Tuan Andreas

Langkah kaki Gadis makin lama makin tak beraturan. Tubuhnya seperti terhuyung seakan tak mampu menahan berat badannya. Hingga tubuhnya tersungkur ke tanah. Pandangannya mulai meredup. Tapi dia masih sempat melihat dua kaki melangkah mendekat dan gelap. Gadis menutup matanya seolah terbaring nyaman di tempat yang empuk.

Bulu-bulu mata lentik bergoyang-goyang mengikuti kedipan mata seseorang yang tengah terbaring di atas tempat tidur berukuran king size. Hingga matanya terbuka sempurna, kepalanya menatap sekeliling seolah mencari dimana dia sedang berada.

Gadis sontak terduduk saat kesadarannya mulai sempurna. Tangannya memijit pelipis, rasa pusing langsung menyerang saat tubuhnya bangkit setelah berbaring.

'' Gue di mana?'' Suara lirih Gadis membuat seorang yang tengah duduk di sofa di sudut kamar bangkit dan berjalan mendekat.

'' Anda sudah siuman Nona?'' Suara bariton itu membuat Gadis terlonjak kaget.

'' Si---siapa anda?''

'' Saya dan Tuan saya yang membawa Nona ke sini.'' Tangan kekar pria itu meraih ponsel dari kantong celananya. Setelah menghubungi seseorang, dia kembali ke posisinya semula.

'' Nona pingsan di jalan, karena tidak ada alamat dan nomor yang bisa kami hubungi. Maka Nona kami bawa kemari.'' Gadis beringsut takut, wajah pucatnya semakin memutih. Sadar akan ketakutan Gadis, pria itu kembali bersuara.

'' Kami bukan orang jahat.''

' Mana Gue tau Lo bener baek, bisa aja itu siasat Lo.' Gerutu Gadis dalam hati.

Suara pintu terbuka membuat gadis mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Terlihat seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu dan berjalan mendekat dengan langkah penuh wibawa.

'' Selamat malam Nona. Apa anda sudah baikan?'' Suara lembut pria paruh baya itu sedikit menghilangkan rasa takut Gadis. Wajah pria yang kira-kira berumur 50 tahun itu terlihat teduh. Meski banyak keriput dikulit wajahnya, tak mengurangi ketampanan pria berumur itu.

'' Jangan takut, kami tidak akan melukaimu.''

'' Saya Andreas, panggil saja Tuan An.'' Tambah Tuan An lagi.

''Maaf Tuan An, saya mau pulang.'' Sahut Gadis dengan suara lirih.

'' Baiklah, Joe akan antarkan Nona--?''

'' Gadis Tuan, nama saya Gadis.'' Jawab Gadis.

'' Joe, antarkan Nona Gadis pulang kerumahnya.'' Joe menganggukan kepalanya.

'' Jika ada masalah, jangan sungkan untuk menghubungi saya.'' Tuan An menyodorkan kartu namanya. Gadis terlihat ragu, tapi takut tidak sopan akhirnya Gadis meraih kartu kecil itu.

'' Terimakasih Tuan An, saya tidak akan melupakan kebaikan Tuan.'' Ucap Gadis sopan.

Joe menggiring Gadis melewati sebuah ruangan yang sangat mewah. Jelas bukan sebuah rumah, karena Gadis melihat dari kaca jendela atap-atap gedung menjulang tinggi. Lampu-lampu hidup seperti bintang bertaburan di langit.

Benar dugaan Gadis, dia sedang berada diatas sebuah gedung. Meski dia dari kelas bawah, dia tau betul kalau inilah yang disebut dengan apartement.

Inilah kali pertema Gadis menggunakan lift. Maklum saja, tidak sekalipun dia pergi ke mall apalagi hotel. Hidup Gadis sepenuhnya dia habiskan dijalanan.

Gadis bekerja dari pagi hingga malam di lampu merah. Sejak Ayah dan Ibunya meninggal tepatnya saat Gadis masih duduk di kelas 2 SMP, Gadis sudah bekerja mengamen dan berjualan tisu di lampu merah. Dia terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan saja, dia harus menampung dari sedekah para tetangga yang menaruh iba pada gadis yatim piatu itu.

Ayahnya meninggal terhimpit kayu saat bertukang disebuah rumah warga. Sedangkan Ibunya meninggal karena sakit yang memang sudah lama menggerogoti tubuh Ibunya. Karena masih kecil, dia tidak tahu Ibunya menderita sakit apa.

Saat ini Gadis tengah berada dalam sebuah mobil yang sangat mewah. Mobil yang akan mengantarkannya kembali ke rumah sakit. Tempat dimana dua adiknya sedang menunggu kedatangannya yang sudah lama belum kembali.

Mobil melaju kencang memecah keramaian kota Metropolitan yang tidak pernah tidur. Gemerlap lampu menghiasi jalanan kota yang membuat Gadis terpana. Seakan takjub dengan indahnya malam di kota ini yang tak pernah dia nikmati selama ini.

Gadis tidak punya kendaraan, jadi tidak pernah pergi jauh dari tempatnya apalagi keliling kota seperti ini. Tepat saat Gadis keluar dari mobil, datang Rama dengan nafas yang terengah-engah.

'' Kak, Kak. Ian Kak?'' Wajah Rama terlihat sangat panik. Keringat membajiri wajahnya.

'' Ian kenapa Rama? Ian sudah sadar?''

'' Bukan Kak, Ian kembali kritis. Kata Dokter harus segera dioperasi.''

Deg

Jantung Gadis berdebar kencang, dadanya terasa sesak. Air mata mengalir deras. Dipijitnya kening yang terasa kembali nyeri. Gadis terlihat berpikir keras, mencari jalan untuk menyelamatkan Ian.

Tiba-tiba tatapan Gadis berhenti ke arah Joe yang masih setia berdiri karena tidak bisa menutup pintu mobil. Bagaimana tidak, Gadis masih berdiri tepat di samping pintu mobil.

'' Tuan Joe, mohon tunggu sebentar. Aku akan kembali.'' Joe yang tak paham hanya mengangguk tak mengerti.

'' Jangan kemana-mana Tuan Joe, tunggu aku sampai kembali.'' Seru Gadis sambil terus berjalan cepat masuk ke dalam rumah sakit.

Setelah memastikan kepada Dokter bahwa Ian langsung dioperasi dan meyakinkan Dokter dia akan langsung membayar biayanya, Gadis kembali menuju tempat Joe memarkirkan mobilnya.

Saat sampai di luar, Gadis bingung karena sosok yang dicarinya tidak ditempat semula.

'' Aduuh gimana nih, Tuan Joe sudah pergi.'' Suara pelan Gadis berlahan berubah menjadi tangis. Gadis terjongkok menyembunyikan kepalanya di dua lututnya sambil menangis tersedu-sedu.

'' Nona Gadis.''

Suara itu, suara yang sangat diingat jelas oleh Gadis karena baru saja dia bertemu orang ya. Dengan cepat Gadis mengangkat kepalanya.

'' Aaa Tuan Joe.'' Gadis langsung bangkit dan berhambur memeluk Joe yang kaget dengan reaksi mendadak Gadis.

'' Saya pikir Tuan sudah pergi hiks hiks hiks.'' Gadis kembali menangis. Entah mengapa ada rasa tenang saat dia memeluk Joe.

Joe yang biasa dingin dan kaku hanya bisa diam tanpa membalas pelukan Gadis. Ada rasa kasihan di hati Joe, apalagi dia sedikit tau tentang masalah yang tengah dihadapi Gadis saat ini.

'' Ada Nona? Mengapa menyuruh saya menunggu?'' Gadis sontak menatap pria 45 tahun itu.

'' Tolong antarkan saya bertemu Tuan Andreas.''

Joe menatap manik mata Gadis, tersirat rasa lutus asa yang dalam di sana. Setelah mengangguk, Joe kembali ke mobilnya dan pergi ke kediaman Tuan Andreas.

Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan, di mana mata Gadis membulat tanpa berkedip saat melihat sebuah rumah berlantai tiga yang bak istana di negeri dongeng. Ornamen-ornamennya terlihat begitu mewah dan berkualitas tinggi. Cat putih di seluruh dindingnya menambah kesan elegan pada bangunan itu.

Lampu-lampu biru dan kuning pada setiap sudut menambah kesan indah bangunannya. Hamparan rumput hijau nan luas membentang luas dengan satu jalan lurus yang membelah hamparan hijau itu. Bunga-bunga begitu indah terawat menambah kesan asrinya rumah besar itu.

' Berapa orang yang tinggal di sini? Rumah apa gedung DPR? Gede bener.' Gumam Gadis dalam hati.

''Mari Nona, Tuan An sudah menunggu.'' Suara bariton Joe membuyarkan lamunan Gadis.

'' A a iya Tuan.'' Jawab Gadis kikuk.

Joe membawa Gadis menaiki sebuah tangga yang besar dan berkelok seperti ular. Tidak sampai disitu, mereka juga melewati sebuah ruangan luas kudian melewati sebuah lorong panjang dan sampai pada sebuah pintu besar dengan dua daun pintu. Joe membuka pintu dan masuk bersama Gadis yang mengikutinya seperti anak ayam yang takut ditinggal induknya.

'' Selamat malam Nona Gadis.'' Sapa Tuan An yang masih duduk dikursi kebesarannya. Joe mendekat dan berdiri tepat disamping Tuannya.

'' Ma--malam Tuan.'' Jawab Gadis gugup.

Setelah dipersilahkan Gadis duduk, Tuan mulai bertanya maksud dan tujuan Gadis.

Tekatnya sudah bulat, apapun akan dialakukan untuk mendapatkan uang operasi Ian. Selagi itu tidak melenceng dan tidak menyalahi hukum, maka dia siap melakukan apapun untuk mendapatkan uang itu.

'' Be--begini Tu--Tuan.'

'' Tidak usah takut, kami tidak akan menyakitimu.'' Sela Tuan An saat melihat kegugupan Gadis.

'' Saya mau pinjam uang.''

Tuan An terlihat biasa tanpa kaget, karena memang waktu dijalan Joe sudah menceritakan semuanya. Dia mengangkat sedikit sudut bibirnya, menatap wajah cantik Gadis yang sedari tadi tertunduk dihadapannya.

'' Berapa yang kamu butuhkan.'' Dengan sigap Gadis memberi kwitansi pembayaran operasi Ian pada Tuan An. Setelah melihatnya, Tuan An memberikan kertas itu pada Joe.

'' Baiklah, malam ini juga Joe akan melunasi semuanya.''

Mendengar itu Gadis langsung bangkit membungkukan badannya dan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya pada Tuan An. Air

mata haru mengalir deras dari pelupuk matanya.

'' Dengan syarat---.''

'' Apapun Tuan apapun syaratnya akan saya penuhi.''

Terpopuler

Comments

Fitri Azura

Fitri Azura

haihai sobat othor, biasakan like koment hadiah dan vote ya sebelum lanjut. Makacih, lopyu 😘🙏🥰

2022-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!