4. Joker Joy

Ketika Wira Pramudnya sampai, Joe masih berada di luar rumah.

Begitu melihat pria itu Joe tidak bisa membendung perasaannya yang membuncah. Dia menghamburkan tubuhnya kepada Wira Pramudya dan memeluk pria itu erat, Wira Pramudya yang tidak siap dan tidak menduga hal itu sedikit terhuyun dan dengan kualahan dia menyeimbangkan tubuhnya.

“Kau kenapa lama sekali?” Joe menguburkan kepalanya pada leher Wira. Ketegangan dia alami berangsur-angsur menghilang.

“Nona Morgan, apa yang terjadi?” Wira Pramudya berusaha melepaskan pelukan Joe, tapi Joe menepel kepadanya seperti gurita. “Dimana Nona Aria?” Wira Pramudya akhirnya pasrah dan membiarkan Joe bertindak semaunya.

“Mereka membawanya pergi.” Joe berbisik lemah.

“Mereka siapa?” Wira Pramudya tidak mengerti.

“Amelia Langton.” Joe semakin membenamkan kepalanya. Menyebut nama wanita itu Joe merasa trauma.

Beberapa hari yang lalu dia sempat mengidolakan sosok Amelia Langton. Wanita itu dia anggap sebagai malaikat, wanita itu menyantuni banyak anak-anak yang kurang beruntung, mendirikan yayasan untuk menaungi anak-anak itu, mendedikasikan uang dan tenaganya demi memastikan mereka mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Sosoknya sangat dermawan dan terpuji.

Tidak terhitung berapa kali dia memuji-muji wanita, dia bahkan pernah membahasnya selama satu jam di hadapan Aria.

Entah bagaimana perasaan gadis itu saat mendengar pujian-pujian yang dia tunjukan pada wanita itu.

Dia merasa sangat bersalah sekarang.

“Nyonya Amelia datang kemari?” Wira Pramudya menjauhkan dirinya dari Joe. Mencari kebenaran dalam mata Joe.

“Iya wanita itu datang,” Joe mengagguk, sangat berharap jika Wira Pramudya mempunyai cara untuk mengambil kembali Aria.

Wira Pramudya menghembuskan nafas dengan kasar. Sekarang pekerjaanya menjadi lebih sulit dan waktu kepulanggannya semakin tertunda. Menyebalkan.

“Apa Aria akan baik-baik saja?” Joe merasa jika Wira Pramudya tahu banyak tentang keluarga Aria dan pasti punya jawaban atas pertanyaannya itu. Dia merasa sangat khawatir dengan keadaan Aria.

Bahkan dengan keberadaan Joe, Amelia berani bertindak kasar kepada Aria, entah seperti apa gilanya wanita itu jika berada di ruang tertutup.

Ditambah lagi Ariel, gadis yang terlihat lemah lembut itu sepertinya tidak jauh berbeda dari ibunya. Kemampuan bicara gadis itu juga meresahkan. Perkataannya selalu mengandung dua arti.

“Nona Aria tentu saja akan baik-baik saja.”

Joe mengerutkan alisnya, kalau dia tidak salah lihat Wira Pramudya terlihat sedikit ketus.

“Kau…” Joe memincingkan matanya, pria ini sedikit mencurigakan. Bisa jadi dia berkomplot dengan dua wanita bermuka dua itu.

“Sudah kuduga, mendapatkan tanda tangan Nona Aria tidak akan semudah ini.” Wira Pramudya mengeluh penuh kekecewaan.

Joe yang melihat tampang lesu Wira Pramudya tersenyum. “Jadi kau tidak berada di sisi mereka, bukan?”

Mendengar pertanyaan itu Wira Pramudya semakin lesu. Kesetiaanya hanya berada pada Tuan Aji, dan sekarang berpindah pada Nona Aria karena wanita itu yang ditunjuk oleh Tuan Aji sebagai penerus. Intinya dia hanya akan melayani kepala keluarga Aji.

