya. Saat ini Dea tengah membereskan barang barang yang dia bawa dari Malang.

"Huh, akhirnya selesai juga." lega Dea setelah menyelesaikan semuanya.

Setelah itu Dea pun pergi membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum nanti dia akan perang dengan peralatan dapur.

"Ternyata belum bangun juga, mungkin dia memang benar benar kelelahan." ucap Dea setelah kembali ke dalam kamar setelah mandi dan masih mendapati Anang yang masih tidur dengan nyenyak.

Tak mau ambil pusing, Dea pun segera berganti baju dan pergi ke dapur untuk masak.

"Ini gak ada apa apa yang bisa di masak, berarti aku harus pergi belanja dulu." gumam Dea setelah melihat di dalam lemari es tidak mendapati apa apa di sana.

Dea pun pergi keluar tanpa berpamitan dulu dengan Anang karena takut mengganggu tidur Anang.

"Mau ke mana mbak?" tanya seorang ibu ibu yang berpapasan dengan Dea di jalan.

"Ini bu saya mau belanja, tapi tidak tahu tempatnya." jawab Dea apa adanya.

"Ooh kalau mau belanja pergi saja ke warungnya mbok Inah, itu tempatnya ada di ujung gang." jelas ibu itu memberitahukan kepada Dea.

"Ooh iya bu terimakasih ya. Kalau begitu saya pamit dulu." balas Dea dengan ramah.

"Eehh tunggu mbak, mbaknya ini penghuni baru ya di sini?" tahan ibu itu dan bertanya pada Dea.

"Iya Bu, saya istrinya mas Anang yang baru beli rumah itu." jawab Dea menunjuk rumah Anang yang masih terlihat oleh pandangan matanya.

"Ooh mbaknya yang barusan nikah itu toh, kenalin mbak saya Ira. Saya ibu RT di sini." ucap ibu itu memperkenalkan dirinya yang bernama Ira sekaligus ibu RT di sini.

"Iya bu salam kenal saya Dea Bu." balas Dea menjabat tangan ibu Ira.

"Nanti kalau mbak Dea mau tanya apa apa tentang daerah sini bisa tanya langsung ke saya saja mbak. Rumah saya ada di sana." menunjuk rumahnya yang berpagar besi warna coklat.

"Ooh iya Bu, nanti kalau ada apa apa Dea pasti ke sana." balas Dea.

"Kalau gitu Dea pamit dulu ya Bu. Mau buru buru masak soalnya takut nanti mas Anang bangun dan belum ada makanan di rumah." pamit Dea.

"Ooh iya mbak silahkan." balas ibu Ira.

Dea pun pergi dari sana menuju tempat penjual yang di sebutkan bu Ira tadi. Dea sangat merasa bersyukur karena ternyata di tempat tinggal barunya sekarang masih ada orang yang baik dan ramah seperti ibu Ira. Semoga saja nanti tetangga tetangga Dea yang lain ramah ramah juga seperti ibu Ira.

"Assalamualaikum Bu." ucap Dea saat sampai dia warung mbok Inah.

"Waalaikum salam, ada yang bisa saya bantu mbak?" balas si pemilik warung bertanya pada Dea.

"Ini bu saya mau belanja kebutuhan rumah." jawab Dea sambil tersenyum.

"Ooh iya ndok monggo silahkan." balas mbok Inah menyuruh Dea memilih barang yang Dea cari sendiri.

"Sayur supnya ini berapa ya mbok?" tanya Dea sambil memegang saru bungkus sayur sup.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!