Ajakan Dikta

Pagi hari. Alisha dan Citra telah siap untuk pergi bekerja. Citra mengunci pintu kontrakan, lalu berjalan bersama Alisha menuju rumah sakit tempat mereka bekerja. Tiba-tiba, ponsel Alisha berbunyi. Alisha pun mengecek pesan yang masuk, didalam pesan itu tertulis nama Dikta diakhir kalimat.

"Eh, Dikta?" ucap Alisha sambil mengerutkan keningnya.

"Ada apa, Sha?" tanya Citra yang berjalan disamping Alisha.

"Ini, ada pesan masuk, dan diakhir kalimat ada nama Dikta. Apa mungkin, dokter gigi itu? Tapi, dia dapat nomor aku dari mana ya?" ucap Alisha dengan heran.

"Oh, iya. Maaf ya Sha, tadi malam dia kirim pesan ke aku, dan minta nomor kamu. Karena aku lagi tidur dan terbangun karena terkejut dengan suara notif-nya. Jadi, setelah aku baca dengan mata sayupku isi pesan itu, aku kirim langsung nomor kamu tanpa pikir panjang. Waktu itu aku masih ngantuk, aku pun langsung tidur lagi."

Citra merasa bersalah kepada Alisha, karena tak menanyakan dulu boleh tidaknya ia memberikan nomor Alisha kepada seorang laki-laki. Citra sekarang takut, jika Andi pacarnya Alisha akan salah faham nantinya pada Alisha.

"Maaf ya, Sha. Apa pacar kamu akan salah paham? Duh, aku harus ikut jelasin ini. Eh, iya. Tadi malam tu, aku mikirnya Kak Dikta minta nomor kamu itu mungkin ada hubungannya dengan pekerjaan kita di rumah sakit. Makanya dari tadi aku juga nggak kepikiran yang aneh-aneh sih. Tapi, kemarin saat pertama kali dia ketemu kamu, memang kayaknya dia jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu." Citra berbicara panjang lebar.

"Sudah? Aku boleh ngomong ya ini? Dari tadi kamu ngomong panjang kali lebar, sampai-sampai aku tak bisa menyela omongan kamu," ucap Alisha dengan wajah datarnya.

"He-he, maaf. Habis aku panik kan kalau kamu bakal berantem sama pacar kamu, karena dia cemburu sama Kak Dikta," ucap Citra dengan polosnya.

"Kak Andi bukan pacar aku! Ah udah ah, aku masuk dulu." Tak terasa, Alisha dan Citra telah sampai didepan apotek tempat mereka bekerja.

"Eh, tunggu, Sha." Citra mempercepat langkah kakinya menyusul Alisha.

Setelah Citra berhasil menyusul Alisha, Citra meminta maaf kepada Alisha karena sembarangan memberikan nomor Alisha kepada seorang laki-laki. Alisha pun mengiyakan saja, ia tidak mau masalah tadi diungkit lagi oleh Citra.

Alisha dan Citra kini sedang berkutat dengan banyak obat di apotek tersebut. Orang-orang datang silih-berganti menebus resep obat di apotek. Terkadang, ada pula orang yang secara khusus hanya membeli obat di apotek itu, tanpa memeriksakan diri mereka di rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, suasana apotek sedang sepi. Alisha pun duduk dikursi dan merenggangkan otot-otot ditubuhnya. Dia waktu itu sedang sendirian, karena Citra sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba, ada Dikta yang sudah berdiri di depan apotek itu.

"Eh, Kak Dikta!" ucap Alisha terkejut.

"Ada apa? Apakah ada resep obat yang mau ditebus?" tanya Alisha.

"Enggak kok, kamu belum baca pesanku?" tanya Dikta menyelidik.

"Pesan?" Alisha berpikir sejenak, "oh, itu ya. Gimana kalau bertiga sama Citra?" tanya Alisha kepada Dikta.

"Hmm, ya udah deh nggak apa-apa. Kita bertiga ya nanti sore. Kalau gitu aku balik dulu ya ke rumah sakit, wassalamu'alaikum." Dikta pergi meninggalkan apotek tersebut.

"Wa'alaikum salam," ucap Alisha sambil bernapas lega.

Alisha mengingat pesan yang Dikta kirim kepadanya. Dipesan itu, Dikta mengajak Alisha untuk makan bersama disebuah rumah makan, pada sore hari sepulang Alisha bekerja. Untung saja, Alisha mempunyai ide untuk mengajak Citra bersamanya.

Disisi lain. Dikta sedang berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua di rumah sakit tersebut. Dikta sedikit kecewa karena tidak bisa pergi berdua saja dengan Alisha. Kenapa harus ngajak Citra sih? batin Dikta. Tapi, ya udahlah, kapan-kapan aku ajak lagi Alisha-nya. Saat itu, nggak boleh ada orang ketiga lagi yang ikut ! batin Dikta lagi.

