OSPEK BERAKHIR
Drt drt drt .Pertanda ada panggilan.
“Assalamualaikum”, Sheina memberi salam.
“Waalaikumussalam”, Ratu membalas salam Sheina.
“Ada apa, Rat”.
“Apakah kamu jadi menjenput aku?”.
“Jadi Rat, memangnya kamu sudah ada dimana?”.
“Aku sudah berada di gang depan depan rumah”.
“Ok, kalau begitu kamu tunggu saja disitu aku sekarang sudah mau on the way”.
“Ok, assalamualaikum”.
“Waalaikumussalam”.
Sheina bergegas menemui mamanya dan bersalaman, kemudian berlalu menuju motornya.
“Maaf Rat, lama”, sapa Sheina yang baru tiba ditempat Ratu menunggu.
“Ya sudah, santai saja, wak, dan yang terpenting kita tidak terlambat datang ke ospek”.
“Ya sudah, ayok”, Sheina menunjuk ke arah belakang joknya.
Sheina bergegas melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
“Wak, apakah kamu selalu mengendarai motor seperti ini ?”, Ratu mengeraskan suaranya melawan suara
kendaraaan yang lalu lalang.
“Iya, memangnya kenapa?”.
“Jantung ku terasa mau lepas, wak”.
“Kalau begitu kamu ambil saja lem di dalam tas ku, kemudian kamu tambal saja jantungmu menggunakan lem itu agar sedikit kencang”.
“Eh kampret, ini jantung bukan kertas”.
“Memangnya siapa yang mengatakan kalau itu kertas? kan tadi aku katakan ambil lem kemudian di tambal dengan lem agar kencang”.
“Kampret lah, memangnya ingin menggunakan lem apa untuk menambalnya?”.
“Lem setan”.
“Kalau jantung ku dilem menggunakan lem setan berarti aku juga setan dong”.
“Hahsha”, mereka pun tertawa bersamaan.
“Semoga nanti setelah ospek kita bisa satu kelas ya, wak”, jelas Ratu.
“Amin”.
“Akhirnya, tiba juga kita dikampus mu, wak”, Ratu bergegas turun dari motor.
“Kampusku ya berarti kampus mu juga lah, bocor”.
“Berarti kita kaya lah, wak”.
“Hahaha”, lagi lagi mereka tertawa bersamaan.
Mereka mulai berjalan melewati parkiran dan menuju lantai pertama.
“Wak, sebaiknya kita dari sini saja”, Sheina mencekal tangan Ratu yang ingin berjalan menuju lantai dua.
“Loh, memangnya kenapa?”, tanya Ratu penasaran.
Sheina hanya diam dan matanya tertuju kedepan melihat Dave, kemudian dia berlalu menuju jalan pintas kelantai tiga.
Kebetulan lokasi yang mereka tuju adalah lantai empat.
“Apakah itu kekasih mu, wak? atau apakah itu mantan mu?”, tanya Ratu memecahkan keheningan.
Sheina enggan menjawab sebab dia tidak ingin ada yang mengetahui tentang Dave.
“Kenapa kamu diam?, setelah berhari-hari kita pergi dan pulang bersama selama ospek ternyata kamu masih menganggap aku orang asing? aku mengira kalau kita sudah menjadi temen tetapi ternyata aku salah”, jelas Ratu.
Sheina masih diam tidak menjawab pertanyaan Ratu.
“Ya sudah, kalau kamu masih menganggap aku orang asing. Mulai sekarang kita masing-masing saja seperti pertama kali kita bertemu”, Ratu mempercepat langkahnya.
“Aku hanya tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang Dave”, seketika ucapan Sheina menghentikan langkah Ratu.
“Memangnya kenapa kalau aku tahu?”, Ratu berbalik menatap Sheina.
“Karena aku lagi berusaha untuk melupakannya, dan hmmm”, Sheina menarik nafas dan membuangnya secara kasar.
“Itu ibarat luka lama yang berusaha sembuh namun sebelum sembuh sudah dibuka lagi. Aku yakin kamu
pasti tahu bagaimana rasanya”, jelas Sheina.
