OSPEK
Kini tiba saatnya bagi Sheina sebagai mahasiswa baru untuk mengikuti ospek.
Akhirnya, menjadi mabar juga, gumam Sheina.
“Apakah mabar yang kakak maksudkan adalah main bareng?”, tanya Sandi.
“Game saja yang kamu tahu, mabar itu adalah mahasiswa baru”, ejek Sheina
“Ma, Sheina pergi dulu ya, doakan lancar ya”.
“Iya sayang, hati-hati”.
Setelah mencium punggung tangan mamanya, Sheina kemudian bergegas pergi menuju kampus.
Rame banget ya, ini bagaimana membedakan yang mahasiswa baru dengan mahasiswa lama, batin Sheina ketika tiba di kampus.
“Kakak-kakak, abang-abang yang mahasiswa baru mohon berkumpul diaula kampus yang berada di lantai empat”, terdengar pengumuman.
Sheina bergegas menuju aula kampus, Sheina yang kurang berhati – hati menabrak seseorang.
Brukkk!
“Maaf, maaf”.
Namun yang ditabrak tidak merespon, dia hanya melihat Sheina.
Cantik, gumamnya.
Dan Sheina yang mendengar tidak menghiraukan perkataan tersebut.
“Assalamualaikum, kakak – kakak, abang- abang yang mahasiswa baru. Silahkan mencari tempat duduk terlebih dahulu karena sebentar lagi acara ospeknya akan segera dimulai”, ucap pembawa acara.
Setelah semua mahasiswa baru sudah tertib acara pun dimulai.
Acara demi acara pun di mulai hingga memasuki puncak acaranya yaitu ospek.
“Kakak – kakak, abang – abang, terima kasih untuk waktunya mengikuti acara demi acara yang diadakan, kini saatnya kami serahkan kakak- kakak, dan abang-abang ke bagian panitia ospek. Saya sudahi dengan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”, salam pembawa acara.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”, serentak para mahasiswa baru.
“Baik lah, sekarang saya yang akan mengambil ahli dan untuk nama yang saya panggil silahkan memisahkan diri dari barisan dan berdiri disebelah saya”, jelas Danu.
“Untuk yang laki-laki namanya adalah Deri Dermawan, Muhammad Dandi, Denis Syahputra, Muhammad Putra, Dony Ariyanto, Dedi Syahputra, Triadi, Tio Hermawan, Yayan, dan Rendra. Sedangkan untuk yang perempuan namanya adalah Ratu Alesia, Sri Widuri, Ika Bella, Nadia Putri, Cindi Maharani, Dea Amanda, Sandra Dewi, Della Sari Ayu, Dian Natalie dan Sheina Ayudia Putri”.
Oh, namanya Sheina, batin Danu.
“Baiklah, untuk semua nama-nama yang telah saya panggil kalian adalah satu kelompok dan dibawah bimbingan saya. Nama saya adalah Danu Prasetyo dan disamping saya bernama Putri Sundari. Kalian bisa bertanya kepada kami apa saja yang tidak kalian mengerti dan satu hal lagi panggil kami dengan panggilan kakak, apakah kalian paham?”.
“Paham kak”, serentak para mahasiswa baru.
“Semuanya ikut dengan saya dan kita akan membuat barisan sendiri!”, jelas Danu.
Para mahasiswa tersebut yang dipanggil namanya pun mengikuti Danu.
“Ok,silahkan kalian membuat barisan disini. Disebelah kanan saya untuk wanita sedangkan disebelah kiri saya untuk pria”, jelas Danu.
Para mahasiswa mengikuti arahan Danu.
“Apakah kalian membawa bekal semuanya?”, tanya Danu.
“Bawa kak”.
“Ayo, keluarkan semua bekal yang kalian bawa dan letakkan didepan barisan”.
Semua mahasiswa mengambil bekal mereka masing-masing kemudian meletakkannya didepan barisan sesuai perintah Danu.
“Sheina, Ratu, Sri, Della, dan Nadia, kalian kemarilah!. Buka semua bekal satu persatu kemudian pisahkan nasi dengan lauknya. Setelah itu ambil semua nasi kemudian jadikan satu begitu juga dengan lauknya”.
“Baik kak”, serentak mereka.
“Deni, Dandi, Denis, Yayan dan Rendra, kalian kemarilah!. Deni dan Dandi pergi mencari pelepah pisang kira-kira sebanyak lima buah sedangkan kalian bertiga mengumpulkan botol minum semuanya”.
“Baik kak”, serentak mereka.
“Saya akan memberikan waktu sepuluh menit untuk kalian menyelesaikan semuanya, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak mereka semua yang telah ditunjuk Danu untuk melakukan tugas.