Disisi lain, Citra telah kembali ke apotek. Setelah ke toilet tadi, Citra mampir ke kantin sebentar untuk membeli sebotol air minum dan beberapa camilan.

"Kenapa kamu, Sha?" tanya Citra dengan heran, karena raut wajah Alisha seperti orang yang sedang memikirkan masalah berat.

"Eh, udah balik Kamu. Hmm, Citra mau nggak makan bareng aku sama Kak Dikta? Jadi, isi pesan tadi pagi itu, dia ngajak aku makan bareng nanti sore," ucap Alisha menjelaskan.

"Tuh kan ... kayaknya dia memang suka sama kami, Sha. Jadi, aku nganggu dong kalau ikut. Eh, tapi nggak apa-apa lah aku ikut, pasti nanti Kak Dikta kan yang bayar? Mayan kan gratisan," ujar Citra sambil cekikikan.

"Ah kamu ini, masalah gratisan pasti nomor satu." Alisha menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan dari Citra.

"Iya dong, pasti!" kata Citra dengan yakin.

*

*

*

Sore hari. Kini Alisha dan Citra telah selesai dengan pekerjaan mereka. Dikta pun telah menunggu didalam mobilnya, mobil miliknya diparkir didepan apotek. Karena dirasa agak lama, Dikta pun mengirim pesan kepada Alisha. Alisha yang mendapatkan pesan dari Dikta, langsung membalasnya. Alisha pun mengajak Citra untuk segera keluar dari apotek, lalu menghampiri mobil Dikta.

"Sudah lama nunggunya, Kak?" tanya Citra kepada Dikta.

"Lumayan," jawab Dikta sambil tersenyum.

Deg.

Citra terpana dengan senyuman Dikta, Dikta terlihat sangat tampan saat itu. Senyuman Dikta ditambah dengan pakaian casual yang Dikta kenakan, membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh karena terpana.

"Cit ...." Dikta heran dengan sikap Citra.

"Eh, iya Kak. Maaf ya aku melamun tadi," ucap Citra sedikit gelagapan.

"Oke, nggak apa-apa. Ayo kalian masuk! Alisha, kamu duduk didepan ya," pinta Dikta.

"Ah enggak Kak, aku duduk dibelakang saja sama Citra," respon Alisha.

"Hmm, baiklah," ucap Dikta dengan kecewa.

Dikta pun mulai melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan, ketiga orang yang berada didalam mobil itu saling berbincang. Terkadang terdengar gelak tawa diantara mereka.

Setelah beberapa saat, mobil Dikta telah sampai di halaman sebuah rumah makan, Dikta segera memparkirkan mobilnya. Setelah itu, Dikta mengajak Alisha dan Citra untuk keluar dari mobilnya.

"Ayo, kita keluar," ajak Dikta.

"Baik, Kak," jawab Alisha dan Citra bersamaan.

Alisha dan Citra melihat keadaan rumah makan didepan mereka. Rumah makannya lumayan besar, dan keadaan saat itu sedang ramai pengunjung. Dikta, Alisha, dan Citra berjalan masuk ke rumah makan itu. Mereka mencari tempat yang kosong. Setelah beberapa saat, mereka mendapatkan tempat yang kosong, mereka pun segera duduk ditempat itu.

Dikta, Alisha, dan Citra memesan beberapa menu yang terdaftar. Setelah beberapa saat, pesanan mereka mulai berdatangan. Ketiga orang itu mencuci tangan mereka terlebih dahulu, sebelum memulai acara makan mereka.

Alisha yang melihat banyak makanan enak didepannya, tersenyum bahagia sekaligus sedih. Tiba-tiba saja, ia teringat saat dia masih tinggal di rumah pamannya. Saat pamannya sedang tidak ada dirumah, bibinya hanya memberi makan Alisha sepiring nasi saja tanpa lauk apapun.

Alisha sering disuruh melakukan pekerjaan rumah saat pamannya tidak ada dirumah. Saat pamannya dirumah, Alisha tidak diijinkan melakukan pekerjaan berat. Bibinya Alisha takut, suaminya akan marah kepadanya jika ketahuan memperlakukan Alisha dengan tidak baik.

Terpopuler

Comments

Authophille09

Authophille09

citra adalah aku ketika mendengar gratisan🤣

2022-11-24

1

jasmine

jasmine

Tosss Citra.... kita sama2 penggemar yg gratis2 😁

2022-10-19

8

Mega

Mega

Semangat, sudah masukin favorit juga.

2022-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!