Pukul satu siang. Elena mengendarai mobilnya menuju ke rumah Gilang. Elena berkunjung ke rumah Gilang karena desakan dari anak perempuannya, Cantika. Cantika mengatakan jika ia sangat rindu kepada nenek Atifa, mamanya Gilang.
Tak banyak orang yang tahu jika Elena bisa mengendarai mobil, bahkan memiliki mobil sendiri. Hanya kedua orang tua dan kedua anaknya lah yang mengetahui hal tersebut. Beruntung Elena mempunyai anak-anak yang cerdas, mereka pun bisa membantu mamanya merahasiakannya juga.
Elena menyembunyikan harta hasil jerih payahnya, selama ia menjadi istri Rendra. Selama itu, Elena hidup dengan sederhana, dia hanya mengeluarkan sedikit uang untuk urusan selain bisnisnya.
Satu bulan lalu, Elena baru saja membeli sebuah toko yang cukup besar. Ia ingin memindahkan toko lamanya ke tempat baru. Karena tempat yang lama merupakan tempat yang ia kontrak saja, ia tak punya kepemilikan atas tempat tersebut.
Elena benar-benar bersyukur, karena orang-orang yang ia percayai untuk mengurus bisnisnya benar-benar orang yang amanah. Karena itu, setiap bulannya Elena memberikan bonus kepada para karyawannya secara bergantian.
"Ma, masih lama nggak?" tanya Cantika, ia sudah tidak sabar untuk mengunjungi nenek Atifa.
"Hampir sampai, Sayang. Itu rumahnya ada didepan." Elena menunjuk ke sebuah rumah besar dengan cat dinding berwarna cream.
"Yey ... yey ... yey, asyik!" sorak Cantika.
"Aih, berisik banget kamu, Dik," tegur Brian yang duduk disamping Cantika. Ya, Cantika dan Brian duduk dikursi belakang.
Anak-anak ini, batin Elena sambil menggelengkan kepalanya.
Sesampainya didepan gerbang rumah Gilang, Elena membunyikan klakson mobilnya. Satpam di rumah itu langsung menghampiri mobil Elena. Elena pun langsung membuka kaca mobilnya.
"Siang pak Tohir," sapa Elena kepada satpam di rumah Gilang.
"Eh, mbak Elena, kirain siapa. Mau berkunjung kah?" tanya pak Tohir.
"Iya, Pak. Apakah bapak dan ibu ada dirumah?" tanya Elena.
"Bapak sedang di kantor, kalau ibu ada dirumah, Mbak," jawab pak Tohir.
"Begitu, bisakah saya minta tolong, untuk membukakan gerbangnya, Pak? Saya dan anak-anak ingin berkunjung dengan ibu Atifa," pinta Elena.
"Tentu saja bisa." Pak Tohir langsung membukakan gerbang dirumah besar itu.
Elena langsung melajukan mobilnya menuju halaman rumah tersebut, setelah pak Tohir membuka gerbangnya. Setelah mobil terparkir, Cantika langsung membuka pintu mobil, ia berlari memeluk pak Tohir.
"Kakek Tohir, Cantika kangen, Cantika sudah lama tidak berkunjung kesini," ucap Cantika.
"Iya, kakek juga kangen sama kamu anak cantik," respon pak Tohir.
"Eh, Cantika masuk kedalam dulu ya. Cantika kangen sekali sama nenek Atifa, dadah kakek Tohir." Cantika berlari menuju pintu rumah itu.
"Dasar, semua orang dikangenin!" Brian meledek adiknya.
"Biarin, bleee," ucap Cantika sambil menjulurkan lidahnya.
Tok ... tok ... tok ....
Elena mengetuk pintu, tak lama pintu itu pun terbuka. Saat itu, Atifa sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran, jadi ia langsung mendengar jika ada seseorang yang mengetuk pintu.
"Elena." Atifa langsung memeluk Elena setelah membuka pintu dirumahnya.
"Nenek, Cantika juga pengen dipeluk," rengek Cantika.
Setelah mendengar rengekan Cantika, Atifa langsung melepaskan pelukannya. "Oh, Cantika sayangnya nenek Atifa, jangan cemberut gitu ya, nanti cantiknya hilang lho." Atifa langsung menggendong Cantika.
Sementara untuk Brian, Atifa hanya mengelus puncak kepalanya saja. Hal itu dikarenakan, Brian sudah menganggap dirinya besar, dia tak mau jika harus dipeluk dan diciumi seperti anak kecil. Sebenarnya, Atifa gemas ingin menciumi wajah tampan Brian jika diijinkan.
"Yuk masuk, nenek punya banyak jajanan. Kemarin nenek habis belanja banyak, nenek merasa jika Cantika akan berkunjung kesini," ujar Atifa.
"Wah, benarkah? Kalau begitu, Cantika sudah tidak sabar untuk memakannya," ucap Cantika dengan polosnya.
"Oke, ayuk kita ambil di dapur," ajak Atifa.
"Elena, kamu duduk dulu ya sama Brian," ucap Atifa.