“Apakah kamu tahu, Shei, ketika aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya aku merasa kalaukamu adalah temen terbaik yang akan aku miliki dan apakah kamu tahu bahwa semua orang juga punya luka disini”, Ratu menunjuk dada Sheina.
Sheina menunduk dan menahan buliran putih yang ingin tumpah.
“Tetapi, bukan berarti luka itu harus kamu simpan sendiri. Karena semua akan terasa ringan jika kamu membaginya, setidaknya ada orang yang mendengarkan sakit yang kamu miliki walaupun mungkin teman tersebut tidak sesempurna yang kamu inginkan. Memangnya mau sampai kapan kamu menghindarinya? mau sampai kapan kamu menyimpannya?. Kamu hanya perlu menghadapinya karena seiring berjalannya waktu kamu juga akan terbiasa dengan atau tanpa kehadirannya dan waktu juga yang akan menyembuhkan luka mu”, jelas Ratu.
Buliran putih tumpah tanpa permisi melaju ke pipi mulus Sheina.
Seketika Ratu memeluknya dan menggosok-gosok punggung Sheina.
Sheina kenapa menangis ,ya, memangnya ada masalah apa, batin Dave yang tidak sengaja memergoki mereka dilantai tiga.
Sheina dan Ratu berjalan kembali menuju lantai empat ketika Sheina merasa sudah baikan.
“Namanya Dave dan kami memiliki janji untuk saling menunggu hingga puncaknya disaat wisuda ku nanti dia akan melamarku. Tetapi aku mendengar dari temen sekolah dulu bahwa dia sudah memiliki kekasih. Aku tidak tahu siapa kekasihnya dan sialnya aku baru tahu itu setelah aku putus dengan kekasihku”, Sheina memulai percakapan seiring mereka berjalan menuju lantai selanjutnya.
“Apakah kamu masih mencintainya”, tanya Ratu.
“Sangat”.
“Apakah kamu menyesal putus dengan kekasihmu?”.
“Tidak sama sekali”.
“Jadi, apa yang kamu takutkan?”.
“Aku hanya takut waktu mempertemukan kami lagi dan menimbulkan rasa yang sekarang sedang ingin aku bersihkan”.
“Kenapa kamu harus takut? sejatinya tulang rusuk tidak akan tertukar dan tidak akan menjauh dari pemiliknya”.
“Tetapi aku tidak ingin merusak hubungan yang sedang dia jalani dan aku tahu bagaimana rasa sakit itu. Makanya aku tidak ingin membuat sakit itu kepada orang lain”.
“Kalau begitu kamu harus belajar ikhlas melepaskannya”.
“Ini lah yang sedang aku jalani, wak”.
“Hmm, kalau begitu kamu harus belajar untuk menghadapinya dan jangan menghindar sebab itu sama saja kamu
melemahkan hati mu”.
Sheina hanya mengangguk angguk sebagai jawabannya.
Mereka tiba dilantai empat dan bergegas berkumpul dengan yang lainnya.Tidak berapa lama bel berbunyi menandakan ospek akan segera dimulai.Seketika kelompok melati membuat barisan dan menunggu kedatangan Danu dan Putri.
“Teman-teman lihat deh laki-laki yang menyukai merak, duh tampan banget kan”, celoteh cenderawasi dengan menunjuk tangannya kearah Danu yang berjalan menuju mereka.
“Iya tampan banget, bagaimana kalau kak Danunya untuk aku saja, merak?”, pinta beruang.
“Eh, kamu jangan halu,deh, dan jangan kebanyakan mimpi seperti itu tu”, tunjuk cendrawasi
dengan mulutnya ke arah kelinci.
Kelinci hanya diam.
“Ci, kenapa kamu diam saja ketika cendrawasi berkata seperti itu kepada mu?”, celetuk panda.
“Biarkan saja, lagipula tidak penting juga untuk ku”, jawab kelinci santai.
“Selamat pagi semuanya”, sapa Danu.
