Setelah mendapat panggilan dari Gemy, Radit bergegas menuju tempat janjian mereka. Yaitu, di sebuah cafe yang tak jauh dari SMA Erlangga.
"Tumben banget dia, ngajak ketemu."
Radit melajukan roda empatnya, membelah jalanan ibu kota yang padat merayap. Karena bertepatan dengan jam pulang kantor.
Berpuluh menit kemudian, Radit sampai di cafe tempat janjian sama Gemy. Dia bisa liat Gemy sedang asik dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri dan Radit geleng-geleng kepala lihat tingkahnya.
"Dasar bucin akut," cibir Radit, Radit tau hubungan Gemy dan Anisa.
Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, Radit dan Gemy tak lagi dekat seperti dulu. Masih hangat dalam ingat Radit, betapa murkanya Gemy entah karena apa, Radit pun tak tahu.
"Gem, udah lama lo?" sapa Radit basa basi, membuat dia menghentikan aktifitas di ponselnya.
"Ehh Dit, belum lama ko. Ayo duduk," ajak Gemy pada Radit.
Radit melirik gelas di depannya, segelas cappucino dingin kesukaan Radit. Diam-diam dia menyunggingkan senyum menatap kopi tersebut.
"Ternyata dia, masih ingat," batinnya.
Terjadi keheningan hingga beberapa menit, hingga akhirnya Radit dengar Gemy berbicara tentang Feli.
"Dit, gue tau lo suka kan sama, Feli?" tanya Gemy.
Radit mengerutkan kening, bingung kenapa Gemy bisa tahu padahal dulu gak ada satupun yang tahu tentang hubungan Radit dan Feli. Termasuk Hana sekali pun.
"Maksud lo?" tanya Radit balik, pura-pura gak ngerti.
Gemy mendengus dengan kasar.
"Lo, gak usah pura-pura gak tahu deh. Gue tahu semuanya tentang lo dan Feli," ucap Gemy dengan nada datar.
"Terus, kalo lo udah tahu, lo mau apa? lo mau hakimi gue gitu?"
Sebelum Gemy kembali berbicara, Radit terlebih dulu angkat bicara.
"Denger yah, gue dulu emang suka sama Feli. Tapi itu dulu, sekarang engga. Gue tahu dia gak mau pacaran, karena dilarang sama lo dan Ayah Satria. Setelah gue nerima cinta Hana, gue kemudian memutuskan untuk menjadi sahabatnya Feli hanya sahabat." Jelas Radit menekankan kata sahabat.
Gemy menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia minum terlebih dulu agar emosinya tak meledak.
"Maafin gue atas sikap dan aturan gue dulu sama lo, Dit. Tapi, lo harus tau Dit. Feli lagi patah hati dan dia lagi sakit, gue tahu apa penyebabnya dia patah hati karena loe dan Yudis," jelas Gemy.
"Yudis," gumam Radit, Gemy pun mengangguk.
"Lalu apa hubungannya sama, gue? Aneh lo," kekeh Radit atas penjelasan Gemy.
"Dasar Gemy, patah hati sama siapa. Nyalahin siapa," ucap Radit dalam hati.
"Gue gak bisa jawab, hanya Feli yang bisa jawab." Kata Gemy.
"Ya udah, gue pergi dulu Dit," pamit Gemy, sambil berdiri dan menjabat tangan Radit. Setelah kepergian Gemy, Radit memikirkan Feli.
Salah satu gadis pertama yang menempati hatinya, tapi sekarang, entahlah Radit hanya bisa mengedikan bahunya acuh.
"Kayanya, gue harus temui dia deh."
*****
Dan disinilah Radit sekarang, di apartemen Feli setelah Radit memaksa Gemy memberikan alamat Feli. Di hadapan gadis yang pernah mengisi hari-hari gue secara diam-diam. Dia masih sama seperti dulu malah terlihat cantik, dengan rambut panjangnya yang hitam, tapi sekarang dia terlihat pucat dan terlihat raut wajah sedihnya menatap Radit dengan wajah datar dan dingin.
Hening tidak ada obrolan yang terjadi antara Radit dan Feli, Radit bingung mau memulai bicara dari mana.
"Kenapa, Dit? Apa yang membuat lo, datang ke sini? tumben," ucap Feli seperti biasa dengan nada dingin.
"Gue mau minta maaf, Fel." Ucap Radit dengan suara lirih. Namun, Feli malah setia dengan tatapan dinginnya. Seolah sedang mengintimidasi Radit.
"Feli rese," umpat Radit dalam hati.
"Minta maaf." Radit masih bisa mendengar walau Feli, menggumamkan kata maaf dengan suara pelan.
"Sadar juga lo, punya salah sama gue," cibir Feli.
Nah kan apa Radit bilang, Feli ini tukang julid sama kaya Hana. Radit memutar bola mata malas.
"Fel, gue minta maaf sama lo atas kesalahan gue. Karena gara-gara gue lo ja..." Sebelum Radit melanjutkan kata-katanya, Feli sudah lebih dulu berbicara.
"Dit, gue udah maafin lo. Tapi gue gini bukan karena lo. Waktu gue menjaga jarak sama Hana gue sadar gue merindukan kalian sebagai sahabat. Gue kangen Hana, gue kangen lo Dit, gue gak enak sama kalian gue udah musuhi Hana, gue udah jaga jarak sama lo juga. Seseorang udah bikin gue sadar Dit," jelas Feli, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Radit bisa melihat senyum manis Feli, yang mengingat Yudis siapa lagi memang, Radit cih jangan harap. Kan, kan. Senyum Feli menular kepada Radit.
Feli, Feli. Sedahsyat itukah pengaruh Yudis?
"Maafin gue Fel, gue pernah bikin lo patah hati dan kecewa." Ucap Radit dalam hati. Lamunan Radit buyar saat Feli berbicara.
"Lo gak mau kumpul-kumpul sama kita lagi, Dit? Lo tau Hana mau tunangan dua minggu lagi," beritahu Feli, membuat Radit terkejut.
"Hana tunangan," ulang Radit, dan Feli mengangguk.
"Serius lo, sama siapa?" tanya Radit gak sabar.
"Memang wajah gue lagi, bercanda apa?" cibir Feli.
"Ya enggak, sih." Kekeh Radit salah tingkah. "Oke, jadi sama siapa?"
"Sama Indra lah, lo tahu perjuangan Indra buat dapetin hati Hana juga gak mudah, layaknya Gemy dan Anisa. Mereka juga gak langsung bersama, apalagi Anisa lo tahu gimana Anisa selalu merasa gak pantes, Anisa menolak Gemy awalnya tapi Gemy selalu meyakinkan Anisa bahwa dia pantas untuknya. Akhirnya mereka bersama dan beberapa bulan lagi mau nikah," jelas Feli.
Radit menghela napas secara kasar, kebersamaan Radit dan yang lainnya tak seintens dulu. Semenjak Radit, Hana, Feli dan Gemy bermasalah.
"Oke gue bakal kumpul lagi bareng kalian, sekalian gue mau minta maaf sama Hana," putus Radit.
Selama Radit memiliki perasaan bersalah pada Hana, hidup Radit tidak pernah tenang selalu memikirkan perasaan orang-orang yang dia sakiti. Radit selalu menghindar untuk bertemu mereka.
"Dit, gue laper." Celetuk Feli, gak tau malunya.
Radit berdecak mengeluarkan ponsel pintarnya, dan memesan makanan untuk Feli.
"Dit, gimana keadaan mami Hasna, sama papi Ilham?" tanya Feli, selama Radit menjauhi sahabat-sahabatnya. Radit balik ke rumah mami Hasna di Makassar. Dan selama Radit hidup di Jakarta, dia tinggal bareng Ilham untuk mengembangkan bisnis hotelnya di Jakarta. Setelah sukses dan dikelola oleh orang kepercayaan Ilham.
"Baik, mami dan papi gue baik. Mereka sehat," jawab Radit, dijawab anggukan Feli.
"Lalu adek lo, Mariana. Apa dia jadi kuliah di Jakarta?"
"Gue gak tahu, kemarin mami ngelarang dia karena dia anak cewek satu-satunya juga sih. Makanya mami gak rela jauh sama adek gue." Jelas Radit.
"Ohh."
"Biar gue yang buka," tawar Radit, saat mendengar suara bel.
"Makan sore lo, Fel." Radit mengangkat box, dari resto ternama.
Feli berseru antusias.
"Thanks, ya Dit," ucapnya tulus. "Loh ko cuma satu, Dit? Lo engga makan?"
"Gak Fel, lo aja yang makan. Lo kurus banget sih," ledek Radit, membuat dia cemberut. Dan itu sangat menggemaskan bagi Radit.
"Ya udah deh, gue makan ya," kekeh Feli senang, gue heran sama Feli dia banyak uang. Tapi kaya gak punya uang aja haduh Feli... Feli untung lo sahabat gue.
Radit menatap Feli yang makan dengan lahap, membuat Radit tersenyum tipis. Dia tahu, bahwa perasaan Feli sudah baik-baik saja.
"Fel, kalo lo suka sama dia kejar jangan sampai lo nyesel kaya gue," entah mengapa, kata-kata itu meluncur bebas dari mulut Radit. Radit kasihan melihat Feli yang selalu memendam cintanya untuk orang lain.
"Ya, gue bakal kejar dia lagi, Dit. Gue gak peduli kalo gue ini cewek," kata Feli, dengan senyum di wajahnya. Kemudian Feli melanjutkan makan sorenya tersebut.
"Semoga lo, selalu bahagia dengan pilihan lo Fel." Doa Radit tulus dalam hati.
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
marsya
lanjut
2022-10-26
0
Louisa Janis
ayolah fel Semangat kejar dia
2022-10-14
0
@Ani Nur Meilan
Feli kejar Yudis..sebelum terlambat....💪💪💪💪
2022-09-07
1