(Bagian 4 : Ragu)

“Pagi Mbak.” Aku menyapa Mbak Ida yang sedang mumet melihat ke arah laptop di meja kerjanya.

“Nam, tadi si Lastri ke sini nganterin kopi, katanya jangan taro di pantry, takut di minum ama yang lain, itu mesin kopinya udah ditaro pak Gio ke pantry, bikinin kopi bos sono, dia udah nungguin dari sejam yang lalu.”

“Mbak! kenapa lu santai banget sih bilangnya, kenapa lu nggak telepon gue, duh beneran deh.” Aku langsung cemberut, kenapa sih Mbak Ida nggak langsung ngomong, kenapa dia santai banget, gila si Mister X, nungguin kopi sampe sejam, harusnya dia minta bikinin Lastri kek, kan Lastri asistennya.

“Bodo amat, elu dibilangin bebal, tiap hari terlambat, contoh noh bos galak, dari jam 7 kurang udah sampe kantor, nah elu jam 8 lewat baru absen, kepotong mulu kan uang makan lu.”

Aku berlari ke pantry, pantry ada di setiap lantai, ruanganku dan Mbak Ida ada dilantai paling bawah, tapi kami biasa menggunakan pantry lantai 2 untuk makan dan juga menyiapkan makanan para bos, karena pantrynya lebih luas dan lebih lengkap.

Saat sampai pantry lantai 2 aku melihat coffee maker pak Gio sudah ada disana, wah canggih sekali mesin ini, gimana cara pakenya, ya?

Aku harus telepon Lastri, aku beneran nggak tau cara pakenya.

[Las, lu kesini deh, gue nggak tau nih cara pake mesin kopinya, ini canggih banget.]

[Nam, gue juga sama, gue nggak ngerti, lu cari di internet gih pake handphone.]

Duh si Lastri nggak bisa diandelin, katanya anak orang kaya, tapi sama aja kudet kayak aku.

Ok, berarti aku harus coba browsing, pertama masukan merk mesin kopinya, lalu liat video review atau tutorialnya, ketemu!

Akupun mengoperasikan mesin kopi ini, dimulai dengan mencari tombol power pada mesin, mengisi tabung penampungan air, memasukan kopinya yang kebetulan masih berbentuk kapsul, lalu menggeser tuas, tidak lama kemudian kopi yang sudah diproses mulai keluar, celakanya aku lupa menaruh gelas pada bagian kran dimana air kopi keluar, otomatis aku menahan air yang keluar menggunakan tanganku dan ... tanganku terbakar karena air yang keluar dari kran mesin kopi ini panas sekali, rasanya sakit, tapi aku lebih khawatir kalau kopinya berceceran. Dengan menahan rasa sakit karena terbakar, aku membuka lemari atas untuk mengambil gelas, buru-buru menaruh gelas pada mesin kopinya. Setelah itu aku baru sadar rasa sakit terbakar mulai terasa.

Untung ada kotak P3K di sini. Aku membuka kotaknya, mencari gel yang biasanya kami gunakan saat ada yang terbakar, sebelumnya aku membersihkan telapak tanganku dulu, mengolesnya dengan gel lalu mebalutnya dengan kain kasa, membalutnya asal-asalan tentunya, mana bisa balut pake satu tangan, yang penting ketutup dulu.

Kulihat kopi sudah selesai, kumatikan alat nya, lalu menulis di secarik kertas, pesan untuk Office Boy agar mesin ini dibersihkan, OB pasti sibuk membeli sarapan makanya tidak ada di sini.

Aku naik ke atas karena ruangan Pak Gio ada dilantai tiga, lantai dua hanya ada tiga ruangan. Satu ruang meeting,  dua photoshoot dan satu ruang besar yang biasa kami sebut aula yang bisa menampung sekitar 200 orang, maklum biarpun bukan majalah komersil, kami tetap butuh ruangan untuk photoshoot, karena terkadang ada artis yang datang untuk di wawancara, tidak selalu artis kadang ada juga tokoh.