“Pagi kak”, serentak para mahasiswa.
“Apakah semuanya sudah tahu bahwa hari ini merupakan ospek terahir?", tanya Danu.
"Sudah kak", serentak para mahasiswa.
"Ok, karena ini hari terakhir jadi kita tidak ada kegiatan selain berbincang-bincang saja”, jelas Danu.
“Kak, apakah masih harus menggunakan nama baru?", tanya panda.
“Iya, sebab kita kan belum bubar”.
“Kak, apakah saya boleh bertanya?”, merak menaikkan tangan sebagai tanda bertanya.
“Iya, silahkan, memangnya kamu ingin bertanya apa?”.
“Apakah kakak sudah memiliki kekasih?”.
Pufffh.
Danu menoleh ke arah Putri seketika Putri menutup mulutnya.
“Belum, memangnya kenapa?”.
“Apakah boleh tahu seperti apa keriteria perempuan yang kakak sukai?”.
“Tidak muluk-muluk yang penting orangnya santai, bijak, dan dapat membuat nyaman”, lirik Danu ke arah Sheina.
“Apakah kakak suka dengan merak?”.
Danu hanya mengulum senyumnya.
“Apakah ada pertanyaan lagi yang lainnya”, Danu berusaha mengalihkan pembicaraannya dengan cendrawasi.
Cendrawasi bergegas bangkit kemudian menuju ke kak Danu dan mereka berbicara empat mata.Terlihat kak Danu sesekali menganggukkan kepalanya.
“Harap perhatiannya, kita mendapat undangan makan bersama dirumah cendrawasi malam ini, guna salam perpisahan”, Danu memulai percakapannya setelah cendrawasi duduk kembali dibarisannya.
“Diharapkan kehadiran semuanya dan ...”,
“Kak tetapi aku tidak mengundang kelinci jadi khusus untuk dia dilarang datang?”, cendrawasi
memotong perkataan Danu.
“Loh, memangnya kenapa?, dia kan satu kelompok dengan kita?”.
“Aku tidak ingin acaranya berantakan karena kedatangan dia?”.
“Loh, memangnya...”
“Kak, tidak apa-apa”, kelinci bangkit dari duduknya dan memotong perkataan Danu.
“Kamu tenang saja tanpa kamu larang untuk datang pun aku juga tidak akan datang. Justru aku sangat berterima kasih karena kamu mempermudahku, jadi aku tidak perlu pusing-pusing mencari alasan untuk menolak datang ke acaramu. Lagipula ada hal yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar datang ke acaramu, apalagi membuat keributan itu bukan aku banget tetapi mungkin itu kamu”, jelas kelinci.
Setiap malam Ahad Sheina memiliki acara pengajian akbar dan malam Ahad ini dia bertugas sebagai panitia dalam acara tersebut. Jelas Sheina lebih memilih acaranya daripada acara cendrawasi.
“Eleh, katakan saja karena kamu tidak aku undang makanya kamu mengatakan mempunyai acara sendiri tetapi nyatanya hoax”.
“Kamu mau percaya atau tidak itu urusanmu, tetapi kalau kamu mau membuktikannya kamu bisa datang ke Mesjid Nurul Huda ba’da isya.Tetapi apa kamu tahu alamat Mesjid itu? entah – entah pun kamu tidak pernah tahu dimana letak Mesjid itu?”, sindir kelinci.
“Untuk apa aku harus membuktikan omongan hoax dari mulutmu, aku tidak akan sudi”.
“Mana tahu waktu ingin bertemu Izroil kamu nyasar dulu ke situ jadi kan ada bekal sedikit”.
“Memangnya siapa Izroil itu? apakah itu nama bapak mu?”.
“Miris ya, Ktpnya Islam dan hidup diantara orang Islam bahkan mendengarkan adzan sehari lima kali tetapi Izroil saja tidak tahu. Situ waktu lahir diiqomahkan atau dibaptis? atau jangan-jangan waktu pelajaran agama Islam situ karokean? “.
“Kepala *tak mu aku dibaptis\, kamu kalau ngomong jangan seenak ****** mu”.
“Memangnya kamu sudah pernah makan **** manusia makanya kamu bisa tahu bagaimana rasanya? berarti Sumanto, horor dong”.
“Siapa lagi itu Sumanto? apakah itu nama kakek mu? tidak perlu kamu membawa - bawa nama anggota keluarga mu karena itu tidak penting untukku”.
“Cassingnya saja yang cantik tetapi isinya bego akut, sekali-kali kamu pergi ke Mesjid untuk kenalan dengan Izroil. Kali saja begitu kamu mengenalnya kamu langsung dipanggil jadi kan kamu tidak grogi lagi ketika bertemu. Main mu kurang jauh, neng, sebab dengan Sumanto saja kamu tidak kenal. Handphone mahal kurang mahal tetapi tidak berfungsi dengan semestinya mending handphonenya ganti saja dengan handphone yang untuk melempar anj*ing”.
“Bilang saja kalau kamu iri karena tidak memiliki handphone seperti aku?, apa jangan-jangan kamu tidak bisa membelinya? aduh kasian banget. Apakah kamu mau aku bantuin? tuh berdiri saja di lampu merah kan lumayan paling tidak sebulan sudah bisa membeli handphone seperti aku”.
“Ck ck ck\, miris sungguh miris. Aku akan iri dengan kamu jika *tak mu lebih berisi dari p*ntatmu dan asal kamu tahu sedikitpun tidak ada dari dirimu yang bisa membuat aku iri apalagi hanya karena handphone. Hmmm\, aku jauh memiliki Zat yang Maha Kaya dan itu adalah hal yang sangat mudah bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tanganmu”.
“Sok alim”.
“Tidak masalah kata itu aku terima setidaknya aku tahu statusku daripada yang katanya Islam tetapi tidak tahu Izroil siapa? Miris”.
“Sudah, sudah ,kenapa jadi berdebat begini”, sela Putri.
“Biar adil bagaimana kalau kita adakan perpisahan ospeknya hari ini dan untuk undangan dari cendrawasi kita juga bisa mengunjunginya bagi yang tidak ada halangan”, tegas Danu.
Para mahasiswa pun serentak bangkit dari duduknya.
“Memangnya kita ingin pergi kemana, kak?”, tanya panda.
“Kita pergi ke Alun-alun kota”.
Para mahasiswa pun bergegas menuju ke lokasi.
“Untuk semuanya mari berkumpul”, panggil Putri ketika sudah sampai di Alun-alun kota.
“Bagaiman kalau kita patungan untuk membeli makanan, apakah kalian setuju?”, tanya Putri lagi.
“Setuju kak”, serentak para mahasiswa.
“Ok, kalau begitu kumpulkan per orang dua puluh ribu dan kita akan membeli nasi bungkus serta sisanya membeli minuman dan cemilan”, jelas Putri.
“Kijang dan jaguar, kalian pergi untuk membeli nasi bungkus”, perintah Putri.
“Baik kak”, serentak mereka.
“Anaconda dan panther, kalian pergi untuk membeli minum dan cemilan”.
“Baik kak”, serentak mereka.
Mereka yang diberi perintah bergegas meninggalkan lokasi.
“Jangan di tatap terus kali, Nu, kalau kamu memang menyukainya maka datang kepadanya dan katakan”, Putri menepuk bahu Danu kemudian memilih duduk disampingnya.
“Deg deg kan, Put”.
“Berarti normal dong”.
“Apakah kamu pikir aku tidak normal?”.
“Hahaha, tidak perlu sensi kali, wak”.
Danu hanya terdiam tidak menanggapi ocehan Putri dan pandangannya terus tertuju ke kelinci. Di sebrang sana tampak kelinci yang tertawa lepas dengan kucing dan panda. Mereka bermain kejar-kejaran seperti anak kecil.
Hanya melihat mu tertawa seperti ini pun sudah membuat hati ku ikut senang, apakah ini namanya cinta? apakah semudah ini bahagia dalam cinta?, batin Danu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments