Kelakuan Odeng

"Kamu gimana?" tanya Kirana sambil melihat ke arah Diah.

"Ya gitu, tidak langsung dikoreksi, harus ditunggu dulu. Nanti bapaknya bakal hubungin lagi mengenai isinya," terang diah.

"Jadi cuman ditaruh di mejanya bapak?" Tanyanya lagi.

"Iya, dosennya juga tadi gak ada. Jadi aku langsung taruh di mejanya". Sambil mengalihkan pandangannya ke depan, melihat para mahasiswa yang lewat.

Diah hanya menghembuskan nafas. Hal yang sama juga dilakukan Kirana. Seakan senasib mereka hanya pasrah saja.

"Oh iya, dimana teman kamu yang itu?" Tanya diah penasaran karena biasanya dia selalu ada di samping Kirana.

"Gak tau, aku juga gak sadar kalau dia ternyata gak kesini. Aku kira bakal nyusul," serunya bingung sambil melihat lihat sekitar.

"Siapa namanya? Aku lupa" sambil mengingat-ingat.

"Odeng Di, sudah beberapa kali di kasih tau masih sering lupa," Sambil menatap Diah.

"Ah iya, aku beneran lupa. Astaga, padahal aku sudah sering bercanda dengannya ya," Diah mengatakannya sambil tersenyum dengan muka berbinar seakan mendapat lotre.

Kirana hanya bisa menghembuskan nafasnya. Sebahagia itukah temannya hanya mengetahui nama teman akrab Kirana yang lain.

"Kamu juga sudah akrab kali Di," Kirana hanya memutar bola mata malas.

"Iya kan baru akrab Kiran, dia juga orangnya gampang akrab. Lucu juga kalo ada dia," ucapnya sambil tersenyum senang.

Kirana hanya diam tidak meladeni ucapan Diah lagi. Sekarang yang ada di otaknya hanya Odeng, temannya itu tidak datang bimbingan hari ini. Padahal kemarin dia yang ngingetin Kirana buat janjian. Pastinya dia juga janjian sama pak Adam.

Tapi, hari ini Odeng malah tidak ada. Sungguh aneh. Kirana ingin cepat-cepat pulang ke kosannya. Dia ingin tahu apa yang dilakukan Odeng.

"Ya udah kita pulang saja," ajak Kirana karena sudah tidak sabar ingin melihat kondisi Odeng. Banyak sekali pertanyaan yang ada dikepala Kirana tentang kemana Odeng hari ini.

Mereka kemudian berdiri dan pulang berbeda arah.

Diah tidak ngekos seperti Kirana dan Odeng. Jadi dia PP setiap mau ke kampus, karena tidak mendesak seperti Kirana. Diah lebih memilih pulang ke rumahnya.

Kirana yang penasaran langsung pergi ke kamar kos Odeng. Dia mengetuk pintunya berkali kali, tapi tidak ada tanda-tanda orang muncul. Kirana heran kemana perginya Odeng.

Dia menunggu beberapa detik, namun rasa cemas mulai menghampirinya, dengan segera Kirana mencoba membuka pintu kamar Odeng. Alhasil pintunya terbuka.

“Tidak dikunci, pasti ada orangnya di dalam,” seru kirana dan langsung masuk ke dalam.

Dilihatnya sekitar sampai pandangannya tertuju pada seseorang di atas kasur dengan posisi terlungkup dengan guling di sampingnya.

Iya, Odeng tidur dengan nikmat. Tidak menghiraukan apapun, seakan dunia mimpi lebih indah.

“Wah, tidur ini orang. Pulas banget lagi.” Kirana mendekat ke sebelah Odeng. “Kalo sudah ngebo lupa semuanya. Bisa bisanya pintu gak dikunci. Ini malah anteng aja lagi,” Sambil berkacak pinggang.

“Odeng bangun, wey bangun,” teriak Kirana. Tidak ada pergerakan dari Odeng, posisinya tetap sama.

“Wah benar-benar kebo nih,” Kirana langsung mengguncang tubuh Odeng sambil terus berteriak.

Beberapa detik kemudian Odeng langsung membalikkan badannya sambil mengucek matanya. Perbuatan Kirana tadi benar-benar membuahkan hasil.

“Kenapa sih Kiran? Bangunin orang lagi mimpi indah saja. Suka ganggu nih kamu,” ujap Odeng sambil sesekali menguap.

“Tutup mulutnya kalau menguap. Nanti dimasukin lalat baru tau rasa,” Kirana lalu duduk di kasur Odeng.

“Maaf maaf. Lagian kamu ngapain sih, aku lagi mimpi ketemu sama pujaan hati malah kamu bangunin,” Odeng berujar sambil mengerucutkan bibirnya kemudian senyum-senyum seraya masih tetap dengan rebahannya.

Kirana hanya melihatnya dengan tatapan aneh.

“Ih, itu cuma bunga tidur doang. Ayo kembali ke dunia nyata lagi,” perintah kirana. Dia berusaha menyadarkan temannya ini agar tidak terlarut dalam mimpi yang belum tentu jadi kenyataan.

“Iya, ini lagi berusaha ngumpulin nyawa dulu,” Sambil sesekali mengucek mata Odeng melanjutkan perkataannya. "Kenapa sih tadi heboh banget," bangun dan duduk menghadap Kirana.

“Kamu gimana sih Deng. Tidak ke kampus, tidak bimbingan, karena ini alasannya. Tidur pulas banget. Kayak kebo. Dasar,” cibir kirana.

“Eh, aku ada bimbingan sekarang. Astaga lupa. Ketiduran akunya,” Kaget Odeng langsung duduk. Namum, diakhiri dengan cengiran.

“Sudah telat sadarnya,” Kirana memutar bola matanya malas.

“Aku sudah ngingetin kamu tadi kan. Makanya jangan tidur lagi, biar gak gini jadinya. Katanya mau nyusul. Malah ngebo lagi,” Jeda sebentar kemudian Kirana melanjutkan perkataannya. “Udahlah, aku mau balik ke kamar dulu,” Sambil bangun dari duduknya setelah pamit.

“Eh, kok sudah mau balik?” Odeng melihat Kirana dengan tanda tanya di matanya.

“Tadi aku kesini khawatir sama kamu, takutnya terjadi sesuatu. Tau kamu ngebo gak usah lah aku kesini. Bikin cemas aja. Udahlah tujuan awalku kesini sudah selesai,” Lalu Kirana langsung membalikkan badannya, melangkah menuju pintu kamar dan keluar.

Setelah Kirana pergi Odeng memeriksa jam. Dia benar-benar ketiduran, sampai lupa kalau ada janjian sekarang.

“Kenapa bisa ketiduran sih. Aduh bahaya ini. Gimana si dosen ya?” Sambil menggigit kukunya, Odeng cemas. Namun tidak lama, dia sudah bisa mengontrol kecemasannya.

“Ya sudahlah, urusan sama dosen nanti saja. Aku masih ngantuk,” ujar Odeng berbicara sendiri sambil menguap dan akhirnya Odeng melanjutkan tidurnya lagi.

Begitulah Odeng tidak pernah terlalu larut dalam masalah. Apapun yang dilakukannya, apapun masalahnya dia selalu menghadapi dengan tenang.

Sedangkan di sisi lain, Kirana menggerutu karena ulah si Odeng. Dia tidak habis pikir dengan temannya, Odeng. Suka sekali ngebo sampai lupa bimbingan. Satu lagi, agak sedikit ceroboh. Untung saja gak ada maling masuk ke kamar kosnya.

“Ada saja kelakuan Odeng. Aku udah khawatir, cemas. Eh malah ngebo dianya,” Menghela nafas lelah.

Kirana duduk sebentar setelah meletakkan tasnya. Kemudian dia mandi karena badannya sudah lengket.

Malam harinya, kirana merevisi proposal yang sudah dicoret dospemnya tadi. Dia membaca buku panduannya terlebih dahulu. Setelah faham baru dia mulai merevisi dari awal. Kirana sungguh sungguh mengerjakannya sampai tidak sadar kalau dia belum makan. Dia ingin secepatnya bimbingan lagi. Dia sudah membuat target bulan ini harus selesai bimbingan biar secepatnya ikut ujian.

Sebenarnya banyak teman-teman Kirana yang sudah lulus sampai semester tujuh. Ada yang sudah wisuda, ada juga yang sudah ujian. Di semester akhir ini mereka yang sudah ujian akan di wisuda. Sedangkan Kirana masih bimbingan. Itupun masih proposal belum skripsinya.

Kirana sedikit iri melihat itu, tapi Kirana sadar ini sudah jalannya. Dia harus bekerja lebih ekstra agar lulus di semester ini. Kirana yakin pasti ada hikmah dibalik ini semua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!