Satu minggu kemudian. Pagi hari pukul tujuh, Elena sedang mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan sidang akhir perceraiannya. Sidang akhir perceraiannya akan dilaksanakan pada hari itu pada pukul satu siang.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang keras. Elena pun menghentikan aktivitasnya, dan berjalan menuju pintu utama di rumah itu. Ketika Elena membuka pintu, ia melihat seorang wanita paruh baya bersama seorang gadis yang waktu itu bersama dengan Rendra.
"Kamu istrinya Rendra, ya!" teriak wanita paruh baya itu.
"Sebentar lagi, dia bukan siapa-siapa saya. Silahkan masuk, Bu. Saya akan memanggil orang yang bersangkutan." Elena berbalik arah meninggalkan tamunya. Ia menghampiri kamar Rendra.
"Kamu ada tamu, keluarlah!" tegas Elena didepan kamar Rendra. Semenjak peristiwa itu, Elena dan Rendra tak lagi tinggal satu kamar.
Rendra yang mendengar suara Elena dari balik pintu, segera bangkit dari tidurnya. Saat Rendra keluar dari kamarnya, dia tak melihat keberadaan Elena disana.
Rendra berjalan menuju ruang tamu. Ia sedikit terkejut melihat gadis yang ia bawa kerumahnya saat itu, sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita paruh baya.
"Susan ...." Rendra memanggil nama gadis itu. Susan yang melihat kedatangan Rendra, tak berani berkata, ia hanya tertunduk dalam diamnya.
"Ooh ... jadi ini orangnya! Kurang ajar!" Wanita paruh baya itu memukuli Rendra dengan sebuah bantal yang terletak di atas sofa.
"Beraninya kamu melecehkan anak saya!" Wanita paruh baya itu masih memeukuli Rendra.
"Bu, kami sama-sama saling suka. Saya akan bertanggung jawab," ucap Rendra. Seketika, ibunya Susan menghentikan aksinya.
"Apa! Bertanggung jawab? Mimpi! Saya akan melaporkan kamu atas kasus pelecehan anak dibawah umur. Tunggulah polisi datang memborgolmu!" Ibunya Susan menggandeng tangan Susan, lalu pergi meninggalkan rumah Rendra.
"Arrgghh ... kenapa jadi seperti ini? Kukira, ibunya Susan akan luluh jika aku menikahi anaknya." Rendra tampak frustrasi dengan keadaan yang ia alami.
*
*
*
Pukul satu siang. Elena dan Rendra telah sampai di pengadilan agama. Sidang berjalan dengan lancar. Elena dan Rendra, kini sudah benar-benar bercerai. Tiba-tiba, terdengar suara Ana mengajukan hak asuh anak jatuh kepada dirinya.
Elena menatap tajam kearah Ana, setelah mendengar gugatan dari Ana. Elena pun membuka suaranya, menceritakan banyak hal yang terjadi dikeluarga suaminya. Setelah mempertimbangkan, hakim pun memutuskan, hak asuh anak akan diberikan kepada Elena.
Suasana sidang yang tadinya memanas, kini telah damai karena keputusan dari hakim. Sidang pun telah usai. Elena memeluk Cantika dan Brian, ia sangat bersyukur karena tak akan kehilangan kedua anaknya. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang memanggil nama Elena dengan cukup keras.
"Elena!" Suara tersebut berasal dari Ana.
Plaakk !
Ana menampar pipi kiri Elena, ia sangat marah karena Elena membicarakan keburukan Rendra dan keluarganya didepan umum. Sebenarnya, Elena juga terpaksa melakukannya demi mendapatkan hak asuh kedua anaknya. Untungnya saja, kedua anaknya berada diluar ruangan sidang, jadi mereka tak akan mendengar keburukan dari papa dan kakek-neneknya.
"Nenek jahat!" Cantika memukul kaki Ana setelah melihat Elena ditampar.
"Sayang, ayo kita pulang ke rumah nenek Clarissa." Elena tak menghiraukan Ana. Elena menggendong Cantika disisi kanan, dan menggandeng tangan Brian disisi kirinya. Elena sebenarnya bisa saja dengan mudah membalas tamparan Ana, tapi ia tidak mau jika kedua anaknya melihat hal itu. Karena bagaimana pun, Ana adalah nenek dari kedua anaknya.
Dua hari kemudian. Rendra ditangkap polisi atas laporan ibunya Susan, Rendra pun kini mendekam didalam penjara. Elena tak memperdulikan masalah Rendra. Elena lebih memilih membersamai kedua anaknya.
Elena kini tak boleh masuk lagi ke rumah Rendra, barang-barang Elena telah dikeluarkan semua oleh Ana. Ana tak mau lagi melihat wajah Elena di rumah Rendra.
Elena dibantu Galang saat memindahkan barang-barangnya dari rumah Rendra ke rumah orang tuanya. Galang adalah kakak kelas Elena sewaktu SMA. Galang sudah menganggap Elena seperti adik kandungnya sendiri. Galang sering membantu Elena saat kesusahan.
"Ooh, jadi begini ya kelakuan kamu! Belum lama bercerai, sudah berduaan dengan seorang laki-laki." hardik Ana kepada Elena.
Elena dan Gilang tak menanggapi perkataan dari Ana. Elena mengajak Gilang masuk kedalam mobilnya Gilang, setelah semua barang selesai dimasukkan kedalam mobil.
Gilang pun langsung melajukan mobilnya. Sebenarnya Gilang geram dengan perkataan Ana, dia ingin menjawab semua perkataan pedas dari Ana. Namun, Elena menjegahnya. Elena tidak mau berdebat dengan Ana.
Ana yang seperti diabaikan pun langsung naik pitam. Ia menendang sebuah pot bunga yang berada disamping ia berdiri. Seketika, isi pot bunga berhamburan kemana-mana.
"Kurang ajar kau, Elena!" teriak Ana. Setelah beberapa saat, Ana masuk kedalam rumah anaknya.
Disisi lain. Elena dan Gilang telah sampai di rumah orang tua Elena. Orang tua dan kedua anak kembar Elena menyambut kedatangan Elena dan Gilang.
"Eh, ada om Gilang ganteng. Om ... mau nggak jadi papanya Cantika dan Kak Brian. Papa Rendra jahat, aku mau ganti aja papanya." Cantika mengingat perlakuan kasar papanya kepada mamanya.
"Eh, kamu kan ada kakek Henry. Kan sama aja kayak papa," ucap Gilang sambil mengusap rambut Cantika.
"Tapi ...." Cantika tak melanjutkan perkataannya. Ia langsung berlari kedalam rumah.
"Kak Gilang, maaf ya soal perkataan Cantika tadi." Elena merasa tidak enak kepada Gilang karena perkataan Cantika.
"Nggak apa-apa, ya sudah ... kita masukin yuk barang-barangnya," ajak Gilang.
"Baik, Kak." Elena dan Gilang menurunkan barang-barang dari dalam mobil.
"Papa bantu juga ya, Nak," ujar papanya Elena, Henry.
"Boleh, Pa. Yang enteng aja ya, Pa." Elena melihat ke arah papanya sambil tersenyum.
"Oh, iya. Nak Gilang, maaf ya atas perkataan Cantika tadi." Henry mengingat perkataan sang cucu saat meminta Gilang untuk menjadi papanya.
"Tidak apa-apa, Om," ucap Gilang sambil tersenyum.
*
*
*
Setengah jam kemudian. Barang-barang telah selesai dimasukkan kedalam rumah. Kini, Elena sedang menyiapkan minum untuk Gilang dan kedua orang tuanya.
"Diminum dulu, Kak. Terima kasih ya sudah bantu aku," ucap Elena sambil tersenyum.
"Iya, aku pasti bantu selagi aku bisa," respon Gilang.
"Gimana kabarnya Lita, Kak? Udah lama aku nggak main ke rumah kakak." Elena mengingat adik dari Gilang, Lita.
"Kabar baik. Kapan-kapan mainlah ke rumah, mama katanya juga kangen sama kamu," ujar Gilang.
"Iya, Kak. Kapan-kapanlah aku main ke rumah kakak. Sekarang, ayo dimakan camilannya, Kak." Elena menyodorkan sebuah wadah berisi cookies.
"Baiklah," respon Gilang.
Satu jam kemudian. Gilang pamit kepada Elena dan kedua orang tuanya. Gilang ingin pamit kepada Cantika dan Brian, tapi ternyata, mereka sedang tidur pulas.
"Nak Gilang, terima kasih ya sudah bantu Elena pindahan," ucap Henry, papanya Elena.
"Iya, Om. Tidak perlu sungkan." Gilang tersenyum ke arah Henry.
"Iya, terima kasih ya Nak Gilang. Kapan-kapan main kesini lagi ya kalau ada waktu luang." Clarissa ikut memberikan suaranya.
"Hati-hati ya, Kak Gilang," ucap Elena.
"Iya, aku pamit ya, Elena. Saya pamit ya Om, Tante. Wassalamu'alaikum." Gilang keluar dari rumah orang tua Elena dan masuk kedalam mobilnya. Gilang pun melajukan mobilnya dan meninggalkan halaman rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Mr. A.N
sabar, hei kalian si kembar. baru aj cerai, nti klo lgsg nikah lg tamat cerita kalian🤦🤣
2022-11-05
2
Mr. A.N
melecehkan dri mana? anak ibu lho menikmati jg🤦🙄
2022-11-05
1
Mr. A.N
kok bantal? palu kek, atau pake belati aj sekalian
2022-11-05
1