💌 HUJAN DAN KAMU 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
.
Sembari menunggu kekasihnya datang. Alessa memutuskan untuk membersihkan rumah barunya. Tak ada kata lelah, Alessa memang dikenal wanita pembersih, Ia selalu membiasakan diri untuk hidup bersih baik di dalam maupun di luar. Dan tidak cukup hanya bersih di luar saja. Tapi, batin pun harus ikut bersih.
Alessa tersenyum sambil melangkah menuju dapur untuk mengambil Carry caddy dan mendorong sebuah kotak tempat berbagai peralatan untuk pembersih. Semua fasilitas di sini benar-benar lengkap. Alessa tak perlu menyiapkan apa-apa lagi.
Alessa berdiri di tengah ruangan, Ia menarik kemeja panjang yang berdasar lembut itu dan melipatnya dengan rapi sampai siku lengan. Alessa menggulung rambutnya dengan asal. Namun tetap tidak mengurangi kecantikannya.
"Sekarang kita mulai dari mana ya?" Ia mengetuk dagunya dengan jari telunjuknya.
"Oke kita mulai membersihkan karpet." Kata Alessa dengan semangat. Ia mengeluarkan ponsel, membuka lagu dari Play musik. Tangannya bergerak cepat sambil mengikuti alunan musik.
Alessa mulai membersihkan karpet lembut yang ada di ruangan itu. Ia bahkan merubah posisi sofa dengan gesit. Ia mengelapnya dan membersihkan lemari, meja beserta peralatan lainnya yang ada di sana. Alessa melakukannya dengan semangat dan tidak ada rasa lelah. Setelahnya, Alessa lanjut melakukan pekerjaan membersihkan lantai. Ia menggunakan perangkat vacum cleaner untuk membersihkan debu yang menempel pada perabot rumah dan langit-langit ruangan.
Terakhir Alessa mengambil pengharum ruangan tipe spray. Ia segera menyemprotkan ke udara, aromanya pun menyebar dengan cepat sehingga ia bisa mencium aroma kesegaran yang membuatnya merasakan relaksasi. Alessa memejamkan matanya. Ia sangat puas dengan hasil kerjanya hari ini. Tak sia-sia ia dibesarkan oleh ibu yang pembersih juga. Dia yakin Jordan akan merasa nyaman dan betah di sini.
Alessa tersenyum bangga dan mengucapkan, "Beres....!" Ia kembali berdiri di tengah ruangan dan tersenyum sambil mengedarkan pandangannya.
"Aku lelah..." Ucap Alessa m*ndesah sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
Hingga tanpa sadar Alessa tertidur. Rasanya hari ini sangat lelah. Mungkin dengan tidur, ia bisa mengembalikan kebugaran tubuhnya.
Beberapa menit kemudian.
"Hhhmm...hhhmm...." Alessa bergumam dalam tidur. Ia mengulat lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya. Tangannya di tarik ke atas. Melewati kepala dan menyelusup di sela-sela bantal kursi yang ia kenakan, sambil dikencangkan ke atas. Alessa menyipitkan mata dan melihat ke arah jam dinding yang ada di ruangan itu.
"Astaga sudah pukul enam." Sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya menyapu seluruh ruangan mencari sosok Jordan. Tapi kekasihnya itu tak juga datang.
"Bukankah operasinya sudah selesai tiga jam yang lalu. Seharusnya Jordan sudah datang." Alessa tidak mau mengira-ngira lagi. Ia menghentakkan badannya ke atas hingga posisi duduk.
"Huffft...." Alessa membuang napasnya lagi. Ia memijat punggungnya yang terasa pegal. Memutarnya berulang-ulang agar otot-ototnya tidak tegang lagi. Alessa baru teringat belum mengabari ibunya. Ia dengan cepat mengambil handphone dari atas meja untuk melakukan panggilan pada ibunya.
Tut...tut...tut...
Panggilan tersambung, terdengar suara bahagia menyambutnya.
"Hallo, Alessa sayang,"
"Ibu, maaf. Aku terlambat mengabari ibu." Awal kata yang ia ucapkan dengan nada penyesalan. Bibirnya mengerucut ke depan.
