Episode.5

Rania beranjak dari atas tempat tidur. Dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Sejenak dia menoleh ke samping menatap Elvan yang sudah tertidur karena kelelahan.

Rania mengambil pakaian miliknya yang tergeletak di atas lantai. Lalu dia pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu, dengan sedikit menyeret sebelah kakinya. Jujur saja dia merasakan sakit di pangkal pahanya.

Tak lama, Rania keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Dia segera keluar dari kamar itu membiarkan Elvan yang masih tertidur pulas.

Kini Rania sudah berada di lantai bawah. Ternyata suasana kantor tampak sepi. Karena semua karyawan yang tadi lembur, kini telah pulang. Rania hanya melihat satpam yang sedang berjaga saja di depan kantor.

Rania terus berjalan kaki menyusuri jalan yang biasa dia lewati saat pulang. Kebetulan jarak kantor dan kontrakannya cukup dekat.

Sesampainya di kontrakan, Rania melihat neneknya yang sedang berdiri di depan.

''Nek, ngapain nenek disini?'' tanya Rania.

''Nenek nungguin kamu, Ran.'' jawabnya.

''Ayo masuk! Maaf ya tadi Rani lembur. Harusnya nenek menunggunya di dalam saja. Aku tidak mau jika nenek sakit lagi,'' ucapnya.

''Nenek sehat kok, Nak.''

Kini keduanya masuk ke dalam rumah. Nek Sukma melihat cara jalan cucunya yang terlihat aneh.

''Ran, kamu kenapa? Kok cara jalannya aneh?''

Rania tampak diam sambil memikirkan alasan agar neneknya percaya.

''Oh ini tadi aku terpeleset di kamar mandi kantor,'' ucapnya beralasan. Rania tidak mau jika neneknya sedih kalau saja dia menceritakan yang sejujurnya.

''Lain kali hati-hati, Ran. Nenek tidak mau kamu kenapa-napa. Kamu satu-satunya keluarga yang nenek punya.''

''Iya, Nek. Lain kali Rani akan berhati-hati lagi.''

Nek Sukma berpamitan kepada Rania karena hendak beristirahat di kamar. Begitu juga dengan Rania yang langsung pergi ke kamarnya.

Rania duduk di pinggir ranjang sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia menangis tanpa bersuara. Dia benci dengan dirinya sendiri yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa saat Elvan menodainya.

''Bodoh! Kamu bodoh, Ran. Bagaimana masa depanmu? Pasti tidak ada lelaki yang mau sama wanita yang sudah tidak virgin sepertimu,'' Rania merutuki dirinya sendiri.

Cukup lama dia menangis, kini dia memutuskan untuk pergi ke dapur. Rania akan memasak air panas untuk dia mandi nanti.

Beberapa menit kemudian, Rania sudah selesai mandi. Dia memilih untuk beristirahat di kamar. Bahkan dia sampai melupakan makan malamnya.

Tok tok

Rania mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dia juga mendengar suara neneknya berbicara.

''Ran, itu masakan nenek kok masih utuh? Kamu belum makan?"

''Aku belum lapar, Nek.'' ucap Rania dengan sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar dari luar kamar.

''Nanti di makan, Ran. Nenek sudah cape-cape masak loh.''

''Iya nanti,'' ucapnya.

Rania sudah tidak mendengar lagi neneknya bersuara. Mungkin saja neneknya sudah pergi dari depan kamarnya.

Rania memutuskan untuk merebahkan dirinya ke atas kasur. Dia ingin segera tidur dan melupakan segalanya. Melupakan kejadian kelam yang terus terbayang di ingatannya.

.....

Tepat pukul satu dini hari, Elvan terbangun dari tidurnya. Dia merasakan dingin karena selimut yang dia pakai tersingkap.

Sejenak dia menatap sekeliling kamar itu. Dia tersadar jika saat ini dia berada di kamar pribadi yang ada di kantornya. Bukan kamar miliknya yang ada di rumah.

Elvan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Dia terbelalak saat melihat tubuhnya yang polos tak berbusana. Elvan memijat pelipisnya sambil mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia ingat jika dia merasakan hawa panas dalam tubuhnya setelah meminum minuman yang di kasih oleh kliennya. Lalu dia memanggil office girl ke ruangannya.

Semalam dia juga melihat wajah samar-samar istrinya yang sudah berada di pangkuannya.