Walaupun Nona Aria tidak menganggapnya, dia tidak akan berpihak kepada orang lain. Dia sudah bersumpah untuk melindungi keluarga Aji. Melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan kakek dan ayahnya secara turun-temurun.

Dia hendak mengulang sumpah kesetiannya tapi perutnya mendahuluinya. Berbunyi dengan sangat keras.

Wira Pramudya berharap lubang hitam menelannya

“Hahaha…” Joe tidak bisa menahan tawa, wajah Wira Pramudya yang memerah menahan malu sangat imut.

“Aku akan pergi sekarang.” Wira Pramudya berbalik,

ingin pergi.

Joe dengan cepat meraih tangan pria itu, menahannya untuk tidak pergi, “Aku mengundangmu untuk makan malam.” Joe yang merasa ini adalah kesempatan terbaiknya untuk mendekati Wira Pramudya, tanpa malu mengundang pria itu. Yang pastinya langsung ditolak olehnya.

“You don’t have to Miss, but thank you for your offer.” Pria itu berkata dengan sopan.

“Aku mamasak lasagna,” Joe masih berusaha.

“Tidak nona Morgan.” Wira Pramudya menangkisnya.

“Nasi?” Joe menyerang.

“Tidak nona Morgan.” Wira Pramudya menangkisnya. Tapi dia sedikit goyah.

Dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Joe,“Sambal kacang, sambal terasi, ikan asin, gulai, rendang.” Dia menyebutkan hampir semua makanan yang ada di dalam kulkasnya.

“Then, aku tidak bisa menolak.” Wira Pramudya yang sudah satu minggu lebih menyiksa lidahnya menyerah pada godaan.

“My pleasure,” Joe memuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam rumah.

Tentu saja Aria yang memasak semua makanan itu. Aria punya hoby memasak tetapi tidak punya hoby makan. Dan Joe suka makan tetapi tidak bisa memasak merasa sangat beruntung, dia bisa menikmati makanan enak tanpa harus membayar mahal.

Joe sibuk memanaskan semua makanan yang tadi dia sebutkan. Beberapa kali dia melirik kearah meja makan dimana Wira Pramudya duduk dengan rapi di sana.

Bibirnya melengkung naik dengan lebar, jika Aria melihatnya dia pasti sudah mengatai Joe mirip dengan Joker.

Saat ini Aria sedang duduk berhadapan dengan Amelia Langton. "Katakan apa maumu?" Aria berkata sambil menekan dahinya dengan tissue. "Kalau yang kau inginkan adalah warisan itu maka kuberitahu, itu mustahil."

“Mama aku akan pergi ke tempat Dimitri. Aku akan turun di sini.” Ariel berkata dengan malu-malu, pipi merona ketika dia menyebutkan nama Dimitri.

Baru sekarang Aria sempat memperhatikan pakaian Ariel. Gadis itu berpakain rapi kemeja berwarna hitam dan rok pensil merah yang menperjelas bentuk tubuhnya. Dan setiletto tujuh inchi berwarna coklat muda menompang kakinya.

Rambutnya dibuat bergelombang lembut dan dibiarkan tergerai. Sebuah kalung emas putih dengan liontin berlian kecil melingkar dileher putihnya.

Riasan wajahnya terlihat natural bernuansa peach dan entah dengan teknik apa mata Ariel tampak lebih dan bulat dari biasanya.

Secara keseluruhan Ariel terlihat professional namun tetap cantik dan lembut.

Aria tahu jika Ariel adalah seorang manager perencanaan di perusahaan Langton. Kabarnya tahun depan dia akan naik jabatan menjadi direktur. Aria tidak terlalu heran Ariel bekerja di perusahaan milik keluarga—yang apalagi ayahnya adalah CEO disana, hal tidak ada bedanya dengan bernain dikebun sendiri. Karirnya dijamin mulus. Dia bisa naik jabatan kapan saja.

Tapi yang menarik perhatian Aria adalah ketika nama Dimitri Rubliov disebut. Di tidak asing dengan nama itu. Kemarin Wira Pramudya memberikan portofolio orang itu.

Dimitri Rubliov. Aria bergumam di dalam hati.

Menarik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!