Satu minggu berlalu, kini Feli sudah sembuh dan pada saat sakit dia dipaksa pulang ke rumah. Satria yang melihat kelakuan, putri satu-satunya tersebut hanya menggelengkan kepalanya saja.
Ketukan di pintu kamarnya, membuat Feli yang sedang bercermin terkejut.
"Astaga." Desis Feli.
"Non, ini bibi. Tuan, nyonya, den Gemy, sama den Rumi sudah menunggu di meja makan," beritahu bi Imas, bi Imas pembantu yang sudah lama mengabdi di keluarganya.
"Iya bi, nanti aku nyusul," teriak Feli, dari dalam. Setelah mendengar langkah kaki menjauh. Feli kembali merias diri dan menyanggul rambut panjangnya.
"Oke, dah cantik." Pujinya pada diri sendiri.
Lima menit kemudian Feli sudah sampai di meja makan, dia disambut pelototan dari Rumi. Karena dia terlalu lama, dan Rumi sudah lapar. Rumi tidak mau dipanggil Al, karena sang bunda suka meledeknya dengan sebutan Aldebaran. Jika sudah seperti itu Rumi akan ngambek pada bunda Nia dan akan lebih memilih bersama Gemy ketimbang bersama Satria.
"Lama banget sih kak Feli ini, udah cantik gak perlu dandan," ketus Rumi, membuat Feli terkekeh lucu.
"Al..." Tegur bunda Nia, membuat Rumi cemberut.
"Bunda nih, aku kan udah bilang jangan panggil aku Al," protes Rumi cemberut.
"Iya iya, putranya ayah Satria," goda bunda Nia, sambil mencolek dagu Rumi.
"Udah bun, kita sarapan nanti kita telat lagi," tegur Satria.
Bunda Nia mulai melayani sang suami, kemudian disusul oleh anak bungsunya. Sedangkan Feli dan Gemy mereka mengambil sarapannya masing-masing.
Setelah selesai sarapan, mereka pamit kepada bunda Nia. Rumi diantar oleh ayah Satria ke sekolah, nanti dijemput oleh bunda Nia.
"Assalamualaikum, bun." Ucap mereka serempak.
"Waalaikumsalam," jawab bunda Nia tersenyum.
*****
"Lo yakin udah baikan, Fel?" tanya Gemy, setelah beberapa menit hening.
"Lumayan lah, daripada gue diem terus dirumah tambah pusing. Kesel juga sih ya gue kerja aja," jawab Feli.
Saat berada di lampu merah, Feli melirik ke samping, dia melihat mobil Yudis. Tampak jendela mobil terbuka sedikit, dia melihat seorang gadis di dalam mobil Yudis.
"Siapa dia? Apa dia pacar, barunya?" tanya Feli dalam hati.
"Secepat itu kamu, lupain aku. Dis," lirih Feli menggeleng pelan.
Feli terlalu fokus memperhatikan gadis yang berada di samping Yudis, membuat dia tak sadar bahwa Yudis tengah memperhatikannya pula.
Pandangan mereka bertemu. Namun, Yudis dengan cepat menutup jendela mobilnya membuat Feli mendesah, Feli menyandarkan tubuhnya menatap lurus kedepan.
"Aku merindukanmu, Dis." Lirih Feli dan terdengar oleh Gemy.
"Lupain dia, Feli," desis Gemy. "Dia udah nyakitin hati lo."
Mata Feli berkaca-kaca, dia berusaha menahan agar tak menangis. Entahlah dia jadi cengeng seperti ini, lalu melirik sekilas pada Gemy dan menatap kembali ke depan.
"Jika melupakan seseorang yang berarti dalam hidup gue begitu mudah, lalu kenapa kita harus terus bergelut dengan masa lalu. Gue yang bodoh udah sia-siain dia, gue terlambat menyadari bahwa gue jatuh cinta sama dia," ujar Feli, dengan berusaha menahan amarah di hatinya.
"Gue, gue sadar, sekarang gue gak bisa dapetin cintanya Yudis," lirih Feli, diantara isak tangisnya akhirnya pertahanan dirinya runtuh juga.
Gemy hanya diam, dia dengan setia mendengarkan kesedihan Feli.
"Maafin, gue Fel. Ini semua salah gue," batin Gemy.
"Udah jangan nangis, jelek lo kalau nangis," cibir Gemy, membuat Feli mencebik.
Tak lama mereka pun sampai di halaman perusahaan W&J grup, perusahaan orang tua Gemy dan Feli. W&J bergerak di bidang konstruksi dan usaha kuliner, yang dicetuskan oleh Feli dan bunda Nia.
Saat mereka keluar dari mobil, tak lama mobil ayah Satria pun sampai di basement kantor.
"Loh!! Kalian belum masuk?" tanya ayah Satria, sambil mengunci mobilnya.
Gemy dan Feli hanya bisa tersenyum malu.
"Kalian ini, harusnya jadi contoh untuk karyawan lain," omel ayah Satria.
"Baik ayah, maafkan kami," sahut Gemy dan Feli serempak.
Jika sudah di marahi seperti ini, Gemy dan Feli hanya diam, tidak berani menjawab ayah mereka.
"Ayo cepat kita ada meeting, kenapa masih bengong," tegur ayah Satria, membuat Gemy dan Feli kaget.
"Baik ayah," jawab Gemy dan Feli cepat, menyusul ayah Satria yang sudah berada didepan sana.
