Terikat DosPem

Terikat DosPem

Gagal

Pukul 07.50

Seorang gadis yang juga merupakan mahasiswi berlari di lorong-lorong kampus sambil sesekali melirik jam tangannya. Tinggal beberapa menit lagi, sampai akhirnya gadis tersebut berhenti sebentar sambil menghela nafas kasar mencoba menetralkan nafasnya yang masih memburu. Sesekali dia tampak menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum mengetuk dan membuka sebuah pintu.

Ya, gadis itu telah sampai di depan ruang dosen, tepat di depan pintu yang menjadi target utamanya terburu-buru tadi.

Beberapa detik kemudian, tangannya yang terulur ingin mengetuk dan membuka pintu tersebut diurungkan karena pintunya telah dibuka lebih dulu dari dalam. Seorang pria berbadan tegap, tinggi, rambut rapi, hidung mancung, alis tebal berdiri disamping pintu dihadapan si gadis. Pria tersebut mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya ada keperluan apa. Bagai terhipnotis gadis itu diam selama beberapa detik, tak lama dia pun sadar karena deheman pria di depannya.

“Eh maaf pak,” ucap gadis itu yang bernama Kirana dengan tersenyum malu. Gugup, itulah yang Kirana rasakan saat ini.

Pria di depannya hanya diam dan melihat Kirana, dia menunggu apa yang akan diucapkan Kirana. Pria tersebut dosennya, lebih tepatnya dosen pembimbingnya yang bernama Adam.

“Saya kirana pak, saya tadi yang janjian dengan bapak,” ucap kirana menjelaskan perihal kedatangannya sambil menetralkan rasa gugupnya. Masih tetap di samping pintu, pak Adam tidak merespon apa yang diucapkan kirana. Ekspresi yang ditujukkannya datar.

“Eum, Jadi saya boleh masuk bapak?” tanya kirana, mencairkan suasana yang dari tadi hampa karena tidak direspon oleh pak Adam. Namun hal itu malah membuat Kirana semakin gugup.

“Saya mau keluar, ada acara," sahutnya sambil melangkah keluar menuju mobilnya.

Kirana yang awalnya diam berdiri membiarkan pak Adam lewat di sampingnya, mengejar pak Adam.

"Tunggu pak,” panggilnya sambil menyusul pak Adam. Kirana terus mengikuti langkah pak Adam ingin menanyakan kejelasan bimbingannya.

"Kamu terlambat, saya ada urusan,” Pak Adam langsung berucap to the point yang mana tidak Kirana mengerti, sambil terus berjalan menuju parkiran.

“Terlambat?” tanya Kirana.

Terlambat katanya? pikir Kirana dalam hati. Sambil terus mengikuti langkah dosennya Kirana mengingat-ingat.

Sebelumnya Kirana memang janjian dengan dosennya pukul 08.00. Oleh sebab itu, dia berangkat terburu-buru tadi. Sudah sekuat tenaga dia berlari untuk bertemu sang dosen tepat waktu.

Kirana heran, kenapa sang dosen malah mengatakan terlambat, padahal dia sudah tepat waktu bahkan tiba lebih awal.

"Benar kok aku sudah tepat waktu. Bahkan aku sudah memeriksa jam sebelum mau masuk ke ruangannya dan masih tinggal 5 menit lagi. Darimana terlambatnya coba,” bisik kirana dalam hati.

“Maaf bapak, tapi saya rasa sudah tepat waktu tadi,” ucap kirana pelan. Kirana merasa dirinya tidak terlambat.

“Itu menurut kamu, di jam tangan saya kamu terlambat,”.

Kirana melirik ke arah jam tangan dosennya dan benar saja waktu di jam tangan dosennya berbeda dengan waktu di jam tangan Kirana.

"Apa-apaan dosennya ini, kenapa malah kirana yang disalahkan, bukannya dosennya yang salah," pikir Kirana.

Pak Adam memang mengatur waktu jam tangan yang dipakainya terlalu cepat dari waktu biasanya. Itu sudah menjadi kebiasaan pak Adam agar selalu tepat waktu.

Ingin rasanya kirana mengatakan kalau jam dosennya itu terlalu cepat. Namun, Kirana tidak bisa melakukannya. Kirana harus mengalah, tidak boleh berdebat dengan sang dosen. Percuma juga berdebat, yang menang pasti dosennya Setidaknya dia harus berusaha sekarang agar tidak gagal lagi. Kirana berharap agar dosennya ini kasihan kepadanya.

“Mungkin itu hanya beberapa detik saja pak," ucapnya dengan nada memelas berharap belas kasihan dari dosennya.

“Tidak ada toleransi untuk itu," Pak Adam mengatakannya dengan jelas dan tegas.

Kirana dibuat menganga, dosennya ini benar-benar disiplin. Kirana memutar otaknya mencari sebuah solusi. “Jadi, bagaimana bapak? atau saya tunggu saja ya pak?” pinta kirana berusaha negosiasi dengan pak Adam.

