Unlimited Love
Seorang gadis muda baru saja keluar dari sebuah bangunan rumah sakit. Ditangannya masih terdapat secarik kertas dengan logo rumah sakit yang baru saja dikunjunginya. Tatapan gadis itu tampak kosong dan jalannya pun terseok-seok. Bagaimana tidak, diusianya yang baru menginjak 20 tahun, dia harus menerima fakta kalau dirinya mengidap penyakit parah yang bisa merenggut nyawanya kapan saja. Terkejut? Tentu saja karena dia tidak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi padanya.
Nama gadis itu Vioni Rosmala. Dia adalah anak kedua pasangan Clifford El-Malik dan Rosa Tanasia. Namun, kehadirannya seakan tak diinginkan karena ayah ibunya memilih untuk menitipkan dia di rumah omnya ketimbang berkumpul bersama kakak dan adik kembarnya.
Ya, Vioni mempunyai saudara kembar bernama Vanila Rismaya. Meskipun mereka terlahir kembar, tapi Vioni tak pernah sekalipun diperlakukan seperti anak kedua keluarga itu. Dia lebih sering diabaikan dan dianggap anak keluarga lain kalaupun Vioni berkunjung ke rumah ayah ibunya.
"Apa yang harus aku katakan pada Om dan Tante?" gumam Vioni sambil menengadah, menatap langit yang mulai mendung. Bahkan rintik airnya pun mulai berjatuhan di atas kepala gadis itu.
Vioni ingin menceritakan apa yang terjadi padanya, tapi hal itu tidak bisa ia lakukan karena om dan tantenya pun belum tentu peduli. Mereka hanya peduli pada uang yang diterimanya dari Clifford dan Rosa tanpa mau repot-repot mengurusinya.
Ya Tuhan ... sekarang apa yang harus aku lakukan? Pantas saja selama ini aku selalu mudah kelelahan dan sakit kepalaku juga tidak pernah bisa ditahan, batinnya saat mengingat gejala-gejala yang selama ini dirasakan.
Awalnya Vioni mengira kalau itu hanyalah penyakit biasa, sampai tiba-tiba dia mimisan dan darah itu tak kunjung berhenti dari hidungnya. Akh, bahkan sebelum ke rumah sakit pun, om dan tantenya pun tidak mau mengantarkannya dan malah menyuruh dia untuk pergi sendiri.
Kini gadis itu memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia di sisi trotoar. Jalanan yang dilaluinya saat ini terbilang ramai karena banyak orang yang berlalu lalang di sana. Bahkan tak sedikit diantara mereka juga ada anak-anak yang sedang berlarian dengan tawa lebar di bibirnya.
Vioni tersenyum tipis, entah kapan terakhir kalinya dia mengingat tawanya yang seperti itu. Selama hampir 12 tahun ini Vioni hanya bisa tersenyum tipis, itupun hanya ia lakukan sesekali. Vioni tidak bisa hidup seperti Vanila yang bebas tersenyum dan mengekspresikan diri serta perasaannya. Adik kembarnya itu juga tidak benar-benar sehat. Sejak lahir, Vanila sudah mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, itulah sebabnya kenapa ayah dan ibunya lebih memilih untuk mengurusi Vanila dan mempercayakan Vioni pada adiknya.
Setelah puas merenungkan diri, Vioni pun memilih untuk pulang ke rumah om dan tantenya. Ya, sejak bayi dia sudah tinggal di sana karena om dan tantenya itu tidak dikaruniai anak, sehingga saat Rosa dan Clifford menitipkan Vioni kepada mereka, sepasang suami istri itu sangat bahagia dan berjanji akan mengurus serta melimpahkan kasih sayang. Akan tetapi janji tinggal janji, pada kenyataannya mereka sama sekali tidak pernah mengurus Vioni dengan benar.
***
Setelah menempuh perjalanan 15 menit lamanya, akhirnya gadis yang bernama lengkap Vioni Rosmala itu sampai di rumah yang selama ini ia tempati.
"Vio, kenapa kau pergi lama sekali? Bukankah aku sudah memintamu untuk pulang dengan cepat?" tegur Resa. Dia adalah tantenya Vioni, atau adik dari ibunya.