Begitu sampai lantai tiga aku menyapa Lastri dan langsung masuk ruangan Pak Gio.

“Pagi Pak.” Aku mengetuk dan langsung masuk, tentu saja sambil menyembunyikan tangan kanan yang terluka, “ini kopinya pak.” Aku menaruh kopinya di meja, lalu buru-buru bersiap pergi.

“Namira.” Oh apalagi ini? Minster X memanggilku, “ apakah sopan jika memberi seseorang sesuatu dengan tangan kiri.” Tuh kan bener, orang yang teliti macam dia pasti ada aja yang di komplain.

“Maaf pak.” Aku berbalik.

“Tunjukan tangan kananmu.” Duh Gusti, apalagi coba, pake sadar lagi dia, pasti abis ini aku bakal diomelin karena ceroboh.

Aku mengangkat tangan kananku yang terbalut kain kasa asal-asalan, lalu saat ku tunjukan telapak tangan kananku, kain kasanya terlepas, terlihatlah luka bakarku.

Kulihat Pak Gio menghembuskan nafas dengan kasar, lalu menelpon Lastri.

[Lastri, kemari sebentar.]

Tak lama Lastri datang, “Ada apa pak?”

“Antar Namira ke klinik, luka bakar untuk seorang perempuan itu tidak bisa disepelekan. Pakai ini untuk membayar kliniknya.” Pak Gio memberikan kartu kredit pada Lastri.

“Tidak usah pak, ini udah dikasih gel untuk luka bakar, paling juga bentaran sembuh.” Aku menolak.

“Ini kecelakaan kerja karena kamu menyiapkan kopi untuk saya, betul kan? saya nggak mau besok-besok kamu nuntut perusahaan ini hanya karena hal sepele seperti itu.”

Apa! sebentar, orang gila ini benar mengatakan hal itu, ngapain juga kau menuntut hanya karena luka bakar ringan kayak gini!

“Pak!” Lastri langsung menyeretku keluar sebelum aku memaki-maki bos gila ini.

“Las lepas, lepas! gue .... “ Aku agak sesak nafas karena marah.

“Udah yuk, naik mobil gue. Abis dari klinik kita makan siang di seafood depan, pake ini.” Lastri menunjukan kartu kredit bos.

“Ok lah.” Aku langsung luluh, untuk anak kost sepertiku, makan seafood itu kemewahan. Untung ada Lastri kalau nggak udah aku acak-acak tuh ruangan kerjanya.

...

“Bos lu tuh aneh ya, orang begini doang suruh ke klinik, kan cuma luka bakar ringan.”

“Lu juga aneh, baru suruh buat kopi udah kena luka bakar, apalagi disuruh masak makanan doi, yang ada seluruh tubuh lu penuh luka.”

Kami sudah selesai dari klinik sekarang sedang menunggu obat, hanya obat ringan antibiotik, pereda rasa sakit dan salep untuk luka bakar.

Setelah obat ditebus, kami kembali ke kantor, tapi tidak langsung kembali ke sana, karena aku akan makan seafood dulu, seperti yang Lastri janjikan tadi, kita akan makan siang seafood.

“Jangan pesen dulu, sebentar.” Lastri menegurku yang berniat memanggil pelayan restorannya, tempat makan ini masih satu komplek dengan kantor kami, tempatnya bagus, lumayan mahal. Ya namanya juga seafood pasti tidak ada yang murah.

“Kenapa sih!”

“Bentar, tuh dia.” Lastri menunjuk ke arah pintu masuk, aku otomatis nengok ke arah sana. Lah! Kenapa Mister X kesini? wah perasaanku nggak enak, bukan apa-apa aku merasa akan ada sesuatu hal buruk yang dia bawa.

“Pak.” Lastri berdiri dan menunjuk bangku untuk dia duduk, bersebelahan dengannya dan berhadapan denganku.

