Part 4

Capella menatap kecewa ke arah Mahen yang hanya bisa ia temui beberapa menit karena pria itu sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di penjara.

Air mata Capella tak bisa berhenti keluar dari tadi saat melihat sang kekasih setelah sekian lama. Begitupula dengan Mahen yang tak bisa mengelak dari kenyataan.

Pada akhirnya Capella akan tahu dengan perbuatan bejat yang ia lakukan.

"Maafkan aku sudah mengecewakan mu," lirih Mahen seraya tersenyum simpul ia tak bisa lagi berdalih di depan Capella.

Senyuman yang diukir oleh Mahen justru bak seringaian jahat di wajah laki-laki tersebut di penglihatan Capella. Bisa-bisanya pria itu tersenyum setalah apa yang ia lakukan kepada seorang anak yang masih di bawah umur dan tak berdosa.

"Aku tidak akan pernah memaafkan mu. Kau tidak tahu rasanya menjadi posisi seorang korban. Apa yang harus aku maafkan jika semuanya sudah terlanjur terjadi dan tidak dapat dibaiki. Aku sudah kecewa sangat dalam kepadamu. Maafkan aku tak bisa kembali lagi seperti dulu. Aku akan membuat mu mengerti betapa sakitnya menjadi seorang korban. Maafkan aku, aku akan pergi dan tidak akan pernah muncul di depan mu lagj." Dengan berat Capella mengatakan.

Mahen mengepalkan tangannya dengan erat. Ia tak bisa membendung air mata yang terus keluar dari netra indahnya. Penyesalan yang sangat dalam bagi Mahen karena keteledoran dirinya yang tak bisa mengontrol diri saat mabuk hingga ia pun melakukan hal keji yang tak bisa termaafkan oleh siapapun.

Karma bagi dirinya orang yang sangat ia cintai pergi dan Mahen tak bisa menahannya karena dari awal memang ia yang salah.

"Aku memaafkan mu."

"Kedatangan ku di sini hanya untuk mengucapkan selamat tinggal."

Kemudian Capella beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Mahen yang terdiam di tempat sembari menangisi kejahatan yang ia perbuat.

Hati Capella sesungguhnya sangat sakit. Ia pun mencengkram dadanya yang berdetak sangat sakit.

"Aku mungkin sudah jahat kepadamu, tapi aku juga tidak bisa memberikan mu balasan baik atas perbuatan mu. Maafkan aku yang tidak biasa setia."

Capella pun benar-benar keluar dari tempat penahanan tersebut. Air mata tak hentinya mengalir bak aliran sungai yang mengalir deras.

Tangis dan rasa sakit yang membuatnya harus menderita berakhir begitu saja saat Capella terus berjalan namun langkahnya terhenti dan hanya gelap yang menguasai dirinya.

__________

"Capella," lirih Megan dan menjauhkan kain di atas kepala Capella.

Capella membuka matanya dan melihat Megan yang tengah merawatnya dengan baik. Capella terkejut dan bangun namun ditahan oleh Megan.

Megan menggelengkan kepala membuat Capella menghela napas panjang.

"Aku tahu kau ingin bangkit, tapi kondisi mu sekarang tidak baik. Tinggallah di sini dulu, jangan bekerja. Tubuh mu masih lemah," ujar Megan dan mengusap kepala Capella.

Capella menatap langit-langit dengan kosong. Pertemuannya dengan Mahen tadi membuat Capella terus merasa sesak di dadanya. Rasanya sangat tidak rela mengetahui kebenaran itu.

"Aku mencintainya tapi aku juga membencinya, hiks."

"Ella, berhentilah menangis. Aku tahu kau pasti sangat sedih, tapi kau tidak bisa terus begini. Kau harus tahu jika kau sangat berharga dan tak bisa menangisi karena dirinya saja. Aku juga kecewa sama seperti mu," ucap Megan dengan nada bergetar.

Capella melirik Megan yang masih sama sangat peduli padanya. Padahal setelah ini tidak ada lagi hubungan antara mereka.

"Tante, kau begitu peduli pada ku."

"Jangan panggil aku Tante. Aku sudah kehilangan anak ku, panggil aku Bunda sama seperti Mahen dan Januar menyebut ku. Aku ingin kau terus menjadi anak ku."

Capella menggelengkan kepala. Semenjak Mahen melakukan itu hubungan dirinya dan keluarga Mahen tidak ada lagi. Ibunya pun sudah tidak ada jadi tidak ada alasan untuk Capella terus menjadi bagian keluarga Megan.

"Kau tahu aku sangat menyayangi mu. Aku tidak bisa membiarkan kau berada di luar sana dan aku di sini tidak melakukan apapun. Aku sangat mencintaimu Capella. Jika aku tidak bisa membuat mu menjadi anak angkat ku, setidaknya kau tetaplah menjadi menantu ku."

Sontak Capella menatap bingung Megan.

"Apa maksudnya?"

"Menikahlah dengan Januar. Jika dengan Mahen kau tak bisa maka ada Januar. Aku ingin kau tetap bertahan menjadi menantu ku, jadi aku tak bisa membiarkan mu pergi. Aku akan membicarakannya dengan Mahen. Lagipula pelaksanaan pernikahan mu dengan Mahen sudah hampir 100% tak mungkin membatalkannya begitu saja."

Capella tak bisa berkata-kata. Apa yang dikatakan oleh Megan benar. Ia tak mungkin terus larut dalam masalah ini sementara pernikahan juga tidak boleh batal dengan sia-sia. Lagipula yang paling dirugikan di sini adalah keluarga Mahen.

"Tapi...."

"Aku akan membicarakannya dengan Januar. Januar pasti akan memenuhi keinginan ku."

Capella tidak ingin pernikahan ini batal namun ia tak mungkin menjatuhkan diri dengan Januar yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Terlebih Januar tidak pernah menyukainya. Tangan Capella bertaut cemas.

"Aku tidak bisa."

"Ella, aku ingin egois kali ini."

Capella kehabisan kata-kata dan tak mampu untuk melawan Megan. Ia terdiam dengan perasaan campur aduk dan tak tenang. Capella tak bisa menikah dengan Januar. Tidak ada dalam kamus hidupnya menikah dengan orang yang jauh di bawahnya. Apalagi Januar masih labil.

"Tapi... Tante, aku lebih menyukai aku menjadi anak angkat mu."

"Aku tahu, tapi aku juga ingin kau bersama Januar."

_________

Tbc

Jangan lupa untuk like dan komen setelah membaca. Terimakasih

Terpopuler

Comments

Risa Risa

Risa Risa

tragis banget

2023-12-01

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tiada alasan lain lagi bagi Capella mengelak

2023-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!