Terkejut Anyelir mendengar nama wanita tersebut. Ia sudah sangat tahu siapa yang mencarinya kali ini.
Wanita dengan nama belakang yang sama dengan milik suaminya, Dylan Bagaskara. Tidak lain dan tidak bukan, wanita tersebut adalah ibu mertua yang tak sempat saling kenal dengan Anye.
"Anye, kau baik-baik saja?" ujar Dokter Ryan yang melihat si dokter muda malah melamun di hadapannya.
"Ah, iya. Maaf, Dok. Saya baik-baik saja." Anyelir agak gugup menimpalinya.
"Kalau begitu, temui Nyonya Lastri di paviliun untuk tamu."
Anyelir mengangguk, ia juga berpamitan pada Lina karena akan meninggalkan sahabatnya sejenak.
"Oke, hati-hati, Anye," ujar Lina pada kawannya.
Anyelir pun berlari keluar dari IGD. Ia pun berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan berniat untuk menuju paviliun khusus tamu yang dimaksud.
Paviliun itu merupakan ruang yang cukup mewah untuk pihak rumah sakit saat menerima tamu istimewa. Seperti Nyonya Lastri ini, dia dianggap istimewa karena selain sebagai wali pasien lama, beliau juga merupakan salah seorang donatur dan pemilik saham yayasan rumah sakit ini.
Letak paviliun tersebut berada di gedung terpisah dengan gedung yang berisi kamar rawat dan IGD. Untuk itu, Anyelir harus lewat pintu samping rumah sakit.
Ia harus menyipitkan mata karena perubahan intensitas cahaya. Wanita dengan satu anak itu segera berlari kecil untuk mencapai gedung sebelahnya.
Tanpa melepas snelly, ia menemui ibu dari sang mantan suami.
Grep!
"Aw!" Seketika Anyelir menjerit.
Tangannya ditarik oleh seseorang dengan tenaga yang cukup besar. Ia pun masuk ke ruang loker perawat laki-laki karena seseorang yang menariknya.
"Heh! Kamu dengar saya?" Pria itu tiba-tiba memegangi dagu dan rahang wanita di depannya.
"P ... Pak Dylan?"
Anyelir pun spontan memundurkan tubuh dan merapat ke dinding.
"Ibuku sedang mencarimu. Bisakah kau berjanji satu hal padaku?" Dylan menatap Anyelir dengan tajam.
Wanita terdiam tak bersuara. Ia masih merasa ketakutan pada pria di depannya ini, karena pertemuan mereka kemarin. Dylan hampir melecehkan dirinya.
"Bisa?" paksa Dylan dengan nada yang menekan.
Anyelir terpaksa mengangguk karena takut, meski anggukkannya itu agak sulit karena pria tersebut menggenggam dagunya.
"Memang aku harus apa?" tanyanya sambil menunduk takut.
"Jika dia menawarkan pernikahan di antara kita. Tolak!" ucapnya dengan tegas.
Anyelir mengangguk. "Baik, akan saya tolak." Dia juga menjawab tanpa ragu. Sebenarnya, tanpa diminta, Anyelir sendiri akan menolaknya.
"Untuk obat bagi Rio ...." Ucapan Dylan menggantung.
Kali ini Anyelir memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya.
"Aku akan melakukan apa pun untuk kesembuhan anakku, percayalah. Tapi jika pernikahan ... aku akan menolaknya," potong Anyelir sambil menatap mata Dylan.
Cklek.
Pintu ruangan terbuka. Dylan melepas cengkeramannya di pipi Anyelir.
Seseorang masuk menatap pada mereka berdua.
Dengan kebingungan, Anyelir pun bergegas keluar. "Maaf saya masih baru di sini, saya salah masuk ruangan," ujarnya pada para perawat laki-laki itu.
Dylan pun mengekor pada Anyelir dan mereka datang bersama ke dalam paviliun untuk menemui Nyonya Lastri.
Selama berjalan mereka diam tak saling bertanya.
Dylan sendiri memberi jarak agar langkahnya tak terlalu dekat dengan wanita yang berjalan di depannya.
Anyelir berhenti di sebuah ruangan, Dylan juga menghentikan langkah. Posisi mereka kini berjarak sekitar sepuluh meter.
Pria itu melihat Anyelir sudah masuk terlebih dahulu. Barulah ia pun melangkah.
Dalam hati wanita itu menggumam, apa dia dipanggil karena masalah yang dibicarakan Dylan tadi? Ngomong-ngomong, kenapa tadi pria itu mengancamnya? Apa Nyonya Lastri tahu rahasia mereka? Lalu bagaimana nasib istri sah dari mantan suaminya itu?
Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Anyelir, namun wanita itu enggan untuk memulai percakapan.
Sementara wanita tua yang sejak tadi menunggunya di sana, malah tak membuka suara.
Anyelir melirik pada wanita tua itu sekilas.
Nyonya Lastri tampak mengamati penampilan Anyelir dari atas ke bawah. Mulai dari rambut, snelly yang ia pakai, hingga kaki dan sepatunya.
Apa kini dia sedang dinilai?
Saat Anyelir merasa tak nyaman, pintu ruangan itu terbuka dan pria yang tadi berjalan di belakangnya pun tiba.
"Jadi ... dia?" tanya Nyonya Lastri pada anaknya.
Dylan pun berjalan ke dekat sang ibunda. Ia menjawab dengan nada dingin. "Ya, dia Anyelir. Ibu kandung dari Rio."
Anyelir sontak terkejut mendengar pengakuan Dylan. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba Dylan mengakui hal ini di depan orang tuanya?
"Baiklah, kalian harus segera menikah dan memberi adik untuk Rio. Karena pengobatan Rio tak bisa menunggu lama. Masa kehamilan saja sudah harus menunggu 9 bulan." Ucapan Nyonya Lastri begitu terus terang tanpa basa basi.
Hal itu ternyata sama dengan yang dikatakan oleh Dylan. Jika sang ibu akan menawarkan pernikahan pada Anyelir.
Sebenarnya apa yang terjadi?
"Saya ... tidak akan menikah dengan Pak Dylan." Anyelir memberi jawaban sesuai dengan keinginan Dylan.
"Itu benar, Bu. Kita tak perlu menikah untuk memberikan seorang anak. Anyelir dan aku akan menjalankan program bayi tabung saja seperti dahulu." Dylan memberi penjelasan.
"Bibi! Bawakan aku segelas teh manis!" Nyonya Lastri memerintah pada wanita di sebelahnya.
Lalu dia menatap pada Dylan dan Anyelir secara bergantian.
"Bukankah dulu kalian sudah menikah secara siri? Jika kau keberatan menikah secara hukum, lakukan saja secara siri!" titahnya sambil membentak pada kedua manusia yang lebih muda darinya itu.
Anyelir hanya menunduk tak berani membuka mulut. Yang pasti dia sudah mengatakan sesuai dengan yang diminta oleh Dylan.
"Baiklah, kalau begitu. Kita harus merelakan Rio. Entah dia akan bertahan sampai usia yang keberapa." Sorot mata Nyonya Lastri pun berubah. Nada bicaranya pun kali ini terdengar begitu sendu. Apakah wanita ini sedang bersedih?
"Dylan, jika kau ingin menghamili seorang wanita, entah itu melalui program bayi tabung, atau melalui hubungan suami dan istri. Kau tetap harus menikahinya." Nyonya Lastri membuka kacamata dan membersihkan embun yang menempel di sana.
"Jika aku harus menikahi wanita lain, itu akan menyakiti hati Andin, Bu." Dylan mengungkap alasannya.
"Andin?" Nyonya Lastri langsung mencibir alasan yang diungkap oleh anaknya. "Dia sudah menceraikanmu dan menemukan pria lain."
"Ibu jangan membenci Andin seperti itu. Bagaimanapun juga dia itu ...."
"Dia itu hanya mantan menantuku." Nyonya laras memotong ucapan sang anak. "Seharusnya jika kau tak mau menyakiti Andin, jangan pernah menikahi wanita lain dan memiliki anak dari wanita itu!"
Anyelir yang ada di sana hanya menunduk diam. Ia tak menyangka jika semua ini berakhir dengan begitu rumit.
"Itu karena Andin ...."
"Andin kenapa?" Lagi-lagi wanita tua itu menyela. "Apa dia sakit? Dia menderita kelainan rahim?"
Dylan terdiam.
Satu-satunya alasan adalah karena Andin ingin menjaga proporsi tubuhnya.
"Oke, Andin memang lebih mementingkan karir daripada anak. Baiklah, tapi memang ibu pikir Anyelir juga sebaik itu? Dia mau melahirkan anak dariku juga karena dia ingin uang, Bu? Wanita itu lebih materialistis dan murahan dibanding Andin!"
.
.
.
Bersambung ...
Hai, ini novel baruku.
Bantu vote dan komen sebanyak-banyaknya ya ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Novi Novi
bagus ceritanya
2022-11-17
0
Tri Asih
sakit hatiku
2022-10-17
1