“Pak.” Aku menyapanya.

“Ok, jadi sudah selesai ya Lastri?”

“Sudah Pak, ok pesan makanan dulu, baru kita bicarakan selanjutnya.”

Tuh kan feeling nggak enak aku ternyata benar, apa yang sebenarnya pak Gio mau bicarakan apakah ini soal pemecatan karena aku membuat banyak kesalahan dari sejak pertama bertemu dengannya. Seafood ini menjadi tidak menarik sama sekali.

Kami sudah memesan makanan, secukupnya yang kami fikir bisa habiskan, lalu sepanjang makan Mister X membicarakan mengenai konsep form formulir lembur yang sudah ku report semalam, dia membahas detail denganku, kenapa aku memberikan contoh seperti yang telah kuemailkan, aku memberikan banyak alasan kenapa seperti ini dan itu, karena tidak semua hasil bisa di lihat secara harapiah, Pak Gio mengerti.

Ternyata dia kesini dikarenakan form lembur baru  akan langsung disosialisasikan siang ini setelah jam makan siang, akan ada meeting besar seluruh divisi di ruang meeting besar, kami memang punya ruang meeting yang mampu menampung 200 orang, makanya di lantai 2 ruko kami hanya berisi ruang meeting, aula dan juga ruang photoshoot.

Dia sampai menyusul kami karena sudah tidak ada waktu lagi membicarakan konsep form baru ini, karena insiden nggak penting sehingga aku harus ke kilinik makanya dia akhirnya curi waktu di makan siang.

“Yasudah, saya akan kembali ke kantor duluan, setelah ini kalian juga langsung kembali. Namira, siapkan meeting dengan baik ya, kamu dan Ibu Ida kan tim HRD pastikan semua hal yang dibutuhkan untuk sosialisasi ini sudah di siapkan.”

“Baik Pak.” Aku menjawab, Mister X ini terlihat sangat tampan saat sedang serius sekaligus menyebalkan, baru semalam aku buat draftnya dan sekarang dia menuntut kami untuk langsung sosialisasi, seharusnya dia meetingkan dulu dengan tim HRD baru sosialisasi ke seluruh karyawan, ini main bantai aja, tapi terserahlah, dia ini yang presentasi.

Aku dan Lastri kembali ke kantor, kulihat semua meja sudah kosong, kecuali meja reseptionis, kata Mbak Niken resepsionis, semua karyawan naik ke aula untuk sosialisasi. Aku dan Lastri buru-buru lari ke sana.

Begitu sampai pintu ruang aula, aku langsung duduk di meja moderator, karena kalau ada sosialisasi kami tim HRD lah yang menjadi leadernya. Untung tadi sempet ambil laptop dan agenda, kacau kalau lupa.

“Ok sekarang tim sudah lengkap, ya.” Mister X melanjutkan perkataannya, tadi sempat terhenti karena aku dan Lastri menerobos meeting dan tanpa malu langsung duduk di meja moderator yang letaknya paling depan.

“Saya akan mulai, jadi meeting kita kali ini membahas hal yang sangat krusial yang akan saya perbaiki, kita akan mulai dari pengeluaran perusahaan yang paling sering muncul 5 tahun belakangan. Ok, tunjukan grafik kenaikan lembur karyawan, Bu Lastri.” Pak Gio menyuruh Lastri menunjukan grafik yang sebelumnya sudah di tunjukan padaku, kenaikan lembur karyawan yang sangat luar biasa, “ dari sini bisa keliatan bukan bahwa tingkat kenaikan lembur karyawan sangat luar biasa. Lalu selanjutnya silahkan tunjukan grafik pendapatan kita, Bu Lastri.” Pak Gio kembali memerintah Lastri.

Setelah grafik pendapatan ditunjukan, semua orang terlihat kaget.

