Beberapa hari kemudian Maya menjalani kehidupannya seperti biasa. Rutinitas sehari-hari menjadi ibu rumah tangga membuat Maya terkadang lupa akan dirinya sendiri. Seperti halnya makan, Maya sering kali melupakan hal itu. Jangankan makan tepat waktu sekedar merias wajahnya saja pun dirinya tidak sempat. Penampilan Maya sekarang jauh lebih mirip dengan upik abu di rumah mertuanya sendiri.
" May, tolong setrika baju baju orang rumah ya. Besok kan ayah, Fahmi sama suami kamu sudah mulai bekerja dan kuliah jadi lebih baik kamu setrika sekarang. Sini anak kamu biar ibu yang jaga," ucap Desi.
Di hari libur pun Maya tidak merasakan istirahat apalagi bermalas-malasan. Semua tugas rumah seolah menjadi beban tanggung jawabnya. Sedari pagi Maya belum berisitirahat, ia sibuk mengurusi urusan rumah. Di saat Maya sibuk dengan urusan rumah, ada Pandu yang tadi siang pergi ke luar rumah katanya ada urusan penting.
Hingga malam datang Maya selesai dengan urusan rumah, Pandu baru menampakkan dirinya. Pandu berjalan menghampiri istrinya yang ketiduran di ruang setrika.
" Sayang, kamu kok tidur di sini sih?" tanya Pandu menghampiri istrinya di ruang setrika rumahnya.
" Aku baru kelar setrika terus capek sampai lupa ketiduran di sini," jelas Maya.
" Yaudah sekarang kita naik ke kamar yuk. Kasihan Bayu dia pasti haus ingin minum ASI kamu,"
" Bayu anteng sama ibu kok. Ibu bilang mulai sekarang Bayu harus mulai terbiasa jauh dari aku, supaya pas aku pergi nanti ibu tidak kerepotan,"
" Ayo kita bicarakan masalah yang kemarin di kamar," ajak Bayu.
" Tapi aku mandi dulu ya,"
" Yaudah sekalian kalau begitu,"
" Sekalian gimana maksudnya?"
" Mandi berdualah sayang ku Maya istri ku yang paling cantik,"
Maya tersipu mendengar ucapan suaminya. Sudah berulang kali gombalan selalu Pandu lontarkan namun Maya tetap saja masih tersipu. Menurutnya hal seperti inilah yang akan ia rindukan nanti.
Sehabis mandi kedua pasangan suami istri tersebut duduk bersandar di sisi kepala ranjang. Bayu sudah pulas tidur karena Desi yang menjaganya. Desi sangat menyayangi cucu semata wayangnya tersebut. Bayi gemuk itu saat ini anteng dalam box bayi yang berada di kamar Maya dan Pandu.
" Gimana mas?" tanya Maya kini bersandar di dada bidang suaminya. Yang dikatakan mandi berdua oleh Pandu tadi bukan sekedar mandi seperti biasa. Semua orang tahu aktivitas pasangan muda jika mereka saling berdekatan terlebih itu di kamar mandi. Maya bersemu jika mengingat kegiatan panasnya bersama Pandu tadi.
" Aku sudah mendaftarkan kamu. Biaya pendaftaran dan selama penampungan aku sudah membicarakannya bersama ibu. Ibu setuju untuk mengcover semuanya asal kamu bisa berangkat 4 bulan lagi," jelas Pandu.
" 4 bulan lagi mas?" tanya Maya sedikit mendongak melihat wajah Pandu yang tampak segar karena sehabis mandi.
" Iya sayang. Kamu bisa berangkat setelah 4 bulan berada di penampungan. Tetapi mulai minggu depan kamu sudah harus berada di tempat penampungan karena kamu harus belajar bahasa dan beberapa budaya di negara tujuan kamu nanti," jelas Pandu lagi.
Jadi setelah Maya pulang dari acara Bu Ela minggu lalu dirinya sempat berbincang-bincang dengan anaknya yang baru pulang dari luar negeri sehabis jadi TKW. Maya mendengar cerita anak Bu Ela dengan antusias yang tinggi, sepertinya menjadi TKW cukup membuat Maya tertarik.