“Saya tidak akan kembali,” jawabnya singkat dan begitu lugas. Usaha kirana tidak membuahkan hasil, semuanya menjadi kacau, padahal kirana sudah mengalah, tapi dosennya ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

Langkah kirana terhenti bersamaan dengan pak Adam yang masuk ke dalam mobilnya. Setelahnya mobil melaju sampai tidak terlihat dan kirana masih berdiri melihat kepergian mobil itu.

Kirana menghembuskan nafas lelah.

“Gagal lagi. Bagaimana mau cepat selesai kalau begini terus,” gerutunya. Kirana keluar dari parkiran dan berjalan melangkahkan kakinya ke kursi di depan ruang dosen tadi. Dia duduk sambil menghela nafas berat.

“Kenapa begini amat nasibku,” sesalnya meratapi nasib. Sudah beberapa kali kirana selalu gagal bertemu dosennya karena alasan sang dosen yang kadang mendadak tidak bisa. Baru kali ini dia bisa bertemu, kirana sudah berharap semuanya akan berjalan lancar, tapi kegagalan lagi yang dia dapat.

“Hufft,” helanya lagi.

Beberapa menit berlalu, kirana hanya duduk diam mengamati sekitar. Banyak sekali mahasiswa lain yang lewat dan berlalu lalang di depannya. Entah itu hanya untuk bimbingan dengan dosen, mengikuti perkuliahan dan juga ingin pulang karena sudah selesai jam perkuliahannya. Bahkan, ada yang hanya datang untuk menyapa temannya yang masuk atau melakukan kegiatan lain, anggaplah tidak begitu penting. Semua hal itu sudah kirana lalui sebelumnya, sekarang tinggal aktivitas baru yang harus dia jalani yaitu mengejar sang dosen.

“Mengejar? yang benar saja,” ucap kirana pelan sambil tersenyum kecut.

Ya, mengejar dosen. Kirana harus mengejar dosennya untuk melakukan bimbingan skripsinya bukan untuk mendapatkan hatinya.

Semester tua atau akhir sangatlah berat bagi kirana. Bagi kirana di semester ini bukannya membawa semangat malah membawa masalah. Masalah karena harus bola balik ke kampus, belum lagi nanti revisian dan banyak lagi. Semua Itu akan dilalui kirana selama beberapa bulan kedepan. Memikirkannya kirana jadi pusing, seperti ada beban dikepalanya. “Sungguh tanggung jawab yang harus segera diselesaikan,” pikir kirana.

Diam mengamati menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan bagi kirana untuk saat ini, selain meratapi nasibnya. Kadang kirana hampir putus asa. Tapi dia ingat, ini perjuangan terakhirnya di dunia perkuliahan, dia harus terus berusaha sampai semuanya tuntas. Dia yakin masalah sekaligus tanggungannya ini pasti selesai.

“Ayo semangat kirana, kamu pasti bisa”, ucapnya memberi semangat kepada diri sendiri sambil mengepalkan tangannya dan sedikit menundukkan wajahnya.

Tak lama kemudian, terlihat seseorang melintas tepat dihadapannya. Dia melewati kirana dan berjalan ke arah ruang dosen, lebih tepatnya sedikit berlari. Kirana mendongakkan kepala dan menoleh ke orang itu. Terlihat dia mengetok pintu dan langsung masuk ke dalam. Alis kirana hanya berkerut melihat apa yang dilakukan orang itu.

Hanya beberapa detik, orang itu pun keluar dan bertatapan langsung dengan kirana. Dia berjalan mendekati Kirana.

"Itu...” tunjuknya ke ruang dosen.

“Gak ada orang,” ucap Kirana singkat. Belum sempat orang itu bertanya lagi Kirana langsung bicara.

“Keluar tadi,” ucapnya jelas.

“Astaga kiran, kenapa gak bilang sih kalo dosennya gak ada, tau gitu aku gak lari-larian tadi, gak usah ngetok pintu juga. Kalo gini kan sia-sia. Malu juga. Elah,” omel Odeng sambil sedikit mengatur nafanya. Ya, Orang yang melewati Kirana, yang masuk ke ruang dosen dan berbicara ke Kirana tadi bernama Odeng, teman dekat Kirana.

“Salah kamu juga kali, gak nanya," semprot balik Kirana.

“Lagian kemana si tuh dosen?” tanyanya

“Udah aku bilang keluar. Ada acara katanya," jelas Kirana.

“Lah kok gitu, bukannya udah janjian ya? tadi katanya bisa. Ini kenapa malah pergi, ada acara lagi, mendadak gitu juga. Ya elah,” gerutu Odeng panjang lebar. Kirana hanya mengangkat bahu acuh. “Ya sudahlah yah ditungguin aja,” ucap Odeng lagi sambil duduk di kursi tunggu di dekat Kirana.

“Percuma, orangnya gak bakal balik,” Kirana menghembuskan nafas kasar.

“Kok malah gak balik?” Kirana lagi-lagi hanya mengangkat bahunya acuh.

“terlambat,” Satu kata yang Kirana ucapkan, satu kata yang merubah nasibnya hari ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!