Perusahaan ini bergerak di bidang majalan non komersil, artinya pendapatan kami bukan dari penjualan majalah, lalu dari mana kalau bukan dari penjualannya? sebelum bekerja di sini aku pun tidak tahu bahwa ada perusahan jenis ini, yaitu perusahaan majalah yang membahas tentang wilayah sekitar, jadi majalah ini berisi tentang kondisi ibu kota perwilayah.

Ada 5 jenis majalah yang kami keluarkan tiap dua minggu sekali, yaitu Majalah pusat, majalah utara, majalah selatan, barat dan timur. Ke semua majalah tersebut secara spesifikasi membahas daerah sesuai judulnya dan dibagikan ke wilayah yang memang sesuai judul juga. Lalu bagaimana kami bertahan dan digaji jika pendapatan bukan dari penjualan? Karena majalah ini memang tidak dijual tapi dibagikan ke kantor-kantor, ke perumahan dan ke toko buku bukan untuk dijual tapi untuk dibaca di tempat, ke daerah sesuai judulnya misal majalah pusat maka sekitaran Jakarta Pusat, dan seterusnya. Sama sekali tidak ada penjualan, pendapatan kami hanyalah murni dari iklan.

Sudah masuk akal? ya, pendapatan iklan dalam satu edisi terbit, bisa mencapai 150 juta per satu jenis majalah, berarti jika di kali 5 jenis wilayah, maka pendapatan bersih perusahaan ini 600 juta perdua minggu, selama satu bulan sekitas 1,2 Miliar.

Ada tiga jenis iklan yang ditawarkan di majalah ini. Yaitu, Iklan Baris yang iklannya hanya berupa kata-kata maksimal tiga baris. Iklan kolom yang iklannya berupa kolom dengan bentuk persegi panjang dengan lebar di sesuaikan tergantung harga yang dibayar, makin besar kolom makin mahal. Terakhir iklan halaman, jadi iklannya full satu halaman penuh, dan iklan halaman inilah yang paling mahal diantara seluruh iklan, kalau nggak salah bisa mencapai 20 juta perhalaman.

Tentu majalah kami tidak hanya memuat iklan, ada rubrik tokoh yang biasanya Reporter kami akan mewawancarai tergantung yang sedang hits saat ini, ada rubrik kesehatan, rubrik shopping, rubrik menu masakan dan lainnya, biasanya dikerjakan oleh tim reporter, tim editing dan tim pusblisher sebagai finalisasi.

Perusahaan ini terdiri dari banyak divisi seperti perusahaan berkembang lainnya, ada Finance, Akunting, Pajak, HRD,Reporting, Rditing, Marketing, Sales, Distribusi, semua memiliki Supervisornya nya masing-masing.

Jumlah karyawan di perusahaan ini lumayan banyak, sekitar 100 orang lebih.

“Ok, sudah ketemu gap nya?” Aku tersadar dari lamunanku, Mister X seperti menangkap kekagetan kami, kami kaget melihat pendapatan yang merosot sampai 30 persen setiap edisi terbitnya. Secara logika jika karyawan banyak yang lembur harusnya pendapatanpun naik, karena biasanya proses tidak membohongi hasil. Lalu kenapa ini bisa terjadi, pendapatan menurun cukup signifikan, apa yang terjadi?

“Ok akan saya jelaskan. Ini mungkin akan menjadi sesi yang paling berat untuk kita semua, karena setelah ini tidak akan lagi ada lembur tanpa result, tapi satu yang harus kalian yakini bahwa setelah ini, kantor akan bangkit kembali, hingga kita bisa melewati masa sulit tanpa ada PHK seperti yang di wacanakan sebelumnya.”

Apa? wacana PHK? Jadi benar bahwa akan ada PHK masal setelah penggantian GM, dan Mister X mencoba mencegah itu dengan memperbaiki sistem di perusahaan ini. Aku tidak menyangka bahwa dia yang nyebelin banget ternyata lumayan bijaksana.