"Baik, Tante." Elena pun mengajak Brian untuk duduk disebuah sofa yang empuk.
"Ngomong-ngomong, Lita dimana Tante?" tanya Elena. Atifa pun menghentikan langkah kakinya.
"Lita lagi keluar sama teman-temannya," jawab Atifa. Ia pun melanjutkan langkah kakinya menuju dapur.
"Begitu," respon Elena.
Tak berselang lama, Atifa bersama Cantika berjalan menuju ruang tamu. Mereka membawa beberapa kantong plastik yang berisi jajanan anak.
"Ayo kita pesta jajanan, hore ...." Cantika melompat-lompat.
"Dasar anak kecil," ledek Brian.
"Kamu juga anak kecil, Kak. Ingat ya, Kak, kita itu cuma beda beberapa menit aja lahirnya," ucap Cantika tak mau kalah.
"Eh, sudah-sudah! Nggak baik lo berantem terus, nanti setan pengen jadi teman kalian lo kalau berantem terus. Katanya Cantika mau makan jajanan, tidak jadi, kah? " Elena berusaha melerai perdebatan antara kedua anaknya.
"Eh iya, Cantika lupa. Nenek, Atifa duduk disamping nenek ya." Cantika menggandeng tangan Atifa untuk duduk disebuah sofa.
"Baik," respon Atifa.
Atifa duduk disamping Cantika, ia menyimak celotehan dari Cantika. Atifa pun merespon setiap ucapan yang dikatakan Cantika. Anak ini, kalau sudah bertemu dengan tante Atifa, pasti begitu, batin Elena saat mendengar celotehan Cantika.
Setengah jam kemudian. Cantika mengajak Atifa untuk berenang disebuah kolom renang di rumah tersebut. Tentu saja, Cantika memakai sebuah pelampung. Pelampung itu secara khusus Atifa belikan untuk Cantika, karena Cantika pasti akan mengajaknya berenang saat berkunjung ke rumahnya. Atifa pun membelikan pelampung juga untuk Brian.
"Ayo, Nek, kita ke tengah kolam," ajak Cantika kepada Atifa.
"Baiklah," respon Atifa.
Sementara Elena dan Brian sedang tertidur di sofa ruang tamu. Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang membuka pintu rumah. Ternyata seseorang itu adalah Gilang, Gilang baru saja pulang dari perusahaannya.
Eh ada Elena dan Brian, mereka kok tidur di sofa ya? Kalau ada mereka, pasti ada Cantika juga. Aku ganti baju dulu ah, setelah itu cari keberadaan Cantika, batin Gilang.
Gilang pun naik ke lantai atas, karena kamarnya berada dilantai atas. Setelah mengganti pakaiannya, Gilang turun kembali dan berencana mencari keberadaan Cantika. Gilang langsung berjalan menuju ke kolam renang di rumahnya. Gilang sudah hafal, jika Cantika sedang tidak makan didalam rumah, berarti ia sedang berenang di kolam renang bersama mamanya.
"Cantika," teriak Gilang.
"Eh, Om ganteng," teriak Cantika juga.
"Nenek, kita menepi yuk, aku mau peluk Om ganteng," ajak Cantika.
"Baik." Atifa membawa Cantika untuk menepi.
Atifa dan Cantika duduk ditepi kolam. Sedangkan Gilang tak duduk, melainkan berjongkok ditepi kolam. "Cantika yang cantik, kamu apa kabar?" sapa Gilang.
"Kabar Cantika baik, Om. Terlebih lagi, nenek Atifa sudah memberikan banyak jajanan kepada Cantika, Cantika pun merasa jauh lebih baik," ucap Cantika polos.
"Kamu ini, ada-ada saja." Gilang mengelus puncak kepala Cantika.
"Sini, Om berenang juga." Cantika membasahi baju Gilang dengan air kolam.
"Eh, kamu ini, Om baru ganti lo bajunya," protes Gilang.
"Nggak apa-apa, Om, nanti ganti kalau basah. Jarang-jarang lo, Cantika nemenin Om berenang." Cantika kembali membasahi baju Gilang dengan air kolam.
Gilang yang sudah basah kuyup, langsung menggendong Cantika lalu terjun kedalam kolam renang. Mereka bermain air bersama di kolam renang itu. Atifa hanya tersenyum melihat kebersamaan Gilang dan Cantika. Hah! Anak ini, kapan dia akan menikah? Apakah dia tidak menginginkan anak yang lucu juga, seperti Cantika dan Brian? batin Atifa memikirkan nasib anaknya yang belum menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Mr. A.N
nti jg nikah Tan, ditunggu aja...🤭
2022-11-10
0
Mr. A.N
adek sendiri, kembar pula. tp yg satu mlh ngatain sodaranya anak kecil, sadar diri ngapa dek🤦🤣
2022-11-10
0
reedha
Jodohkan saja anaknya sama Elena, Tante, jadinya kan sepaket, dapet anak perempuan ditambah 2 orang cucu yang menggemaskan.
2022-09-23
10