Semenjak kejadian di rumah Mahen membuat Capella lebih sering terlihat murung di dalam kamar. Ia seakan belum percaya dengan apa yang dilakukan oleh Januar kepadanya. Capella bisa saja melaporkan Januar namun wanita itu harus mengambil tindakan memaafkan.
Ia tak ingin Januar makin membencinya. Selain itu Capella tahu betul jika calon ibu mertuanya sangat menyayangi Januar, jika ia akan melaporkan Januar maka Megan pasti akan sangat sedih.
Megan bak orang tua kandung Capella. Ia hanya hidup tanpa keluarga dan karena Megan adalah sahabat ibunya ia pun dijodohkan dengan Capella saat ia masih kecil dengan Mahen.
Namun ternyata cinta pun tumbuh di antara keduanya. Capella baru menyadari itu saat Mahen memutuskan untuk menyatakan perasaan padanya.
Capella menarik napas panjang seraya menyentuh keningnya. Ia tak bisa tidur semalaman. Capella terus menyentuh bibirnya yang sudah disentuh oleh Januar.
"Bagaimana ini? Apakah Mahen akan membenci ku?" tanya Capella khawatir.
Ia pun menarik selimut ke atas kepalanya dan menutup dirinya di dalam selimut. Adegan di mana Januar menciumnya terus terbayang di kepala Capella.
Capella tak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia pun trauma. Namun ia menyembunyikan itu dan menganggap dirinya baik-baik saja agar mereka tidak mengkhawatirkan dirinya.
"Mahen maafkan aku tidak bisa menjaga diri untuk mu," sesal Capella sembari menitikkan air mata.
Ia larut dalam kesedihan dan juga rasa tak tenang. Hingga suara dering ponsel yang bergetar di sampingnya membuat Capella mendapatkan kesadarannya.
Wanita itu menyibak selimut dan kemudian meraih ponsel di sampingnya. Capella menghela napas panjang saat tahu dari siapa telepon tersebut.
Dengan malas ia pun mengangkat telepon orang tersebut. Kemudian Capella mendekatkan ponsel itu ke telinganya. Hingga suara di seberang sana membuat Capella yang bermalas-malasan semakin malas untuk melakukan pekerjaannya.
"Baiklah, nanti aku langsung ke sana."
Capella memastikan ponsel tersebut dan melemparkannya asal. Ia menyentuh kepalanya seraya memijatnya.
"Sangat melelahkan, kenapa juga harus sepadat ini. Aku lelah Tuhan!! Sehari saja aku tidak bekerja sepertinya nyaman," keluh Capella sembari memanyunkan wajahnya.
Ia pun turun dari ranjang dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Seorang jurnalis haruslah siap siaga dan akan memenuhi setiap panggilan kapan saja. Tidak peduli itu mau jam berapa.
Seperti saat ini, Capella harus bekerja di saat hari baru saja menunjukkan pukul 1 pagi. Ia masih mengantuk apalagi tadi Capella telah menangis hal itu makin membuat matanya susah terbuka.
Capella pun keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian yah sudah siap untuk bekerja. Kemudian wanita itu menyiapkan segala kebutuhannya untuk mencari informasi dan meliput kejadian kecelakaan maut balapan liar di jalan raya.
Capella mendesah kecil. Kenapa anak-anak zaman sekarang sangat menyukai balapan liar yang sangat berbahaya. Hal itu malah membuatnya semakin banyak pekerjaan.
Tapi jika tidak begitu Capella pun tidak akan bisa mendapatkan uang.
"Beginilah ingin cari uang. Harus merelakan segala hal. Huh melelahkan," ucap Capella dan kemudian ia pun keluar dari kamarnya dan menuju pintu utama.
__________
Capella menatap jalan raya yang dipenuhi dengan warga yang berkerumun karena penasaran dengan kejadian yang memakan banyak korban.
Capella sudah mengumpulkan informasi dan juga meliput kejadian itu. Capella menatap ke arah para korban yang selamat.
Capella pun mendekati kerumunan tersebut dan berusaha mencari informasi. Namun ia sangat terkejut saat tahu bahwa salah satu korbannya adalah Januar.
Tanpa pikir panjang Capella langsung berusaha untuk menemui Januar dan ia pun berhasil dekat dengan Januar.
"Januari," ucap Capella yang membuat Januar yang berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya pun berhenti berjalan. Ia berbalik dan menatap Capella dengan dingin.
