Bab 4

Vioni masih terkejut dengan apa yang terjadi padanya. Padahal dia hanya terjatuh kerena ditabrak seseorang, tapi kesadarannya seakan berkurang. Setelah beberapa menit terdiam, Vioni pun langsung menerima uluran tangan pria dihadapannya.

"Terima kasih," ucap gadis itu sambil tersenyum kecil melihat pria yang baru saja menolongnya.

"Sama-sama. Apa Anda terluka?" tanya pria itu.

"T–tidak. Terima kasih karena Tuan sudah menolong saya." Vioni mengangguk dan berlalu dari hadapan pria baik itu.

Entah kenapa jantungnya tiba-tiba bergedup kencang seakan-akan ingin melompat dari tempatnya. Baru kali ini Vioni merasa malu saat berhadapan dengan lawan jenis. Apalagi pria itu memiliki mata yang tajam seperti elang dengan bola mata berwarna biru laut. Sungguh, meskipun sesaat, itu sudah bisa membuat perasaannya hanyut tenggelam. Padahal selama ini banyak pria yang mendekatinya, tapi seakan perasaannya sudah mati, dia mengabaikan pria-pria itu.

Ada apa denganku? Aku tidak boleh tertarik pada pria manapun karena aku sudah dijodohkan, batin Vioni memperingatkan dirinya.

Gadis itu semakin mempercepat langkahnya hingga membuat seseorang tidak dapat lagi menatap punggungnya.

"Tuan, apa ada sesuatu?" tanya sang asisten pada atasannya.

"Tidak ada."

"Apa Anda yakin, Tuan Max?" Sang asisten kembali bertanya karena melihat tuannya terus menatap ke arah pintu keluar bangunan rumah sakit.

Ya, orang itu adalah Maximilian Green. Pengusaha muda berusia 28 tahun, yang berhasil membawa kembali kejayaan keluarganya yang dulu sempat gulung tikar. Bahkan, kekayaannya kini sudah semakin bertambah dengan dirinya yang turut berinvestasi di bidang kesehatan. Tak banyak orang yang mengetahui hal itu karena Max sengaja membiarkan orang lain menyebarkan rumor buruk tentangnya. Tentu saja rumor itu langsung diterima mentah-mentah oleh orang bodoh yang tidak mengetahui apapun kehidupannya.

"Sudah kukatakan, tidak, tentu saja tidak, Astron. Apa kau tidak mengerti?" kesal Max seperti biasa karena asistennya itu terus bertanya-tanya padanya.

Hah, apa yang baru saja aku pikirkan? Sadarlah, Max. Kau sudah memiliki wanita yang akan menjadi tunanganmu! Max membatin.

Entah kenapa, tiba-tiba saja timbul rasa sesal dalam hatinya karena sudah menerima perjodohan atas dasar bisnis itu. Akan tetapi, meski keadaannya demikian, dia tetap konsisten dan akan menjalankan pertunangan dengan gadis dari rekan bisnisnya. Sebenarnya Max juga tidak yakin dengan wanita itu karena rumor tentangnya juga buruk. Max mendengar kalau dia adalah wanita jahat yang selalu menindas adiknya yang lemah. Bahkan, wanita itu juga merupakan anak pembangkang. Namun, atas rumor itu pula dia menyetujui perjodohan itu. Max berpikir kalau wanita yang akan menjadi istrinya itu tidak boleh wanita lemah.

Setelah perdebatan kecil antara Max dan Astron selesai, kedua pria itupun melanjutkan langkahnya menuju ruang rapat yang akan diadakan di salah satu ruangan khusus gedung rumah sakit itu.

***

Sementara itu, di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah restoran Jepang, Vioni baru saja sampai. Dia langsung masuk ke ruangan yang sebelumnya sudah direservasi oleh Vanila.

Rupanya dia belum datang, batin Vioni begitu ia membuka pintu ruang VIP itu.

Vioni memilih untuk menunggu kedatangan Vanila sambil menikmati segelas jus alpukat. Itu adalah minuman kesukaannya, lagi-lagi tidak ada yang mengetahuinya.

Kemana anak itu? Kenapa dia masih belum datang? gumam Vioni seraya menatap ponselnya yang tergeletak di meja.

Gadis itu menyambar ponselnya dan menghubungi Vanila. Cukup lama hingga panggilan itu dijawab oleh adik kembarnya itu.

"Vanila, kau sedang di mana? Aku sudah datang ke restoran yang kau inginkan!" seru Vioni dengan kesal.

"O–h, Kakak sudah datang? Maaf, aku ketiduran, Kak. Bisa tunggu sebentar? Aku akan segera bersiap!" sahut Vanila dengan suara khas orang bangun tidur dan itu sukses membuat Vioni membelalakan matanya.

"Nila, apa kau sengaja mengerjaiku? Apa kau sengaja membuat aku berdiam diri di restoran yang tidak kusukai seperti orang bod*h?" tanya Vioni dengan kesal karena sudah menunggu selama satu jam lebih di sana.

"Kak, aku tidak bermaksud seperti itu–"

"Sudahlah. Aku tidak mau menunggu lagi. Lebih baik kita batalkan saja pertemuan ini!" putus Vioni.

Setelah mengatakan hal itu Vioni pun mengakhiri panggilannya dan beranjak pergi dari restoran Jepang itu. Hari ini dia benar-benar merasa seperti gadis bod*h yang mau melakukan apapun demi adiknya. Sekarang dia tidak peduli lagi kalau memang akan dimarahi oleh orang tua maupun om dan tantenya sekalipun.

Vioni segera menghentikan taksi yang lewat di depan restoran, dia memilih untuk pulang ke rumah dan bersiap menerima amalan yang pasti akan didengarnya dari Resa serta Marvel.

Tubuh gadis itu semakin terlihat lemah saat memasuki taksi. Namun, Vioni tetap berusaha untuk menjaga kesadarannya agar tidak hilang selama di perjalanan.

Ya Tuhan ... kenapa dadaku sesak sekali? Dan ... hawa panas apa ini? batin Vioni yang mulai merasakan ada yang tidak beres pada tubuhnya. Dia tiba-tiba mendadak kedinginan serta keringat mengucur deras dari dahinya. Perlahan kesadarannya mulai menghilang hingga akhirnya Vioni tidak sadarkan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!