"Tidak perlu minta maaf sayang, ibu tahu kamu sibuk mengurus rumah barumu dan mengganti semua posisi kursi dan lemari yang ada di sana."
Mendengar itu Alessa terkekeh. Ibunya tahu betul kebiasaan yang sering ia lakukan. Tidak hanya di rumah, Alessa juga kerap membersihkan ruangan kerjanya sendiri dan mengganti posisi meja yang menurutnya nyaman jika berkonsultasi dengan pasiennya.
"Bagaimana kabar ibu, apa ayah curiga?" tanya Alessa tersenyum lembut di ujung telepon.
"Aisss....baru juga tadi pagi kamu berangkat, sudah menanyakan kabar ibu. Kabar ibu pasti sehat lah sayang." Ujar Jenny tersenyum di ujung telepon.
"Ibu bukannya sering sakit kepala? jadi wajar saja aku menanyakan kabar ibu."
Jenny mengeluarkan d*sahan seperti tersenyum. "Soal pening, itu hal biasa sayang."
"Jangan makan obat terus ibu, itu bisa merusak ginjal ibu." Alessa memberi nasehat.
Jenny tertawa kecil. "Siap ibu dokter, perintah dilaksanakan."
"Hahahaha." Alessa tertawa renyah. "Dimana ayah, bu?"
"Ayahmu masih di rumah sakit, ada masalah sedikit."
Dahi Alessa mengernyit. "Masalah apa bu?
"Ada pasien melapor, mereka mengatakan pelayanan pihak rumah sakit kurang memuaskan."
"Heuh? itu hanyalah masalah kecil. Kenapa masalah itu sampai ke ayah?"
"Ibu juga tidak tahu, nanti kita bisa tanyakan langsung kepada ayahmu. Semoga masalah ini cepat selesai."
"Hmm. Aku juga berharap seperti itu bu. Ini menyangkut nama baik rumah sakit."
"Oh, ya. Bagaimana kabar Jordan?"
"Jordan baik ibu. Tapi akhir-akhir ini ia sibuk dengan jadwal operasi."
"Ibu bisa mengerti itu. Beritahu kepada Jordan, agar tetap menjaga kesehatan juga. Kesehatan itu penting dan jangan terlalu lelah bekerja. Kau juga harus merawat dirimu dan istirahat yang cukup." Jenny memberi nasehat.
Alessa lagi-lagi tersenyum saat mendengar itu. "Iya, bu, nanti Alessa akan sampaikan kepada Jordan."
"Bagus, sampaikan salam kepada calon menantu ibu yang tampan. Jika ada waktu, ajaklah Jordan ke rumah. Ibu akan membuatkan makanan kesukaannya."
"Iya. Bu. Jika ada waktu, kami pasti berkunjung." Alessa tersenyum manis di sana.
"Baiklah. Kamu sudah makan?"
"Belum bu. Aku sepertinya harus ke supermarket untuk menyiapkan bahan makanan. Besok aku sudah harus masuk bekerja."
"Baiklah. Jaga diri baik-baik, ya."
Hati Alessa kembali menghangat saat mendengar suara ibunya. "Baik bu. Sampaikan salam buat ayah juga."
"Iya, sayang. Bye..."
"Bye."
TIT.
Telepon terputus.
Alessa kembali menarik napas dalam-dalam. Sepertinya ia harus mandi, baru pergi ke supermarket. Tak ingin berlama-lama, Alessa pun langsung menuju kamar mandi. Ia memilih untuk berendam di dalam bathtub dengan busa-busa yang memenuhi tubuhnya sembari menenangkan dirinya di dalam sana.
Tak lama setelahnya, ia membasuh lelah tubuhnya dengan air hangat. Bulir-bulir air shower mengguyur kepala Alessa, hingga mengalir deras ke kaki. Ia sengaja membesarkan volume air yang keluar. Hingga perlu membuka mulut agar dapat menarik oksigen untuk bernapas. Alessa mengusap sabun ke wajah dan seluruh tubuhnya sambil memejamkan mata. Tak ingin berlama-lama. Ia pun membersihkan tubuhnya dengan air hangat. Tubuhnya jauh lebih segar.
