Makan malam telah selesai setengah jam yang lalu. Mereka kini telah ngobrol di ruang keluarga, ditempat dimana biasanya Bu Suci, Azka dan Ruly menonton tv sambil ngobrol.
“ Joe.. “ panggil Ruly
“ Ya mas..” sahut Joe sambil menatap Ruly.
Azka mengecilkan volume tv, sebelum akhirnya memutuskan untuk mematikannya.
“ Kamu kalo sekolah, sekarang harusnya kelas berapa?”
“ Kelas satu SMP mas.”
Ruly mengangguk-angguk.
“ Kalo kamu Laras..?”
“ Sa... Saya satu SMA mas..”
“ Berarti kamu sebaya dengan Azka ya.”
Laras mengangguk.
Jam dinding berdentang delapan kali, waktu menunjukan jam delapan malam.
“ Ayo... kita ambil baju-baju kalian. Mas siapin taksi mas dulu.”
“ Kita naik taksi mas...?” tanya Joe gak percaya.
“ Iya, memangnya kenapa?”
"Kan saya sama Mbak Laras cuma beberapa baju saja. Kenapa harus nsik taksi, Mas. "
" Biar kami jalan kaki saja, Mas. " sahut Laras lirih.
" iya Mas. Deket kok. Naik taksi ongkosnya mahal, Mas."
" Kata siapa mahal? " gurau Ruly.
Azka dan Ibu hanya terkekeh melihat Ruly tengah menggoda adik - adik barunya.
" Kan hanya orang kaya yang naik taksi Mas. Iya kan Mbak Laras. "
Laras mengangguk mengiyakan. Membuat ketiga orang itu tertawa.
" Itu kalo mereka orang kaya yang naik. Kalo buat adik - adik mas. Gratis deh. "
" Lohh kok gitu ? " protes Joe masih belum mengerti.
" Kan Mas mu memang supir taksi, Joe. " jawab ibu suci.
Joe menepuk keningnya cepat sambil meringis. Membuat Azka dan Ruly tertawa.
" Ya udah buruan berangkat. Keburu malam. "
" Iya, Bu."
Jam setengah sepuluh, Azka, Ruly, Joe dan Laras datang. Mereka langsung membawa barang-barang yang hanya berupa baju-baju yang jumlahnya tidak seberapa itu di rumah petak.
" Kok lama sekali. " tanya ibu khawatir saat mereka sampai dirumahnya.
" Maaf, Bu. Tadi mereka aku suruh tunggu di cafe bentar. " jawab Ruly.
" Loh memangnya ada apa ? "
" Ditempat Laras tadi ada ibu yang mau melahirkan. Jam segini mau nyari angkot juga susah kan Bu. Jadi Ruly antarkan ibu itu ke rumah sakit dulu baru jemput mereka untuk pulang. "
" Ya Allah. Tapi ibu itu tidak apa - apa kan. "
" Ruly tidak tahu, Bu. tapi waktu sampai di RS. petugas medis langsung menangani. "
" Syukur alhamdulillah. "
" Sementara kalian taruh di kamar Mas dan Azka. Besok aku akan membongkar dinding pembatas itu biar bisa menyatu dengan rumah ini. "
" Kamu besok gak kerja, Rul? "
" Kebetulan libur Bu. Tapi besok pagi saya mau kembalikan taksi dulu. Sekarang kemalaman."
" Saya bantuin, Mas. " seru Joe.
" Loooo ya harus dong. Kan kamu pengganti Mas kalo nanti Mas berangkat ke Jakarta. Harus jagain mereka. melindungi mereka. Jadi, harus kuat. "
" Berarti kita juga libur ngamennya mbak Laras."
" Mulai detik ini juga. Mas melarang kalian untuk ngamen lagi. Mas mau kalian fokus menata masa depan kalian. "
" Kalian gak sendirian lagi. Sekarang udah jadi keluarga kami. Jadi aku harap kalian bisa untuk menjaga kehormmatan keluarga kami. Berhati - hati menempatkan posisi kalian di tengah - tengah masyarakat. Apa kalian mengerti ? "
" Iya Mas. " jawab Laras dan Joe berbarengan.
Mereka hanya menunduk takzim. Meskipun tidak ada kesan marah saat Ruly mengatakannya. Tapi di pikiran mereka ssaat ini. Sudah sangat bersyukur sudah diberikan kesempatan untuk memiliki satu keluarga.
" Sudah. Kalian istirahat dulu. Besok bantu Mas dan Ibu. Azka juga besok harus sekolah. Nanti kesiangan. "
Mereka beranjak menuju kamar masing - masing untuk istirahat. Ibu menyempatkan untuk mengunci pintu rumah mereka.
Dua hari lagi mereka baru diijinkan Bu Suci untuk menempati rumah itu. Karena rencanya Ruly akan merenovasi sedikit rumah itu. membongkar dinding pembatas antara rumah ibunya dan rumah petak. jadi tetap jadi 1 rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments