Mobil berhenti ketika mereka melewati area CBD (Central Business District / Area perkantoran) Ray yang menjadi supir turun dan mengitari mobil lalu membukakan pintu untuk Ariel.
“Pergilah dengan hati-hati, perhatikan jalan dan hubungi mama jika sudah sampai.” Amelia berhenti menyerang
Aria. Dia mengalihkan perhatiannya kepada Ariel dan menasehati seperti melepas anak bayinya dihari pertama masuk playgroup.
“Okey,” Ariel menjawab dengan serius.
Aria melihat ada kesempatan untuk melepaskan diri, dia mendorong Ariel lalu saat Ray lengah dia segera keluar dari mobil dan berlari menyebrang jalan dan menghentikan taxi. Dia segera menyebutkan alamat tujuannya dan menyuruh supir taxi untuk ngebut.
Ditengah perjalanan tiba-tiba Aria sakit kepala. Dia menyandarkan kepalanya dan memijit pelipisnya.
"Have a drink Miss." Supir taxi berkata, dia mengulurkan botol air mineral kepada Aria.
Demi kesopanan Aria menerimanya. Kebetulan juga dia merasa sangat haus, namun dia tidak berniat untuk meminum air itu walaupun tutup botol itu masih di segel.
Supir taxi melirik kebelakang dari kaca spion. Melihat jika penumpangnya tidak meminum air pemberiannya, dia menekan sebuah sesuatu disebelah tombol kontrol AC mobil.
Beberapa menit kemudian penumpang di belakang sudah tertidur pulas. Supir taxi mebelokan mobil dan mengambil rute kearah berlawanan.
Ketika Aria membuka matanya dirinya sudah terikat pada sebuah kursi di dalam sebuah pabrik kosong.
Semua lubang fentilasi ditutup menggunakan plastik hitam yang sudah bolong-bolong termakan usia.
Ada satu pintu keluar di depannya dan disekitarnya dipenuhi oleh tumpukan kardus karton bekas dan barel besi yang diberitanda tengkorak dan tulang menyilang yang menandakan jika isi barel itu adalah sesuatu yang berbahaya dan beracun.
Pabrik itu juga mengeluarkan bau anyir seperti ikan busuk yang membuatnya ingin muntah. Aria mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya. Akan tetapi semakin dia bergerak semakin erat tali itu mengikat. Entah sampul apa yang digunakan.
Saat dia sibuk menebak siapa penculiknya, terdengat suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian pintu dibuka dan cahanya terang dan Aria memincingkan matanya untuk menyesuaikan.
Lima orang masuk ke dalam pabrik. Satu diantara mereka Aria mengenalinya sebagai supir taxi. Dua orang pria kekar berotot yang biasanya diperkerjakan sebagai tukang pukul atau bodyguard. Dua orang sisanya adalah pria berpakaian rapi dengan jas dan celana bahan serta sepatu kulit mengkilap yang tampak berkilau ketika tersorot oleh cahanya. Salah satu dari mereka berdua memakai kacamata tanpa bingkai.
Pria bersetelan yang tidak memakai kaca matanya dan beridi paling tengah mendekat. "Hello, sister."
Aria tidak kaget dengan suara yang tidak asing itu.
Kakak keduanya. "Hi, brother." Dia balas menyapa dengan santai.
Sejak bom atom yang berupa surat wasiat itu dibacakan satu bulan lalu Aria sudah dicilik seperti ini tiga kali. Dia sudah berpengalaman dan tidak lagi mengalami demam panggung.
Hanya saja dari dua kakaknya yang lain, kakak keduanya yang paling eksentrik.
Saat Aria diculik untuk yang pertama kalinya, dia disekap di dalam sebuah kabin memah di dalam sebuah kapal pesiar yang berlayar menuju Hongkong. Kedua kalinya dia disekap di kamar presidential suite di hotel Burj Khalifa. Dua penculikan itu dalangnya adalah kakak ketiganya. Waktu itu dia tidak bisa membedakan apakah dia sedang diculik atau sedang tamasya. Kakak ketiganya itu selain memilih tempat yang tidak sesuai dengan standar penculikan pada umumnya juga menyuguhinya dengan berbagai hidangan yang dimasak oleh koko bintang lima.
Lalu pengalaman penculikan dengan kakak pertamanya tidak jauh berbeda. Dia disekap di dalam villa di atas bukit yang memiliki pemandangan indah 360° dan dia dibiarkan berkeliaran semaunya. Hasilnya dia sekalian piknik di sana.
Hanya kakak keduanya yang mematuhi SOP penculikan. Tangan diikat, pabrik kodong dan preman bayaran.
"Aria my sweetheart." Jameson Aji seperti biasa memanggilnya dengan pet name kampungan yang membuat Aria memutar bola mata setiap kali
Mendengar Jameson memanggilnya. "Bisa tidak sedikit normal?" Aria berkata dengan jengah. Ketika Jameson memanggilnya seperti itu, apa dia tahu jika dia sudah keluar dari script?
Tolong tetap pada karakter setting seorang penculik!
Jameson tidak mengabaikan protes Aria seperti biasanya. Dia sekarang sudah berdiri persis didepan Aria. "Aku tahu kau pasti merindukan kakamu yang tampan itu." Jameson mengulurkan tangannya dan meyibakan rambut Aria yang menempel pada pipinya lalu menyelipkannya dibelakang telinga. "Aku juga merindukanmu sweetheart."
What the f**ck!
Apakah Jameson sedang berakting sebagai penculik psikopat?
Aria mengamati ekspresi Jameson. Seperti begitu. Dan dia mengangguk memberikan persetujuan.
Pengalaman ke empatnya adalah di culik oleh Jameson si psikopat.
Entah apa tujuan Jameson menculiknya. Kakak keduanya itu sungguh tidak niat dan keluar dari plot ditengah jalan.
Setelah beberapa basa-basi dia sendiri yang melepaskan tali yang mengikat Aria. Lalu dengan santainya dia membantunya berdiri dan menyuruh Aria untuk mengganti sandal rumah yang dia pakai dengan Stiletto Louboutin berwarna nude.
Setelah Aria meng-upgrade alas kakinya, dia dan Jameson keluar dari pabrik kosong berbau anyir itu.
"Dari mana kau tahu tempat ini?" Dia bertanya, dia sedikit heran siapa yang merekomendasikan tempat ini kepada Jameson.
"Ini adalah studio baru milik Luke." Jameson menjawab.
"Heh," Aria mencebik. Pantas saja, dia sudah curiga. Dengan kepribadian yang dimiliki Jameson, tidak mungkin kakak keduanya itu mau menginjakan kaki ke tempat-tempat kotor.
Luke adalah mantan trainee sebuah boyband K-pop yang gagal debut karena dia tidak mau mengikuti tren joget gwiyomi sehingga manajemen yang menaunginya membatalkan kontrak. Tapi karena kecintaannya pada dunia entertainment dia banting setir menjadi direktur sekaligus produser film. Setelah sukses membuat banyak film box office, Luke memacari aktris papan atas Korea. Pacarnya itu dia dapatkan dari menikung pemilik manajemen entertainment tempatnya dulu menjadi trainee.
Dan Luke adalah teman kecil Jameson yang lebih sukses dari Jameson dalam hal percintaan.
Ketika mereka bedua sudah duduk di dalam mobil SUV milik Jameson yang sudah dimodifikasi menjadi lebih panjang dan lebih lebar. Jameson membuka kompartemen ditengah mereka dan mengeluarkan sebotol wine dan dua gelas lalu men-setting kompartemen itu menjadi mini table.
Jameson menarik sumpal anggur yang tinggal setengah itu lalu menungkan ke dalam dua gelas dan memberikan segelas kepada Aria.
Aria menerimanya gelas itu, dia mengonyangkan isinya sebentar kemudian menyesapnya. Aroma anggur menyapa hidungnya. Manis dan sedikit pahit. Ini adalah anggur yang diproduksi oleh winery milik keluarga Aji.
Walaupun anggur ini bukan anggur tua yang berusia puluhan atau ratusan tahun, harga seriap sesapannya tidak kalah dengan anggur-anggur itu. Itu karena winery keluarga mereka hanya memproduksi dalam jumlah terbatas. Setiap tahunnya tidak lebih dari tujuh puluh tujuh botol.
Ketika anggur itu mengalir di kerongkongan Aria merasakan tenggorokannya terbakar kemudian dia batuk darah. Pandangannya menjadi buram dan tubuhnya lemas. Aria merosot dari tempat duduknya dan jatuh ke lantai. Saat itulah dia melihat Jameson tersenyum sinis kepadanya.
"Stupid Ari."
Hanya pada saat Jameson mengerjainya dia akan memanggilnya dengan sebutan Stupid Ari. Sama seperti ketika kakak keduanya itu menguncinya di tempat penyimpanan wine pada musim dingin lima belas tahun lalu.
Aria kehilangan kesadarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ida Blado
,panyes yg like dikit,ceritanya ngawur gini,fl nya dodol bodol bodoh ogeb
2023-05-20
0
Ida Blado
sok jago tpi lemah,sekalipun cuka rencana
2023-05-20
0