“Tapi syarat supaya saya bisa memperbaiki sistem yang salah dan membuat pendapatan kita bangkit lagi adalah, kerja sama, untuk itu bagi siapapun di sini yang menolak kerjasama, pintu resign saya buka selebar-lebarnya, karena saat ini, yang saya butuhkan adalah kerja sama, bekerja dengan hati dan kejujuran.” Pak Gio tegas tapi apa yang dikatakannya benar.

“Baiklah, kita akan mulai dari gerbang yang paling mungkin terjadinya pelencengan sistem, yaitu formulir lembur, selanjutnya presentasi draft formulir baru akan dibawakan oleh Namira, draft ini akan menjadi final setelah sosialisasi ini selesai. Silahkan Namira.”

Apa! ini beneran aku yang harus presentasi, tadi di restoran seafood sama sekali tidak ada pembicaraan bahwa akulah yang akan presentasi, trus kenapa sekarang aku yang harus jelaskan, iya sih aku menguasai dengan baik draft formulir ini, tapi kalau presentasi itu hal yang berbeda. Menyesal aku sudah memujinya tadi. Tapi, sebentar, kenapa juga dia panggil aku dengan nama saja, sementara panggil Mbak Ida dengan sebutan Ibu dan panggil Lastri dengan sebutan Ibu di meeting ini, sedang aku nama saja.

Aku melihat kearah Mbak Ida, dia melotot dan menyuruhku untuk berdiri, padahal aku berusaha meminta pembelaannya,dia malah menyuruhku menuruti perintah. Mau nggak mau aku harus presentasi di depan, duh Gusti kenapa cobaan ini berat sekali. Memang aku mengenal semua karyawan ini, tapi meeting di depan seluruh karyawan, rasanya masih terlalu canggung.

Aku berjalan ke depan, membawa laptopku, menghubungkannya dengan proyektor, lalu mengeluarkan draft formulir lembur ke layar proyektor. Agak canggung tapi aku harus menguasai presentasi ini, aku adalah Penanggung Jawab dari form ini selanjutnya, demi pendapatan perusahaan naik aku tidak boleh ragu, kubulatkan niat dengan berdoa lalu memulai presentasi ini.

Semoga aku tidak mengecewakannya ....

_________________________

Catatan Penulis :

Cintaku mungkin tidak sedalam dongeng putri, tapi percayalah, penantianku selama nafas ini berhembus, selama jantung ini berdetak dan selama umur ini berjalan, karena kamu adalah untaian penantian tanpa batas itu.

Terpopuler

Comments

Dewi Puji Astuti

Dewi Puji Astuti

Mantafff

2022-08-22

0

eMakPetiR

eMakPetiR

you can do it girls
chayo Namira

2022-06-25

0

Ivanka Anata

Ivanka Anata

Saya pernah kerja di bag finance di perusahaan dgn byk kary dan staff, yg paling sulit yah mmg kerjasama dan kejujuran. Bila kary 100 org mgkn staff HRD msh bisa memantau, tp bila sudah menyangkut ribuan kary apalagi ada bag produksi dimana mustahil bagi staff HRD utk turun lapangan dan mengcheck benar tidaknya lembur, maka yg bertanggungjawab benar tidaknya lembur kary mnrt saya adlh kepala bagian masing-masing, bila kepala bagian sudah meng-acc laporab lembur maka staff kantor atau hrd atau finance menganggap benar dan mmg perlu kary tsb lembur