Iming-iming gaji yang fantastis dengan jumlah waktu yang singkat membuat Maya berpikir jika ini adalah solusinya selama ini. Ia bisa bekerja selama beberapa tahun dan mengumpulkan uang, sehingga uang tersebut bisa ia gunakan untuk membangun rumah dan membuka usaha baru.
Setelah pulang dari rumah Bu Ela, Maya langsung mengungkapkan keinginannya kepada Pandu. Awalnya Pandu sempat menolak namun setelah penjelasan Maya tentang perekonomian rumah tangga mereka kedepannya akhirnya Pandu pun setuju. Kedua mertua Maya pun juga tidak keberatan, mereka justru mendukung keputusan Maya karena demi masa depan cucu mereka. Pak Rusdi berpikiran jika kedepannya ia tidak selalu bisa membantu anak dan menantunya, sehingga ide Maya tersebut sangat diterima oleh Pak Rusdi.
Ibu Desi juga setuju, menurutnya mengurus Bayu tidaklah sulit. Ia pernah membesarkan kedua anak laki-lakinya sehingga Bayu cucunya dapat terurus.
Maya senang semua orang mendukungnya, namun mengingat tentang pamannya Maya tidak membicarakan hal ini. Kata Pandu sebaiknya Paman Maya jangan diberitahu terlebih dahulu agar tidak membuatnya khawatir. Maya setuju karena pendapat Pandu benar adanya, sebaiknya setelah Maya sukses di luar negeri Maya baru mengunjungi pamannya.
" Kamu yakin sayang mau jadi TKW? Itu negara orang, aku enggak bisa melindungi kamu disana. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu, apalagi kamu perempuan," ucap Pandu kembali membuka suara.
" Mas, kita udah sepakat. Ini demi masa depan rumah tangga kita. Aku mau bantuin kamu mas, setidaknya uang yang bisa kita kumpulkan jadi lebih cepat kalau aku pergi keluar negeri. Kamu tahu? Kemarin anaknya Bu Ela kasih tahu aku kalau gaji satu tahun di sana bisa untuk membangun rumah. Bukankah itu impian kita mas? Rumah impian kita bakal terwujud cepat kalau aku jadi TKW. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan untuk membantu kamu sebagai kepala rumah tangga di keluarga kecil kita," jelas Maya panjang kali lebar.
" Terima kasih sayang. Kamu harus janji, selama kamu di sana kamu sering sering kabari aku ya. Pokoknya setiap saat dimana pun kamu berada kamu harus kasih kabar. Di sini aku selalu berdoa semoga kamu baik baik saja sayang,"
Pandu memeluk Maya dengan erat. Perpisahan mereka sudah berada di depan mata. Jujur dirinya tidak sanggup untuk melepaskan istrinya pergi demi menyambung hidup keluarga mereka kedepannya. Tetapi mau bagaimana lagi, gajinya sebagai kepala bagian di pabrik tidak akan cukup untuk menghidupi keluarganya. Seiring bertambahnya waktu, semua menjadi mahal dan kebutuhan pun juga semakin meningkat.
Belum lagi Bayu juga akan bertambah dewasa, putranya itu pasti membutuhkan banyak uang untuk pendidikannya kelak. Hanya ini satu -satunya jalan keluar yaitu melepaskan Maya sebagai TKW.
" Aku pasti bakal kangen banget sama kamu dan Bayu mas. Kalian berdua adalah prioritas utama ku saat ini. Tolong jaga anak kita ya mas. Selama aku enggak ada, didik dia menjadi anak yang berbakti. Aku merasa bersalah banget karena tidak bisa menemaninya tumbuh dewasa,"
" Aku pasti menjaga putra kita sayang. Pokoknya kamu harus rajin kirim kabar ya,"
" Iya mas," jawab Maya.
" Oh ya, minggu depan kan kamu sudah berangkat. Bagaimana kalau besok kita jalan jalan bertiga? Aku mau pinjam uang sama ibu untuk traktir kamu makan di restoran. Gimana?"
" Apa itu tidak berlebihan mas? Sayang sama uangnya kalau cuma buat makan. Kita juga bisa makan di rumah kan?"
" Pokoknya kamu harus nurut. Besok kita jalan - jalan. Ok?" kekeh Pandu dan akhirnya Maya menurut .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
QQ
Semangat Maya kamu pasti bisa menjalani nya 👍👍👍
2023-02-18
1
Park Kyung Na
💪💪
2022-11-15
1