Sepuluh menit kemudian.
“Kak, ini pelepah pisangnya”, jelas Deni.
“Letakkan semuanya disana”, Danu menunjuk ke arah barisan mahasiswa yang lain.
“Sheina”, panggil Danu.
“Iya kak”.
“Apakah yang saya perintahkan sudah selesai kamu kerjakan?”.
“Sudah kak”.
“Kalau begitu letakkan semua bekal yang telah kalian pisah nasi dan lauknya diatas pelepah pisang”, perintah Danu
“Baik kak”.
“Yayan, bawakan ke sini semua minumannya!”.
Yayan pun bangkit dan bergegas menuju Danu.
“Sekarang semuanya kembali ke barisan dan silahkan duduk!”.
Serentak para mahasiswa melakukan perintah Danu.
“Ini sudah waktunya untuk makan siang, ayok semuanya bergabung dan makan bersama!”.
Para mahasiswa perempuan saling pandang karena melihat bekal mereka yang bercampur baur seperti makanan itik . Beberapa menit kemudian, makanan mahasiswa perempuan masih utuh sebab mereka merasa mual untuk memakannya.
“Kenapa kalian masih melihati makanannya?, bukankah saya katakan untuk dimakan bukan dilihatin”, teriak Danu.
Mahasiswa perempuan pun ketakutan namun masih enggan menyentuh makanannya karena merasa mual. Berbeda dengan mahasiswa laki-laki, mereka dengan lahap memakannya.
Kemudian Danu berjalan menuju ke salah satu mahasiswa perempuan.
“Buka mulut kamu!”, pinta Danu kepada Della.
Mau tidak mau Della membuka mulutnya.
“Apa perlu saya yang menyuapi seperti ini baru kalian akan membuka mulut untuk makan?”.
“Iya kak”, serentak mahasiswa perempuan namun tidak dengan Sheina.
Sheina hanya diam menyaksikannya.
“Kalau begitu suapi teman yang ada dihadapan kalian, bagi siapa yang tidak melakukannya maka
akan saya keluarkan dari kelompok!”, tegas Danu.
Mau tidak mau mahasiswa perempuan melakukan perintah Danu walaupun merasa sedikit geli.
“Bagi yang sudah selesai makan, silahkan melakukan kewajibannya di Mesjid secara bergantian sedangkan yang lainnya membersihkkan sisa makanan!”, perintah Danu.
Sheina bergegas menuju Mesjid namun karena tidak melihat jalan dia pun menabrak Danu.
Brukkk!
“Maaf, maaf”.
“Apakah kamu selalu menabrak orang setiap kali jalan?”.
Sheina mendongakkan kepalannya mendengar penuturan Danu.
“Maaf kak”.
“Lain kali kalau kamu jalan harus berhati-hati dan jangan menunduk saja”.
Sheina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kemudian dia bergegas meninggalkan Danu.
“Shei”, panggil Ratu.
“Iya, ada apa?”.
"Apakah aku boleh ikut ke Mesjid bersama denganmu?”, pinta Ratu.
"Boleh".
“Apakah aku boleh ikut juga, Shei?”, tambah sri.
Sheina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Mereka bertiga pun menuju Mesjid tanpa ada percakapan.
Setelah selesai sholat, mereka pun menuju barisan. Kini, giliran Nadia dan yang lainnya pergi ke Mesjid. Hingga beberapa menit kemudia mahasiswa laki-laki dan perempuan dikelompok ini kembali ke barisan masing-masing.
“Apakah semuanya sudah kembali”, tanya Putri.
“Sudah kak”, serentak mahasiswa.
“Sekarang kita membuat nama untuk kelompok ini, setelah itu kita memilih ketua, wakil ketua dan
sekretarisnya”, jelas Putri.
“Apakah diantara kalian ada yang memiliki ide untuk nama kelompok ini?”, tanya Putri lagi.
“Memangnya untuk nama kelompoknya ingin diberi nama dari jenis apa, kak?”, tanya Sri.
“Dari jenis bunga saja agar lebih mudah mengingatnya”.
“Bagaimana kalau nama kelompoknya adalah bunga melati, kak?”, usul Sheina.
“Kenapa harus bunga melati? apakah kamu memiliki alasan untuk itu?”.
“Karena bunga melati berwarna putih dan harum, berharap kekompakan di kelompok ini terjaga sehingga dengan kekompokan tersebut dapat menyebarkan keharuman hingga tercium ke kelompok yang lain.Sedangkan putih, berharap ketika ada mahasiswa dikelompok ini yang melakukan kesalahan maka mahasiswa yang lainnya mampu memaafkan, sehingga mereka dapat kembali bersih dengan kata maaf tersebut”, jelas Sheina.
Danu mengulum senyumnya mendengar penjelasan Sheina, namun matanya masih fokus menatap layar ponselnya.
“Bagaimana menurut yang lainnya?”, tanya Putri.
“Setuju kak”, serentak mereka
“Ok, selanjutnya memilih ketua, wakil dan sekretaris. Silahkan kalian berdiskusi dan kakak beri waktu sepuluh menit untuk diskusi!”.
Putri kemudian berlalu dari barisan dan menuju Danu yang masih fokus menatap layar ponselnya.
“Ada apa ,Nu, kenapa kamu senyum-senyum tidak jelas begitu?”, tanya Putri.
“Tidak ada apa-apa”.
“Apakah kamu menyukai Sheina? sebab daritadi aku melihat mata mu kearah dia saja”.
“Bagaimana menurut mu tentang Sheina?”.
“Lumayan lah”.
Danu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Aku kembali kebarisan dulu, ya”.
Danu tidak merespon perkataan Putri karena dia masih asyik dengan ponselnya.
“Apakah diskusinya sudah selesai?, siapa yang akan menjadi ketua, wakil dan sekretaris di kelompok ini?”, tanya Putri.
“Saya yang akan menjadi ketuanya, kak, untuk wakilnya adalah Yayan dan untuk sekretarisnya adalah sheina”, jelas Deni.
“Loh, kenapa harus saya yang menjadi sekretarisnya? ”, sangga Sheina.
“Memangnya kenapa, Shei?, apakah kamu keberatan?”, suara Danu terdengar dari belakang.
“Bukan begitu kak, saya hanya takut saja tidak bisa menjalankan tugas sebagai sekretaris di kelompok ini", jelas Sheina.
“Teman kamu yang lain saja percaya bahwa kamu bisa melakukannya masa kamu tidak percaya dengan diri sendiri. Satu yang harus kamu tahu, Shei, bahwa kekuatan terbesar itu berasal dari diri sendiri. Kalau dengan diri sendiri saja tidak percaya bagaimana kamu bisa mendapatkan kepercayaan dari orang lain?”, jelas Danu berjalan menghampiri Sheina.
“Baik lah kalau memang harus seperti itu”.
“Oh, caper , giliran kak Danu datang saja baru iya, tadi sok tidak mau”, ucap Della.
“Terkadang kita memang butuh motivasi dari orang lain untuk mendukung keputusan kita, kalau kamu katakan itu caper berarti kamus mu belum terlalu banyak. Makanya sering-sering pergi keperpustakaan, jangan perpustakaan yang gratis di anggurin, eh, giliran karaoke yang bayar didatengi. Apakah situ sehat?”, sindir Sheina.
“Jangan sotoy deh”, bela Della.
“Sudah, sudah, jangan ribut, satu kelompok kok ribut”, Danu menengahi perdebatan mereka.
“Shei, kamu tidak boleh menjatuhkan teman didepan umum karena itu tidak baik dan kamu Della juga jangan mencari kesalahan teman kamu yang lain. Bukan hanya untuk Sheina dan Della saja tetapi berlaku untuk semuanya. Apakah kalian paham?”.
“Paham kak”, serentak mereka.
“Pemilihan nama kelompok sudah, pemilihan untuk ketua, wakil dan sekretaris juga sudah. Baik lah, sekarang waktunya untuk pulang karena sudah pukul 17:00 wib. Untuk besok masing-masing mahasiswa membawa bet nama, kemudian membuat kalung panjang dari petai sedangkan untuk topinya terbuat dari kertas kado dan rambutnya harus dikuncir tiga. Masing-masing dikasih pita dari daun selada, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak para mahasiswa.
“Baik, sekarang silahkan semuanya bubar!”.
Serentak para mahasiswa kelompok melati bubar.
Sheina bergegas menuju parkir motor dan pandangannya tertuju kedepan.
Dave,siapa yang diboncengnya?, apakah itu perempuan yang dimaksud Lulu kemarin?, batin Sheina.
“Kalau kamu ingin bengong jangan ditangga nanti jatuh”, Danu membuyarkan lamunan Sheina.
Sheina mengulum senyumnya.
“Sheina pergi duluan ya, kak”, sapa Sheina dan bergegas menuju motornya kemudian Sheina melajukan motornya dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran kampus.
Kamu berbeda dengan wanita yang lainnya, Shei, ketika yang lainnya berusaha mendapatkan perhatian dari pria yang disukai justru kamu menjadi pusat perhatian para kaum adam, batin Danu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments