EPISODE 4

OSPEK BERAKHIR

Drt drt drt .Pertanda ada panggilan.

“Assalamualaikum”, Sheina memberi salam.

“Waalaikumussalam”, Ratu membalas salam Sheina.

“Ada apa, Rat”.

“Apakah kamu jadi menjenput aku?”.

“Jadi Rat, memangnya kamu sudah ada dimana?”.

“Aku sudah berada di gang depan depan rumah”.

“Ok, kalau begitu kamu tunggu saja disitu aku sekarang sudah mau on the way”.

“Ok, assalamualaikum”.

“Waalaikumussalam”.

Sheina bergegas menemui mamanya dan bersalaman, kemudian berlalu menuju motornya.

“Maaf Rat, lama”, sapa Sheina yang baru tiba ditempat Ratu menunggu.

“Ya sudah, santai saja, wak, dan yang terpenting kita tidak terlambat datang ke ospek”.

“Ya sudah, ayok”, Sheina menunjuk ke arah belakang joknya.

Sheina bergegas melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

“Wak, apakah kamu selalu mengendarai motor seperti ini ?”, Ratu mengeraskan suaranya melawan suara

kendaraaan yang lalu lalang.

“Iya, memangnya kenapa?”.

“Jantung ku terasa mau lepas, wak”.

“Kalau begitu kamu ambil saja lem di dalam tas ku, kemudian kamu tambal saja jantungmu menggunakan lem itu agar sedikit kencang”.

“Eh kampret, ini jantung bukan kertas”.

“Memangnya siapa yang mengatakan kalau itu kertas? kan tadi aku katakan ambil lem kemudian di tambal dengan lem agar kencang”.

“Kampret lah, memangnya ingin menggunakan lem apa untuk menambalnya?”.

“Lem setan”.

“Kalau jantung ku dilem menggunakan lem setan berarti aku juga setan dong”.

“Hahsha”, mereka pun tertawa bersamaan.

“Semoga nanti setelah ospek kita bisa satu kelas ya, wak”, jelas Ratu.

“Amin”.

“Akhirnya, tiba juga kita dikampus mu, wak”, Ratu bergegas turun dari motor.

“Kampusku ya berarti kampus mu juga lah, bocor”.

“Berarti kita kaya lah, wak”.

“Hahaha”, lagi lagi mereka tertawa bersamaan.

Mereka mulai berjalan melewati parkiran dan menuju lantai pertama.

“Wak, sebaiknya kita dari sini saja”, Sheina mencekal tangan Ratu yang ingin berjalan menuju lantai dua.

“Loh, memangnya kenapa?”, tanya Ratu penasaran.

Sheina hanya diam dan matanya tertuju kedepan melihat Dave, kemudian dia berlalu menuju jalan pintas kelantai tiga.

Kebetulan lokasi yang mereka tuju adalah lantai empat.

“Apakah itu kekasih mu, wak? atau apakah itu mantan mu?”, tanya Ratu memecahkan keheningan.

Sheina enggan menjawab sebab dia tidak ingin ada yang mengetahui tentang Dave.

“Kenapa kamu diam?, setelah berhari-hari kita pergi dan pulang bersama selama ospek ternyata kamu masih menganggap aku orang asing? aku mengira kalau kita sudah menjadi temen tetapi ternyata aku salah”, jelas Ratu.

Sheina masih diam tidak menjawab pertanyaan Ratu.

“Ya sudah, kalau kamu masih menganggap aku orang asing. Mulai sekarang kita masing-masing saja seperti pertama kali kita bertemu”, Ratu mempercepat langkahnya.

“Aku hanya tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang Dave”, seketika ucapan Sheina menghentikan langkah Ratu.

“Memangnya kenapa kalau aku tahu?”, Ratu berbalik menatap Sheina.

“Karena aku lagi berusaha untuk melupakannya, dan hmmm”, Sheina menarik nafas dan membuangnya secara kasar.

“Itu ibarat luka lama yang berusaha sembuh namun sebelum sembuh sudah dibuka lagi. Aku yakin kamu

pasti tahu bagaimana rasanya”, jelas Sheina.