Capella terdiam sembari memperhatikan seluruh tubuh Januar yang penuh dengan luka. Wanita itu mendekati Januar namun Januar menghindari dirinya.
Capella tak bisa tinggal diam melihat Januar yang terluka parah seperti itu. Capella menundukkan kepalanya saat tahu jika Januar tak ingin disentuh dirinya.
"Kamu tidak apa-apa?"
Januari memutar bola matanya malas. Kenapa Capella bertanya seperti itu sementara ia dapat melihat sendiri bahwa saat ini Januar terluka parah dan alasan apa yang membuat Januar harus menjawab pertanyaan tidak bermutu itu.
"Buta mata lo?" tanya Januar yang langsung menohok di jati Capella.
Capella terdiam dan menyadari kesalahannya. Ia pun menatap Januar dengan senyuman di wajahnya.
"Aku akan menelpon Mahen," namun belum sempat hal itu ia lakukan Januar langsung merampas ponselnya dan mematikan sambungan telepon dengan Mahen.
Ia pun melemparkan hp Capella begitu saja di jalan aspal. Capella rasanya tersedak dengan air liurnya sendiri saat melihat bagaimana bentuk ponselnya dan dengan entengnya pula Januar menghancurkannya.
"Januari," cicit Capella dan mengambil handphonenya yang dilemparkan oleh Januar.
Januar tersenyum miring melihat Capella. Capella tersenyum pedih melihat handphonenya.
"Puas lo?"
"Kenapa kamu lakuin ini?"
"Lo mau gue dimarahin sama dia dan semua akses gue diblokir? Awal lo buka mulut dengan kejadian ini!" ancam Januar dan pergi begitu saja.
Capella meski sudah dizolimi oleh Januar tapi ia masih memiliki hati. Januar sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Dan kakak mana yang bisa tahan melihat seorang adik dalam keadaan susah.
Capella pun tak peduli lagi dengan amarah Januar. Ia pun menahan tangan Januar yang membuat marah di wajah Januar.
"Kamu terluka. Aku akan mengobati mu," ucap Capella dan mengeluarkan obat merah yang kebetulan selalu dibawanya.
Capella pun menyuruh Januar duduk terlebih dahulu. Akan tetapi Januar tidak akan menurut begitu saja.
Pria itu protes namun Capella tak peduli dengan protesan pria itu. Ia hanya mendengarkan kemarahan Januar yang membabi buta.
"Apa-apaan lo? Apa yang lo lakuin?" tanya Januar dan menjauhkan tangan Capella.
Capella menahan tangan Januar dan kemudian ia pun mengoleskan obat merah itu secara paksa ke tubuh Januar.
Januar histeris bukan main. Ia pun menggeram marah sembari mencekal tangan Capella.
"Berani-beraninya lo nyentuh gue!!"
"Tapi, jika tidak begitu luka mu akan semakin parah."
Capella tak memperdulikan dengan bajunya lagi. Ia pun merobek sisi bajunya dan membalutkannya ke tubuh Januar.
Januar yang semula bak orang kesurupan langsung jinak dengan perhatian yang dicurahkan oleh Capella.
"Sudah selesai." Capella pun mengangkat wajahnya namun secara tak sengaja ia pun menangkap basah Januar sedang memperhatikannya.
Capella terdiam dan begitu pula dengan Januar yang langsung mengalihkan wajahnya dan kemudian merubah raut dirinya menjadi seorang pria yang kaku.
"Minggir lo!" sentak Januar dan kemudian mendorong Capella.
Capella terdiam di tempat dan meneteskan air mata. Bahkan hati calon adik iparnya pun tak berhasil ia rebut. Capella takut jika mereka tak bisa menerima kehadiran Capella.
Capella menatap punggung tegap Januar. sangat mirip dengan Mahen. Hanya bedanya Mahen lebih bersikap dewasa dan sangat peduli dengan dirinya.
Berbeda dengan Januar yang hidupnya penuh dengan kebebasan dan tidak suka dikekang. Ia bahkan bisa terbilang jarang berada di dalam rumah.
"Maafkan aku belum bisa menjadi adik yang baik untuk mu."
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMAKASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sudah ditolong bukan bilang makasih tapi sikap dan mulut yang kasar berbicara..
2023-08-01
0
Anita Kumala Sari
eh gw santet lo anak kecil...
2023-02-22
0
ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍
ciiee... paling Januar ad rasa Thu sama Capella dari dulu... dari waktu masih kecil... cuma gak di ungkapin karena ortunya udah terlanjur menjodohkan Dy dengan sang kakak...
2022-09-28
6