2022-06-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 : Perkenalan.
2 (Bagian 2 : Segelas Kopi)
3 (Bagian 3 : Harga Diri)
4 (Bagian 4 : Ragu)
5 (Bagian 5 : Kepercayaan)
6 (Bagian 6 : kebetulan)
7 (Bagian 7 : Muka Dua)
8 (Bagian 8 : Wanita Lain)
9 (Bagian 9 : Bos)
10 (Bagian 10 : Kalut)
11 (Bagian 11 : Obatku)
12 (Bagian 12 : Menarilah)
13 (Bagian 13 : Bersama)
14 (Bagian 14 : Kenangan Buruk)
15 (Bagian 15 : Jangan Pergi)
16 (Bagian 16 : Namira Yang Sakit)
17 (Bagian 17 : Perlindungan)
18 (Bagian 18 : Kenyataan)
19 (Bagian 19 : Pernyataan)
20 (Bagian 20 : Dia)
21 (Bagian 21 : Haruskah)
22 (Bagian 22 : Bersama)
23 (Bagian 23 : Aku dan Kamu)
24 (Bagian 24 : Kami)
25 (Bagian 25 : Bahagia)
26 (Bagian 26 : Terapi Silang)
27 (Bagian 27 : Cahaya)
28 (Bagian 28 : Pengakuan)
29 (Bagian 29 : Maafkan Aku)
30 (Bagian 30 : Teman)
31 (Bagian 31 : Dia)
32 (Bagian 32 : Buka Mata)
33 (Bagian 33 : Jawaban)
34 (Bagian 34 : Jangan Berani Pergi)
35 (Bagian 35 : Pengakuan)
36 (Bagian 36 : Kebiasaan!)
37 (Bagian 37 : Praktik Kebencian)
38 (Bagian 38 : Reuni)
39 (Bagian 39 : Main Api)
40 Bagian 40 : Terbakar
41 Bagian 41 : Bukan Untukku
42 Bagian 42 : Indah
43 Bagian 43 : Sukma
44 Bagian 44 : Yakin
45 Bagian 45 : Melepaskanku
46 Bagian 46 : Buntu
47 Bagian 47 : Strategi Perang
48 Bagian 48 : Kolam Kering
49 Episode 49 : Aku Wanita Gila
50 Bagian 50 : Cinta Namira
51 Bagian 51 : Pengorbanan
52 Bagian 52 : Syarat
53 Bagian 53 : Pergi
54 Bagian 54 : Rindu
55 Bagian 55 : Penyembuhan
56 Bagian 56 : Gioku
57 Bagian 57 : Alasan
58 Bagian 58 : Lebih Jauh
59 Bagian 59 : Tidak Profesional
60 Bagian 60 : Untukku
61 Bagian 61 : Siasat
62 Bagian 62 : Tom Anda Jerry
63 Bagian 63 : Spike
64 Bagian 64 : Spike 2
65 Bagian 65 : Spike Lagi
66 Bagian 66 : Lewati Batas
67 Bagian 67 : Kebaikan
68 Bagian 68 : Teman dan Lawan
69 Bagian 69 : Kekuatan
70 Bagian 70 : Tahun Baru
71 Bagian 71 : Tidak Bersama
72 Bagian 72 : Happy New Year
73 Bagian 73 : Pertemuan Istimewa
74 Bagian 74 : Siasat
75 Bagian 75 : Intrik
76 Bagian 76 : Cara Unik
77 Bagian 77 : Penjelasan
78 Bagian 78 : Tom, Jerry dan Spike, lagi!
79 Bagian 79 : Awal
80 Bagian 80 : Memulai
81 Bagian 81 : Awal dan Akhir
82 Bagian 82 : Cinta Salah
83 Bagian 83 : Cinta Kembali
84 Bagian 84 : Bertemu Cintaku
85 Bagian 85 : Namiraku
86 Bagian 86 : Hadiah
87 Bgian 87 : Fitnah
88 Bagian 88 : Karma
89 Bagian 89 : Investigasi
90 Bagian 90 : Hikmah
91 Bagian 91 : Teka-Teki
92 Bagian 92 : Kalau Bukan Aku, Siapa Lagi?
93 Bagian 93 : Pengorbanan