Ayah Satria Ceo di perusahaan Winata grup dulu, semenjak kakak satu-satunya pergi untuk selamanya. Dia menggabungkan perusahaannya dengan perusahaan sang kakak, awalnya terasa sulit dan melelahkan. Terlebih dulu status Gemy masih pelajar, belum sepenuhnya bisa memegang perusahaan dan hanya bisa menandatangani berkas penting dan mengikuti rapat yang penting jika di kantor.
Jam makan siang
"Fel, setelah makan siang kita ada janji sama siapa?" tanya Gemy, tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas di hadapannya.
Feli membuka ipad yang selalu digunakan untuk bekerja, mata Feli melotot bahwa nanti ada pertemuan dengan ayahnya Yudis.
"Siapa yang akan datang, ya? Yudis atau uncle Mike ?" gumam Feli.
"Aihh...lo tuh yah, malah melamun. Sama siapa hari ini kita, ketemu?" tanya Gemy lagi, setelah selesai mengerjakan berkas-berkas tadi.
"Umm...itu sama..."
Gemy menatap Feli yang gugup. "Sama siapa?"
"Darwin corp," cicit Feli.
Gemy menghembuskan napasnya secara perlahan. "Kalo lo gak mau ikut gak apa-apa, biar gue yang datang sendiri ke sana."
"Enggak, gue baik-baik aja kok, gue harus profesional." Sahut Feli cepat, takut Gemy berubah pikiran. Alasannya hanya Feli ingin melihat Yudis itu saja.
"Ya udah, ayo kita makan siang dulu abis itu kita langsung berangkat aja." Jelas Gemy, berdiri dari kursi kebesarannya, keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh Feli.
Mereka makan siang di cafe yang yang tak jauh dari kantor Darwin, Feli hanya memesan chicken steak dan minumnya cappucino. Sedangkan Gemy dia memesan spaghetti chicken pedas, dengan minuman moccacino.
*****
Sementara itu di perusahaan Darwin, pertemuannya dengan Feli di lampu merah membuatnya tak fokus dalam bekerja. Sampai-sampai daddy Mike datang pun Yudis tidak menyadari kehadirannya.
"Yudis." Suara baritone daddy Mike, membuyarkan Yudis dari lamunannya.
"Dad, ada apa?" tanya Yudis.
"Hari ini ada pertemuan penting, kamu harus ikut." Perintah tuan Mike.
"Dengan perusahaan W&J grup," lanjut tuan Mike, membuat Yudis melotot tak percaya.
"Kenapa kamu, kaget? Bukannya tadi pagi sekertaris mu sudah memberitahumu, kan?" tanya tuan Mike, Yudis menelan salivanya susah payah.
"Ya dad," lirih Yudis. Yudis benar-benar lupa dan dia tidak mendengarkan Laila bicara.
"Ya sudah ayo, tadi Gemy bilang kalau mereka sudah sampai di tempat pertemuan," jelas tuan Mike, daddy Mike beranjak dari duduknya.
Yudis mengekor daddy Mike, yang lebih dulu di depan. Mereka akan melakukan pertemuan di restoran yang tak jauh dari kantor mereka.
Tak butuh waktu lama, anak dan ayah tersebut telah sampai. Kemudian melangkah menuju ruangan yang sudah di pesan terlebih dulu oleh Feli.
Saat pelayan membukakan pintu, wajah gugup Feli begitu kentara. Gemy menyalami daddy Mike diikuti Yudis dengan wajah datarnya. Disusul Feli.
Saat mereka berhadapan Yudis memalingkan wajahnya, membuat Feli sedih dan terlihat jelas oleh Gemy.
"Mari silahkan duduk," ajak Gemy.
Mereka duduk berhadapan, Yudis dan Feli, Gemy dan daddy Mike. Gemy menjelaskan secara detail proyek yang akan perusahaannya kerjakan kepada daddy Mike. Daddy Mike mendengarkan penjelasan Gemy. Sementara Yudis sekali-kali melirik Feli, yang hanya diam saja.
Tak lama penjelasan tentang proyek tersebut selesai, daddy Mike menyetujui untuk kerja sama dengan perusahaan Gemy.
"Nanti Yudis akan sering menggantikan om," celetuk daddy Mike, membuat Yudis membulatkan matanya.
"Loh!! Kenapa aku, dad?" tanya Yudis tak suka.
"Memang kenapa? Kalian kan teman, jadi yah menurut daddy akan lebih baik kamu dan Gemy yang sering bertemu. Sudah jangan membantah," ujar tuan Mike dan Yudis hanya bisa menurut pasrah.
"Ya sudah, aku pergi dulu dad aku ingin menjemput calon tunangan ku," ucap Yudis, melirik Feli.
Yudis keluar tanpa kata pamit pada Feli dan Gemy. Membuat daddy Mike geleng-geleng kepala.
"Maafkan anak om."
"Gak apa-apa om, santai saja kita sudah terbiasa." Jawab Gemy.
Kemudian Gemy dan Feli juga pamit, kepada tuan Mike.
"Kita pulang," putus Gemy setelah keluar dari resto tersebut.
"Iyaa." Jawab Feli singkat, pertemuannya dengan Yudis membuat moodnya buruk.
Bersambung …
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Emmy Simbolon
jd ikut melowww
2024-05-22
0
Louisa Janis
Yudis yang ngomong kok aku yang berasa perih hati
2022-10-14
0
Yeni Suhaeti
lanjut
2022-09-07
0