Episode.2

Elvan yang baru pulang kerja, dia memanggil-manggil istrinya. Namun istrinya tidak juga menghampirinya.

"Sayang, aku pulang nih. Sayang," ucap Elvan yang baru masuk ke rumah.

Beberapa kali dia memanggil istrinya, namun masih saja belum ada sahutan.

Elvan melihat Bi Ijah yang berjalan cepat ke arahnya.

"Maaf, Tuan. Tadi saya habis dari kamar mandi, jadi tidak bukain pintu."

"Tidak apa-apa, Bi. Lagian pintunya tidak di kunci. Oh iya dimana Clara? Kenapa saya panggil dia tidak ada sahutan?"

"Mungkin sedang tidur, Tuan. Tapi Non Clara ada di kamarnya kok."

"Baiklah. Saya permisi ke kamar dulu, Bi." Ucap Elvan dengan ramah.

"Silakan, Tuan."

Bi Ijah sangat senang dengan majikannya yang menurutnya sangat baik. Walaupun terkadang Clara sedikit judes.

Saat ini Elvan sudah berada di kamar. Dia melihat istrinya yang sedang tidur. Elvan mendekat, sejenak dia memandang wajah istri tercintanya.

"Sepertinya kamu kelelahan, sayang. Aku tidak akan memaksamu untuk bangun," sejenak dia mengecup singkat kening istrinya.

Bagaimana tidak terlihat lelah, jika seharian ini Clara menghabiskan waktu bersama Kenan. Tentu itu tanpa sepengetahuan Elvan sang suami.

Elvan mulai melepaskan pakaian yang dia kenakan. Lalu melilitkan handuk ke tubuhnya. Sebelum dia pergi mandi, terlebih dahulu mengambil pakaiam ganti dari dalam lemari. Lalu menaruh pakaian itu ke atas sofa.

Elvan itu memanglah lelaki yang sempurna. Tampan, kaya, baik, sayang istri, dan dia masuk kategori suami idaman semua wanita. Namun Clara seolah meremehkan kesetiaan dan kebaikan suaminya. Mungkin karena dia yang selalu di manja oleh suaminya, sehingga dia berpikir jika dia melakukan kesalahan pun, suaminya masih mau memaafkannya.

Elvan yang baru selesai mandi, dia melihat istrinya yang masih tertidur. Elvan akan menunggu sampai beberapa saat. Jika saja satu jam ke depan istrinya tidak juga bangun, terpaksa dia akan membangunkannya.

Elvan memilih untuk keluar dari kamar. Dia pergi ke dapur untuk melihat menu apa yang Bi Ijah masak.

"Hm ternyata enak juga menu makan malamnya," gumam Elvan, namun masih terdengar oleh Bi Ijah yang baru muncul dari dapur.

"Iya dong, Tuan. Masakan Bibi semua nih. Tuan mau makan sekarang?"

"Sebenarnya sih ingin, tapi nanti saja deh nungguin istri saya bangun."

Elvan memilih pergi ke ruang keluarga. Dia akan bersantai sambil menonton televisi.

°°°°°°

Pagi ini Elvan tampak sibuk memasukkan beberapa pakaian yang dia perlukan. Karena nanti siang akan pergi ke luar kota untuk mengurus bisnisnya.

"Mau kemana?" Clara yang baru keluar dari kamar mandi, dia bertanya kepada suaminya.

"Kebetulan nanti siang aku mau pergi karena ada urusan bisnis. Tidak apa-apa kan kamu di tinggal?"

"Tidak apa-apa, Mas."

Clara yang sudah selesai mengobrol dengan suaminya, langsung saja dia mengambill ponsel miliknya yang ada di atas nakas. Tanpa sepengetahuan suaminya, dia mengirim pesan ke nomor seseorang yang tak lain adalah Kenan. Setelah mengirim pesan, dia menghapus semua pesan itu agar tidak ketahuan oleh suaminya.

Clara mendekati suaminya yang sedang membereskan pakaian.

"Mas, biar aku bantu ya," ucap Clara.

Elvan sedikit merasa heran, karena tidak biasanya istrinya itu membantunya.

"Boleh," ucapnya.

Sesekali Elvan menatap istrinya yang ada di dekatnya.

"Kenapa lihatin aku?" tanya Clara.

"Kamu cantik sekali," ucap Elvan.

"Terima kasih, Mas Elvan juga sangat tampan," Clara kembali memuji suaminya.

"Sayang, karena hari ini Mas mau pergi, bolehkah Mas meminta jatah? Kita sudah beberapa hari ini tidak melakukannya loh."

"Boleh," ucapnya.

Padahal beberapa hari ini Clara selalu menolak jika Elvan mengajaknya berhubungan. Namun kali ini entah kenapa dia mau. Tentu Elvan sangat senang karena istrinya tidak menolak seperti sebelum-sebelumnya.

Setelah mengemasi pakaian, Elvan langsung mengajak istrinya naik ke atas tempat tidur. Di pagi yang masih terasa dingin ini, di kamar itu suasana mendadak panas karena aktivitas keduanya. Beberapa kali Clara menge*rang menikmati percintaan mereka. Apalagi dia yang memimpin permainan. Karena dia kurang suka jika suaminya yang berada di atas. Menurutnya suaminya itu tidak selihai Kenan.

Satu jam sudah keduanya saling memadu kasih menyalurkan hasrat mereka. Elvan merasa puas karena istrinya mampu memuaskannya.

"Sayang, aku beruntung sekali loh memiliki istri seperti kamu," ucap Elvan kepada istrinya yang sedang berbaring membelakanginya. Dia mengusap pucuk kepalanya.

Elvan berbicara ini itu, namun belum ada sahutan dari istrinya. Elvan menatap wajah istrinya yang sedang berbaring membelakanginya. Ternyata istrinya sudah tertidur. Mungkin karena kecapean jadi tertidur lebih cepat.

"Terima kasih, sayang." Elvan mengecup singkat kening istrinya. Lalu dia kembali membaringkan tubuhnya di samping istrinya.

Beberapa jam kemudian Elvan terlebih dahulu bangun dari tidurnya. Dia melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Ternyata sudah pukul sepuluh. Elvan memutuskan untuk bangun dan membersihkan dirinya.

°°°°

Saat ini Elvan sudah berada di perjalanan menuju ke luar kota. Kebetulan dia berangkat berdua dengan Reno sang asisten. Di tengah perjalanan itu, tiba-tiba dia merasa sangat merindukan istrinya. Jadi dia memutuskan untuk menghubungi istrinya. Namun istrinya tidak langsung mengangkat panggilan itu. Setelah tiga kali mencoba, akhirnya istrinya mengangkat juga panggilan telepon itu.

"Hallo, ada apa sih?" tanya Clara dari seberang sana, dan suaranya terlihat tak beraturan.

"Kamu habis ngapain sayang? Kok suara kamu seperti sedang kelelahan?"

"Tadi aku habis jalan santai keliling kompleks, Mas." ucapnya berbohong.

"Bagus itu untuk kesehatan. Tapi ya jangan sampai kecapean juga," ujar Elvan menasehati.

"Tidak ahhh ... " Clara sedikit mende*sahkan suaranya, karena Kenan yang berada di bawahnya, menggerakan badannya.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Tidak kok, tadi hanya ada kecoa. Aku takut, Mas. Aku matiin dulu ya teleponnya, karena aku mau memanggil Bibi."

"Baik, sayang."

Reno melirik Elvan yang duduk di sebelahnya.

"Bro, kamu tidak curiga sama istrimu. Takutnya dia berbuat macam-macam di belakang kamu loh," kata Reno.

"Aku tidak curiga kok. Lagian istriku itu baik loh. Dia juga tidak mungkin berbuat hal-hal yang negatif."

"Ya aku hanya mengingatkan saja. Punya istri secantik itu, kamu harus berhati-hati. Apalagi profesinya sebagai model. Pasti banyak lelaki di luar sana yang terpikat hanya dengan melihat lekuk tubuhnya."

"Aku percaya kok sama istriku. Dia tidak mungkin berbuat seperti itu."

Reno tak lagi berbicara apa pun. Dia kembali fokus mengemudi.

Elvan mengingat saat foto pernikahannya dan istrinya yang tiba-tiba terjatuh.

"Ren," Elvan memanggil Reno yang terlihat fokus menatap pandangannya ke depan.

"Ada apa?" Reno sedikit menoleh ke samping.

"Kalau foto pernikahan yang tiba-tiba jatuh, tanpa tersentuh atau tidak ada angin, apa itu pertanda buruk?"

"Kalau kata orang jaman dulu sih iya, memangnya kenapa?"

"Ah tidak, aku hanya asal tanya saja," jawabnya.

Tiba-tiba pikiran Elvan berkelana entah kemana. Dia takut jika ada sesuatu yang buruk dengan pernikahannya.

Terpopuler

Comments

Simon Tambun

Simon Tambun

Memang pernikahan mu udah hancur kok

2024-03-20

0

🍭ͪ ͩ𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ🍒⃞⃟🦅̈́💞

🍭ͪ ͩ𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ🍒⃞⃟🦅̈́💞

dasar istri yang ga bersyukur udah di kasih suami yang tampan baik hati
elvan selidiki dong istrimu

2022-09-16

1

Ika Riana

Ika Riana

lanjut Thor🤗

2022-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!