94 Bagian 94 : Iman
95 Bagian 95 : Memiliki
96 Bagian 96 : Pembaharuan
97 Bagian 97 : Peralihan
98 Bagian 98 : Penyiksaan Lagi
99 Bagian 99 : Terperangkap
100 Bagian 100 : Arik
101 Bagian 101 : Perjalanan
102 Bagian 102 : Hilang
103 Bagian 103 : Tersesat
104 Bagian 104 : Sakit
105 Bagian 105 : Siapa Arik?
106 Bagian 106 : Prasangka
107 Bagian 107 : Amarah
108 Bagian 108 : Pergi
109 Bagian 109 : Putar Balik
110 Bagian 110 : Posisi
111 Bagian 111 : Jangan Bawa!
112 Bagian 112 : Tangguh
113 Bagian 113 : Pelangi
114 Bagian 114 : Ada Apa Ini?
115 Bagian 115 : Cinta Yang Menggebu
116 Bagian 116 : Sesungguhnya
117 Bagian 117 : Perlahan Sembuh
118 Bagian 118 : Dimulai.
119 (Bagian 119 : Restu)
120 Bagian 120 : Restu 2
121 Bagian 121 : Persiapan
122 Bagian 122 : Nita
123 Bagian 123 : Siapa Mereka
124 Bagian 124 : Pengecualian
125 Bagian 125 : The Day
126 Bagian 126 : Deg-degan
127 Bagian 127 : Pernikahan
128 Bagian 128 : Kelam
129 Bagian 129 : Terjebak
130 Bagian 130 : Putar Balik
131 Bagian 131 : Dia
132 Bagian 132 : Waktu
133 Bagian 133 : Arina dan Nita
134 Bagian 134 : Penyelamatan
135 Bagian 135 : Jebakan
136 Bagian 136 : Kekalahan
137 Bagian 137 : Keluarga
138 Bagian 138 : Cinta, Kesetiaan dan Keberanian (Tamat)
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Bagian 1 : Perkenalan.
2
(Bagian 2 : Segelas Kopi)
3
(Bagian 3 : Harga Diri)
4
(Bagian 4 : Ragu)
5
(Bagian 5 : Kepercayaan)
6
(Bagian 6 : kebetulan)
7
(Bagian 7 : Muka Dua)
8
(Bagian 8 : Wanita Lain)
9
(Bagian 9 : Bos)
10
(Bagian 10 : Kalut)
11
(Bagian 11 : Obatku)
12
(Bagian 12 : Menarilah)
13
(Bagian 13 : Bersama)
14
(Bagian 14 : Kenangan Buruk)
15
(Bagian 15 : Jangan Pergi)
16
(Bagian 16 : Namira Yang Sakit)
17
(Bagian 17 : Perlindungan)
18
(Bagian 18 : Kenyataan)
19
(Bagian 19 : Pernyataan)
20
(Bagian 20 : Dia)
21
(Bagian 21 : Haruskah)
22
(Bagian 22 : Bersama)
23
(Bagian 23 : Aku dan Kamu)
24
(Bagian 24 : Kami)
25
(Bagian 25 : Bahagia)
26
(Bagian 26 : Terapi Silang)
27
(Bagian 27 : Cahaya)
28
(Bagian 28 : Pengakuan)
29
(Bagian 29 : Maafkan Aku)
30
(Bagian 30 : Teman)
31
(Bagian 31 : Dia)
32
(Bagian 32 : Buka Mata)
33
(Bagian 33 : Jawaban)
34
(Bagian 34 : Jangan Berani Pergi)
35
(Bagian 35 : Pengakuan)
36
(Bagian 36 : Kebiasaan!)
37
(Bagian 37 : Praktik Kebencian)
38
(Bagian 38 : Reuni)
39
(Bagian 39 : Main Api)
40
Bagian 40 : Terbakar
41
Bagian 41 : Bukan Untukku
42
Bagian 42 : Indah
43
Bagian 43 : Sukma
44
Bagian 44 : Yakin
45
Bagian 45 : Melepaskanku
46
Bagian 46 : Buntu
47
Bagian 47 : Strategi Perang
48
Bagian 48 : Kolam Kering
49
Episode 49 : Aku Wanita Gila
50
Bagian 50 : Cinta Namira
51
Bagian 51 : Pengorbanan
52
Bagian 52 : Syarat
53
Bagian 53 : Pergi
54
Bagian 54 : Rindu
55
Bagian 55 : Penyembuhan
56
Bagian 56 : Gioku
57
Bagian 57 : Alasan
58
Bagian 58 : Lebih Jauh
59
Bagian 59 : Tidak Profesional
60
Bagian 60 : Untukku
61
Bagian 61 : Siasat
62
Bagian 62 : Tom Anda Jerry
63
Bagian 63 : Spike
64
Bagian 64 : Spike 2
65
Bagian 65 : Spike Lagi
66
Bagian 66 : Lewati Batas
67
Bagian 67 : Kebaikan
68
Bagian 68 : Teman dan Lawan
69
Bagian 69 : Kekuatan
70
Bagian 70 : Tahun Baru
71
Bagian 71 : Tidak Bersama
72
Bagian 72 : Happy New Year
73
Bagian 73 : Pertemuan Istimewa
74
Bagian 74 : Siasat
75
Bagian 75 : Intrik
76
Bagian 76 : Cara Unik
77
Bagian 77 : Penjelasan
78
Bagian 78 : Tom, Jerry dan Spike, lagi!
79
Bagian 79 : Awal
80
Bagian 80 : Memulai
81
Bagian 81 : Awal dan Akhir
82
Bagian 82 : Cinta Salah
83
Bagian 83 : Cinta Kembali
84
Bagian 84 : Bertemu Cintaku
85
Bagian 85 : Namiraku
86
Bagian 86 : Hadiah
87
Bgian 87 : Fitnah
88
Bagian 88 : Karma
89
Bagian 89 : Investigasi
90
Bagian 90 : Hikmah
91
Bagian 91 : Teka-Teki
92
Bagian 92 : Kalau Bukan Aku, Siapa Lagi?
93
Bagian 93 : Pengorbanan
94
Bagian 94 : Iman
95
Bagian 95 : Memiliki
96
Bagian 96 : Pembaharuan
97
Bagian 97 : Peralihan
98
Bagian 98 : Penyiksaan Lagi
99
Bagian 99 : Terperangkap
100
Bagian 100 : Arik
101
Bagian 101 : Perjalanan
102
Bagian 102 : Hilang
103
Bagian 103 : Tersesat
104
Bagian 104 : Sakit
105
Bagian 105 : Siapa Arik?
106
Bagian 106 : Prasangka
107
Bagian 107 : Amarah
108
Bagian 108 : Pergi
109
Bagian 109 : Putar Balik
110
Bagian 110 : Posisi
111
Bagian 111 : Jangan Bawa!
112
Bagian 112 : Tangguh
113
Bagian 113 : Pelangi
114
Bagian 114 : Ada Apa Ini?
115
Bagian 115 : Cinta Yang Menggebu
116
Bagian 116 : Sesungguhnya
117
Bagian 117 : Perlahan Sembuh
118
Bagian 118 : Dimulai.
119
(Bagian 119 : Restu)
120
Bagian 120 : Restu 2
121
Bagian 121 : Persiapan
122
Bagian 122 : Nita
123
Bagian 123 : Siapa Mereka
124
Bagian 124 : Pengecualian
125
Bagian 125 : The Day
126
Bagian 126 : Deg-degan
127
Bagian 127 : Pernikahan
128
Bagian 128 : Kelam
129
Bagian 129 : Terjebak
130
Bagian 130 : Putar Balik
131
Bagian 131 : Dia
132
Bagian 132 : Waktu
133
Bagian 133 : Arina dan Nita
134
Bagian 134 : Penyelamatan
135
Bagian 135 : Jebakan
136
Bagian 136 : Kekalahan
137
Bagian 137 : Keluarga
138
Bagian 138 : Cinta, Kesetiaan dan Keberanian (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!