“Apakah kamu tahu, Shei, ketika aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya aku merasa kalaukamu adalah temen terbaik yang akan aku miliki dan apakah kamu tahu bahwa semua orang juga punya luka disini”, Ratu menunjuk dada Sheina.

Sheina menunduk dan menahan buliran putih yang ingin tumpah.

“Tetapi, bukan berarti luka itu harus kamu simpan sendiri. Karena semua akan terasa ringan jika kamu membaginya, setidaknya ada orang yang mendengarkan sakit yang kamu miliki walaupun mungkin teman tersebut tidak sesempurna yang kamu inginkan. Memangnya mau sampai kapan kamu menghindarinya? mau sampai kapan kamu menyimpannya?. Kamu hanya perlu menghadapinya karena seiring berjalannya waktu kamu juga akan terbiasa dengan atau tanpa kehadirannya dan waktu juga yang akan menyembuhkan luka mu”, jelas Ratu.

Buliran putih tumpah tanpa permisi melaju ke pipi mulus Sheina.

Seketika Ratu memeluknya dan menggosok-gosok punggung Sheina.

Sheina kenapa menangis ,ya, memangnya ada masalah apa, batin Dave yang tidak sengaja memergoki mereka dilantai tiga.

Sheina dan Ratu berjalan kembali menuju lantai empat ketika Sheina merasa sudah baikan.

“Namanya Dave dan kami memiliki janji untuk saling menunggu hingga puncaknya disaat wisuda ku nanti dia akan melamarku. Tetapi aku mendengar dari temen sekolah dulu bahwa dia sudah memiliki kekasih. Aku tidak tahu siapa kekasihnya dan sialnya aku baru tahu itu setelah aku putus dengan kekasihku”, Sheina memulai percakapan seiring mereka berjalan menuju lantai selanjutnya.

“Apakah kamu masih mencintainya”, tanya Ratu.

“Sangat”.

“Apakah kamu menyesal putus dengan kekasihmu?”.

“Tidak sama sekali”.

“Jadi, apa yang kamu takutkan?”.

“Aku hanya takut waktu mempertemukan kami lagi dan menimbulkan rasa yang sekarang sedang ingin aku bersihkan”.

“Kenapa kamu harus takut? sejatinya tulang rusuk tidak akan tertukar dan tidak akan menjauh dari pemiliknya”.

“Tetapi aku tidak ingin merusak hubungan yang sedang dia jalani dan aku tahu bagaimana rasa sakit itu. Makanya aku tidak ingin membuat sakit itu kepada orang lain”.

“Kalau begitu kamu harus belajar ikhlas melepaskannya”.

“Ini lah yang sedang aku jalani, wak”.

“Hmm, kalau begitu kamu harus belajar untuk menghadapinya dan jangan menghindar sebab itu sama saja kamu

melemahkan hati mu”.

Sheina hanya mengangguk angguk sebagai jawabannya.

Mereka tiba dilantai empat dan bergegas berkumpul dengan yang lainnya.Tidak berapa lama bel berbunyi menandakan ospek akan segera dimulai.Seketika kelompok melati membuat barisan dan menunggu kedatangan Danu dan Putri.

“Teman-teman lihat deh laki-laki yang menyukai merak, duh tampan banget kan”, celoteh cenderawasi dengan menunjuk tangannya kearah Danu yang berjalan menuju mereka.

“Iya tampan banget, bagaimana kalau kak Danunya untuk aku saja, merak?”, pinta beruang.

“Eh, kamu jangan halu,deh, dan jangan kebanyakan mimpi seperti itu tu”, tunjuk cendrawasi

dengan mulutnya ke arah kelinci.

Kelinci hanya diam.

“Ci, kenapa kamu diam saja ketika cendrawasi berkata seperti itu kepada mu?”, celetuk panda.

“Biarkan saja, lagipula tidak penting juga untuk ku”, jawab kelinci santai.

“Selamat pagi semuanya”, sapa Danu.

“Pagi kak”, serentak para mahasiswa.

“Apakah semuanya sudah tahu bahwa hari ini merupakan ospek terahir?", tanya Danu.

"Sudah kak", serentak para mahasiswa.

"Ok, karena ini hari terakhir jadi kita tidak ada kegiatan selain berbincang-bincang saja”, jelas Danu.

“Kak, apakah masih harus menggunakan nama baru?", tanya panda.

“Iya, sebab kita kan belum bubar”.

“Kak, apakah saya boleh bertanya?”, merak menaikkan tangan sebagai tanda bertanya.

“Iya, silahkan, memangnya kamu ingin bertanya apa?”.

“Apakah kakak sudah memiliki kekasih?”.

Pufffh.

Danu menoleh ke arah Putri seketika Putri menutup mulutnya.

“Belum, memangnya kenapa?”.

“Apakah boleh tahu seperti apa keriteria perempuan yang kakak sukai?”.

“Tidak muluk-muluk yang penting orangnya santai, bijak, dan dapat membuat nyaman”, lirik Danu ke arah Sheina.

“Apakah kakak suka dengan merak?”.

Danu hanya mengulum senyumnya.

“Apakah ada pertanyaan lagi yang lainnya”, Danu berusaha mengalihkan pembicaraannya dengan cendrawasi.

Cendrawasi bergegas bangkit kemudian  menuju ke kak Danu dan mereka berbicara empat mata.Terlihat kak Danu sesekali menganggukkan kepalanya.

“Harap perhatiannya, kita mendapat undangan makan bersama dirumah cendrawasi malam ini, guna salam perpisahan”, Danu memulai percakapannya setelah cendrawasi duduk kembali dibarisannya.

“Diharapkan kehadiran semuanya dan ...”,

“Kak tetapi aku tidak mengundang kelinci jadi khusus untuk dia dilarang datang?”, cendrawasi

memotong perkataan Danu.

“Loh, memangnya kenapa?, dia kan satu kelompok dengan kita?”.

“Aku tidak ingin acaranya berantakan karena kedatangan dia?”.

“Loh, memangnya...”

“Kak, tidak apa-apa”, kelinci bangkit dari duduknya dan memotong perkataan Danu.

“Kamu tenang saja tanpa kamu larang untuk datang pun aku juga tidak akan datang. Justru aku sangat berterima kasih karena kamu mempermudahku, jadi aku tidak perlu pusing-pusing mencari alasan untuk menolak datang ke acaramu. Lagipula ada hal yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar datang ke acaramu, apalagi membuat keributan itu bukan aku banget tetapi mungkin itu kamu”, jelas kelinci.

Setiap malam Ahad Sheina memiliki acara pengajian akbar dan malam Ahad ini dia bertugas sebagai panitia dalam acara tersebut. Jelas Sheina lebih memilih acaranya daripada acara cendrawasi.

“Eleh, katakan saja karena kamu tidak aku undang makanya kamu mengatakan mempunyai acara sendiri tetapi nyatanya hoax”.

“Kamu mau percaya atau tidak itu urusanmu, tetapi kalau kamu mau membuktikannya kamu bisa datang ke Mesjid Nurul Huda ba’da isya.Tetapi apa kamu tahu alamat Mesjid itu? entah – entah pun kamu tidak pernah tahu dimana letak Mesjid itu?”, sindir kelinci.

“Untuk apa aku harus membuktikan omongan hoax dari mulutmu, aku tidak akan sudi”.

“Mana tahu waktu ingin bertemu Izroil kamu nyasar dulu ke situ jadi kan ada bekal sedikit”.

“Memangnya siapa Izroil itu? apakah itu nama bapak mu?”.

“Miris ya, Ktpnya Islam dan hidup diantara orang Islam bahkan mendengarkan adzan sehari lima kali tetapi Izroil saja tidak tahu. Situ waktu lahir diiqomahkan atau dibaptis? atau jangan-jangan waktu pelajaran agama Islam situ karokean? “.

“Kepala *tak mu aku dibaptis\, kamu kalau ngomong jangan seenak ****** mu”.

“Memangnya kamu sudah pernah makan **** manusia makanya kamu bisa tahu bagaimana rasanya? berarti Sumanto, horor dong”.

“Siapa lagi itu Sumanto? apakah itu nama kakek mu? tidak perlu kamu membawa - bawa nama anggota keluarga mu karena itu tidak penting untukku”.

“Cassingnya saja yang cantik tetapi isinya bego akut, sekali-kali kamu pergi ke Mesjid untuk kenalan dengan Izroil. Kali saja begitu kamu mengenalnya kamu langsung dipanggil jadi kan kamu tidak grogi lagi ketika bertemu. Main mu kurang jauh, neng, sebab dengan Sumanto saja kamu tidak kenal. Handphone mahal kurang mahal tetapi tidak berfungsi dengan semestinya mending handphonenya ganti saja dengan handphone yang untuk melempar anj*ing”.

“Bilang saja kalau kamu iri karena tidak memiliki handphone seperti aku?, apa jangan-jangan kamu tidak bisa membelinya? aduh kasian banget. Apakah kamu mau aku bantuin? tuh berdiri saja di lampu merah kan lumayan paling tidak sebulan sudah bisa membeli handphone seperti aku”.

“Ck ck ck\, miris sungguh miris. Aku akan iri dengan kamu jika *tak mu lebih berisi dari p*ntatmu dan asal kamu tahu sedikitpun tidak ada dari dirimu yang bisa membuat aku iri apalagi hanya karena handphone. Hmmm\, aku jauh memiliki Zat yang Maha Kaya dan itu adalah hal yang sangat mudah bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tanganmu”.

“Sok alim”.

“Tidak masalah kata itu aku terima setidaknya aku tahu statusku daripada yang katanya Islam tetapi tidak tahu Izroil siapa? Miris”.

“Sudah, sudah ,kenapa jadi berdebat begini”, sela Putri.

“Biar adil bagaimana kalau kita adakan perpisahan ospeknya hari ini dan untuk undangan dari cendrawasi kita juga bisa mengunjunginya bagi yang tidak ada halangan”, tegas Danu.

Para mahasiswa pun serentak bangkit dari duduknya.

“Memangnya kita ingin pergi kemana, kak?”, tanya panda.

“Kita pergi ke Alun-alun kota”.

Para mahasiswa pun bergegas menuju ke lokasi.

“Untuk semuanya mari berkumpul”, panggil Putri ketika sudah sampai di Alun-alun kota.

“Bagaiman kalau kita patungan untuk membeli makanan, apakah kalian setuju?”, tanya Putri lagi.

“Setuju kak”, serentak para mahasiswa.

“Ok, kalau begitu kumpulkan per orang dua puluh ribu dan kita akan membeli nasi bungkus serta sisanya membeli minuman dan cemilan”, jelas Putri.

“Kijang dan jaguar, kalian pergi untuk membeli nasi bungkus”, perintah Putri.

“Baik kak”, serentak mereka.

“Anaconda dan panther, kalian pergi untuk membeli minum dan cemilan”.

“Baik kak”, serentak mereka.

Mereka yang diberi perintah bergegas meninggalkan lokasi.

“Jangan di tatap terus kali, Nu, kalau kamu memang menyukainya maka datang kepadanya dan katakan”, Putri menepuk bahu Danu kemudian memilih duduk disampingnya.

“Deg deg kan, Put”.

“Berarti normal dong”.

“Apakah kamu pikir aku tidak normal?”.

“Hahaha, tidak perlu sensi kali, wak”.

Danu hanya terdiam tidak menanggapi ocehan Putri dan pandangannya terus tertuju ke kelinci. Di sebrang sana tampak kelinci yang tertawa lepas dengan kucing dan panda. Mereka bermain kejar-kejaran seperti anak kecil.

Hanya melihat mu tertawa seperti ini pun sudah membuat hati ku ikut senang, apakah ini namanya cinta? apakah semudah ini bahagia dalam cinta?, batin Danu.

Episodes
1 EPISODE 1
2 EPISODE 2
3 EPISODE 3
4 EPISODE 4
5 EPISODE 5
6 EPISODE 6
7 EPISODE 7
8 EPISODE 8
9 EPISODE 9
10 EPISODE 10
11 EPISODE 11
12 EPISODE 12
13 EPISODE 13
14 EPISODE 14
15 EPISODE 15
16 EPISODE 16
17 EPISODE 17
18 EPISODE 18
19 EPISODE 19
20 EPISODE 20
21 EPISODE 21
22 EPISODE 22
23 EPISODE 23
24 EPISODE 24
25 EPISODE 25
26 EPISODE 26
27 EPISODE 27
28 EPISODE 28
29 EPISODE 29
30 EPISODE 30
31 EPISODE 31
32 EPISODE 32
33 EPISODE 33
34 EPISODE 34
35 EPISODE 35
36 EPISODE 36
37 EPISODE 37
38 EPISODE 38
39 EPISODE 39
40 EPISODE 40
41 EPISODE 41
42 EPISODE 42
43 EPISODE 43
44 EPISODE 44
45 EPISODE 45
46 EPISODE 46
47 EPISODE 47
48 EPISODE 48
49 EPISODE 49
50 EPISODE 50
51 EPISODE 51
52 EPISODE 52
53 EPISODE 53
54 EPISODE 54
55 EPISODE 55
56 EPISODE 56
57 EPISODE 57
58 EPISODE 58
59 EPISODE 59
60 EPISODE 60
61 EPISODE 61
62 EPISODE 62
63 EPISODE 63
64 EPISODE 64
65 EPISODE 65
66 EPISODE 66
67 EPISODE 67
68 EPISODE 68
69 EPISODE 69
70 EPISODE 70
71 EPISODE 71
72 EPISODE 72
73 EPISODE 73
74 EPISODE 74
75 EPISODE 75
76 EPISODE 76
77 EPISODE 77
78 EPISODE 78
79 EPISODE 79
80 EPISODE 80
81 EPISODE 81
82 EPISODE 82
83 EPISODE 83
84 EPISODE 84
85 EPISODE 85
86 EPISODE 86
87 EPISODE 87
88 EPISODE 88
89 EPISODE 89
90 EPISODE 90
91 EPISODE 91
92 EPISODE 92
93 EPISODE 93
94 EPISODE 94
95 EPISODE 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
EPISODE 1
2
EPISODE 2
3
EPISODE 3
4
EPISODE 4
5
EPISODE 5
6
EPISODE 6
7
EPISODE 7
8
EPISODE 8
9
EPISODE 9
10
EPISODE 10
11
EPISODE 11
12
EPISODE 12
13
EPISODE 13
14
EPISODE 14
15
EPISODE 15
16
EPISODE 16
17
EPISODE 17
18
EPISODE 18
19
EPISODE 19
20
EPISODE 20
21
EPISODE 21
22
EPISODE 22
23
EPISODE 23
24
EPISODE 24
25
EPISODE 25
26
EPISODE 26
27
EPISODE 27
28
EPISODE 28
29
EPISODE 29
30
EPISODE 30
31
EPISODE 31
32
EPISODE 32
33
EPISODE 33
34
EPISODE 34
35
EPISODE 35
36
EPISODE 36
37
EPISODE 37
38
EPISODE 38
39
EPISODE 39
40
EPISODE 40
41
EPISODE 41
42
EPISODE 42
43
EPISODE 43
44
EPISODE 44
45
EPISODE 45
46
EPISODE 46
47
EPISODE 47
48
EPISODE 48
49
EPISODE 49
50
EPISODE 50
51
EPISODE 51
52
EPISODE 52
53
EPISODE 53
54
EPISODE 54
55
EPISODE 55
56
EPISODE 56
57
EPISODE 57
58
EPISODE 58
59
EPISODE 59
60
EPISODE 60
61
EPISODE 61
62
EPISODE 62
63
EPISODE 63
64
EPISODE 64
65
EPISODE 65
66
EPISODE 66
67
EPISODE 67
68
EPISODE 68
69
EPISODE 69
70
EPISODE 70
71
EPISODE 71
72
EPISODE 72
73
EPISODE 73
74
EPISODE 74
75
EPISODE 75
76
EPISODE 76
77
EPISODE 77
78
EPISODE 78
79
EPISODE 79
80
EPISODE 80
81
EPISODE 81
82
EPISODE 82
83
EPISODE 83
84
EPISODE 84
85
EPISODE 85
86
EPISODE 86
87
EPISODE 87
88
EPISODE 88
89
EPISODE 89
90
EPISODE 90
91
EPISODE 91
92
EPISODE 92
93
EPISODE 93
94
EPISODE 94
95
EPISODE 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!