''Apa semalam aku melakukannya dengan Clara? Tapi apa iya dia datang kesini. Sedangkan aku sudah menghubunginya jika aku akan pulang,'' Elvan tampak bergelut dengan pikirannya.

Saat dia turun dari tempat tidur, tak sengaja dia melihat noda darah di atas seprei yang tadi dia tiduri.

''Darah apa itu?" gumam Elvan.

Elvan menatap tubuhnya yang sama sekali tidak terluka. Lalu jika bukan darahnya, itu daerah apa?

Perasaan Elvan sudah tak menentu. Dia takut jika saja dia sudah melakukan kesalahan.

Elvan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri, dia mengambil laptopnya, lalu melihat CCTV yang ada di ruangan kerjanya. Dia harus melihat langsung kejadian apa yang semalam terjadi di ruangan kerjanya.

Elvan membulatkan kedua matanya saat melihat dirinya yang membawa Rania ke dalam kamar itu. Hanya itu yang bisa dia lihat, karena di kamar tidak ada CCTV-nya. Namun dia melihat dua jam kemudian Rania keluar dari kamar pribadinya dengan penampilan yang berantakan, bahkan jalannya terlihat kesusahan.

''Arrggggghhhh ... Kenapa aku bisa melakukan itu?'' Elvan mengusap kasar pucuk kepalanya. Dia sungguh tidak menyangka kalau semalam telah menodai seorang gadis.

Elvan segera pulang ke rumah. Dia tidak bisa tetap disana, karena takut jika istrinya di rumah sedang menunggunya.

Elvan mengemudikan mobilnya dengan cukup cepat agar dia cepat sampai. Untung saja jalanan tidak macet, bahkan sedikit kendaraan yang lewat.

Sekarang dia sudah sampai di rumahnya. Beberapa kali dia mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan dari dalam. Namun tak lama, Bi Ijah membukakan pintu untuknya.

''Bi, maaf mengganggu tidurnya karena saya pulang tengah malam seperti ini.''

''Tidak mengganggu kok, Tuan. Lagian saya tidur di ruang depan, takutnya Tuan datang tidak ada yang membukakan pintu.''

''Terima kasih, Bi. Besok-besok saya bawa kunci cadangan saja kalau pergi, biar Bibi tidak usah bangun tengah malam.''

‘’Sama-sama, Tuan. Ngomong-ngomong Tuan mau saya buatkan apa?’’

‘’Tidak usah, Bi. Saya akan langsung istirahat saja di kamar,’’ ucapnya.

Elvan segera pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia melihat istrinya yang sedang tidur dengan mengenakan piyama sexy seperti biasanya.

Elvan menaruh tas kerjanya, lalu dia mengganti pakaiannya. Setelah berganti pakaian, dia segera naik ke atas tempat tidur, dan langsung berbaring di sebelah istrinya.

Baru juga dua jam Elvan tidur, kini dia sudah kembali terbangun karena terusik oleh istrinya. Elvan melihat istrinya yang sedang berada di atasnya.

‘’Sayang, kenapa kamu melakukan itu di saat aku tidur?’’ tanya Elvan sambil menatap istrinya yang sedang merem-melek di atas tubuhnya.

‘’Tadi aku bermimpi jadi ingin,’’ ucapnya.

Elvan memejamkan kedua matanya sambil menikmati sensasi luar biasa yang di berikan oleh istrinya. Namun tak lama, dia melihat istrinya yang terkapar lemas dan kembali merebahkan diri di sebelahnya.

‘’Terima kasih, sayang. Setelah beberapa minggu tidak melakukan, aku senang sekali karena kamu mau melakukannya denganku.’’

‘’Kamu tidak akan memuaskanku? Aku cape loh sejak tadi bekerja sendirian,’’ ucap Clara.

Mendengar penuturan istrinya, Elvan langsung merangkak ke atasnya. Mereka melanjutkan lagi percintaannya. Saking terbuainya dengan kemolekan tubuh istrinya, sampai-sampai Elvan melupakan kejadian beberapa jam yang lalu jika dia sudah menodai anak gadis orang.

Terpopuler

Comments

Simon Tambun

Simon Tambun

Istrimu itu capek nya karna digenjot kameramen nya aja bukan karna ada pekerjaan

2024-03-20

0

Siti Sa'adah

Siti Sa'adah

lanjut

2022-09-08

2

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

next

2022-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!