"Maaf, Tan. Tadi di rumah sakitnya harus antri. Banyak dari mereka yang mengalami sakit parah. Jadi aku harus menunggunya lama," jawab Vioni sambil menahan kepalanya yang kini mulai terasa sakit lagi. Dia berusaha untuk tetap tenang agar bibinya tidak mencurigai penyakit yang diidapnya. Kalau tidak, bisa-bisa dia akan dimarahi dan diancam diusir dari rumah itu.
Ya, Resa selalu mengancam Vioni dengan cara menakut-nakutinya akan diusir dari rumah kalau gadis itu tidak menuruti apa yang dia katakan. Sebenarnya Vioni tidak masalah kalau dia harus keluar dari rumah itu, tetapi untuk melakukannya dia harus berpikir dua kali karena hal itu pasti akan sampai ke telinga kedua orang tuanya dan dia akan semakin dimarahi.
"Ck. Alasan saja. Lalu, bagaimana dengan hasil pemeriksaan kesehatanmu? Jangan bilang kamu mengidap penyakit parah! Kamu tahu 'kan, kalau hal itu sampai terjadi, Tuan Max akan membatalkan pertunangannya denganmu dan akan meminta Vanila untuk menggantikanmu?" tanya Bibi Resa. "Ingat Vio, kalau kamu sampai gagal bertunangan dengannya, maka Tuan Max akan membuat usaha orang tuamu bangkrut dan kamu tidak akan bisa hidup bahagia seperti Vanila!" sambung Resa lagi.
Ya, Vioni akan dipersunting oleh seorang pengusaha muda yang bernama Maximilian Green. Siapa yang tidak kenal Max, dia pengusaha muda yang terkenal sebagai penakluk para wanita. Sudah banyak rumor buruk tentangnya yang mengatakan kalau dia adalah pria nakal yang suka bermain dengan wanita. Namun, hal itu tidak berpengaruh pada Resa yang menyarankan Vioni untuk dipersunting oleh Max, Clifford dan Rosa juga langsung menyetujuinya karena pria itu berjanji akan mensejahterakan perusahaannya.
Vioni menundukkan kepalanya, sebenarnya dia merasa keberatan jika harus dipaksa berhubungan dengan seseorang yang tidak dikenal. Apalagi pria itu juga memiliki reputasi yang buruk. Akan tetapi, meskipun Vioni menolak dengan keras, orang tua serta paman dan bibinya pun tidak mau mendengarkan dia. Hingga akhirnya sebuah kesepakatan pun tercipta diantara kedua belah pihak keluarga itu, akhir pekan ini pertunangan akan dilaksanakan. Di saat itu pula Tuan Max akan menggelontorkan dananya untuk perusahaan milik Clifford.
Kenapa aku merasa seperti sedang diperjualbelikan? Tidak bisakah mereka membiarkanku untuk hidup dengan semua keinginanku? tanya Vioni dalam hatinya.
"Hey, Vio! Apa kamu mau mendengar ucapanku?" tanya Resa pada keponakannya karena Vioni tak kunjung memberikan jawabannya.
"M–maaf, Tan. Iya, aku ingat. Penyakitku juga tidak terlalu parah. Jadi, Tante tidak perlu mengkhawatirkan hal itu karena aku akan melakukan apa yang kalian inginkan. Meskipun aku harus mati di tangan kalian, aku rela melakukannya," jawab Vioni sambil tersenyum dan menatap lekat mata Resa. Namun, senyum gadis itu tak sampai di matanya.
Sesaat Resa terpaku ketika melihat senyuman yang diperlihatkan oleh Vioni padanya. Entah kenapa, hatinya tiba-tiba terasa sakit. Dia seperti melihat luka yang ada dalam hati gadis itu. Namun, pikiran seperti itu segera ia singkirkan.
"Baguslah kalau kau mengerti. Jangan sampai membuat masalah untukku dan juga keluargamu. Camkan itu baik-baik!" ucap Resa sebelum dia berlalu dari hadapan Vioni dan kembali ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Anita_Kim
Hadir Kak. Semangat ya.
2022-09-09
2