⭐⭐⭐⭐
"Hujan?" Alessa berlari menuju kaca dan melihat hujan turun membasahi bumi. Tiba-tiba ia teringat Jordan yang belum datang juga.
Alessa menarik napasnya sambil melihat jam yang ada di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Astaga, waktu tidak terasa. Kenapa dia belum datang ya?"
Dengan pandangan sayu. Alessa mengambil ponselnya dari atas meja. Ia mematikan musik yang terus bernyanyi dari Handphonenya. Alessa mengambil ponsel untuk menghubungi pria kesayangannya itu.
Masuk tapi tidak di angkat. Alessa mengernyit, ia kembali menghubungi.
Tut...tut..tut.. tersambung namun tiba-tiba TIT. Jordan mematikan panggilannya.
"Dimatikan?" Wajah Alessa mengerut tanda tanya. Gak biasanya Jordan mematikan panggilannya. Ia membuang napasnya dengan kasar. Ia masih tidak percaya dan kembali menatap ponselnya. Dengan tarikan napas yang panjang. Alessa kembali menghubungi Jordan.
"NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DI LUAR JANGKAUAN. COBALAH BEBERAPA SAAT LAGI."
Ia menarik napasnya, "Apakah Jordan masih melakukan operasi?"
Alessa tetap memilih berpikir positif. Mungkin saja Jordan masih di ruang operasi.
Alessa akhirnya melakukan panggilan kepada Yolanda. Perawat kepercayaan Jordan yang sudah lama bekerja dengannya. Panggilan tersambung, terdengar suara Yolanda yang heboh dari seberang.
"Halo, dokter cantik? ada apa?"
"Apa dokter Jordan masih melakukan operasi? Aku menghubunginya, tapi tidak di angkat." Kata Alessa sambil mengigit jari telunjuknya.
"Maaf dok. Dokter Jordan saat ini dalam perjalanan ke kota A."
"Perjalanan?"
"Ya dok. Beliau ada seminar tiga hari bersama dokter ahli bedah di sana. Tadi Dokter Jordan langsung pergi bersama dokter Monika, saat operasi sudah selesai."
DEG?
Jantung Alessa langsung terpukul kencang. Ia menelan salivanya dengan sangat susah seperti ada duri besar mengganjal di tenggorokannya.
"Jordan pergi dan tidak mengabariku dan dia pergi bersama Monika?" Entah mengapa, tiba-tiba rasa cemburu menguasainya. "Kenapa monika ada di sini?"
"Dokter Lesa, apa anda masih di sana?"
Alessa tersadar, "Saya masih di sini." ucapnya dengan napas ikut tertahan di dada.
"Maaf dok. Tadi dokter Jordan sudah menyampaikan kepada saya agar langsung mengabari anda. Tapi saya lupa dok. Maafkan saya." Ujar Yolanda dengan rasa bersalah.
"Baiklah, terima kasih atas informasinya." Kata Alessa dengan suara bergetar.
TIT!
Alessa langsung mematikan ponselnya dengan sepihak. Ia tidak ingin Yolanda mendengar suaranya yang bergetar karena menahan tangisannya. Alessa mengenal betul siapa Yolanda. Ia perawat kepercayaan Jordan, yang bahkan dibawanya saat Jordan pindah ke sini. Jadi Yolanda tahu betul hubungan mereka.
Alessa menarik cepat napasnya. Perasaannya campur aduk. Apakah dia harus sedih atau bagaimana. Tapi saat ini, Alessa benar-benar kecewa.
"Kenapa Jordan mematikan panggilannya?"
"Seharusnya Jordan bisa menghubunginya dan mengatakan jika ia tidak bisa datang."
.
.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel kedelapan aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Cheryl Emery
lanjut
2022-10-16
0
joeluphkanda
saya tidak setuju Thor jordan sama Monica,tidak suka thor
2022-09-26
0
lanjut ya
2022-09-10
0