2. Tuduhan Keji

Langit sore dengan kemilau jingga. Dalam sebuah gang kecil dengan cahaya kuning dari lampu yang redup. Wanita itu berjalan untuk menuju kontrakannya. Sebuah rumah kecil yang ia sewa untuknya tinggal di ujung gang ini.

Miauw miauw

“Hai, Dydy,” sapanya pada kucing yang berada di tepi jalan.

Dia mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. “Aku sengaja menyisakan dagingnya untukmu, Dydy.”

Kucing yang dipanggil Dydy itu sama sekali tidak menyentuh makanan yang diberikan olehnya.

“Anyelir, kau selalu memberi makan untuk Dydy,” ujar seorang wanita tua yang tinggal di samping rumahnya. Wanita ini merupakan sang pemilik kucing.

“Ah, tidak apa. Aku menyukainya. Ya, aku menyukai Dydy.” Anyelir menahan rona pipinya seakan ada maksud lain dari ucapan itu.

“Dia tidak akan langsung memakan daging pemberianmu sebelum kau pergi. Kucing ini memang benar-benar menunjukkan peribahasa malu-malu kucing.” Wanita tua itu terkekeh lalu pergi.

“Dydy, jika kau sudah makan, ayo masuk ke rumah!” titahnya sambil melangkah.

Sementara itu Anyelir melihat kucing gembul berkelamin jantan yang masih belum menyentuh makanannya. “Baiklah, baik! Kalau begitu aku akan pergi dulu, selamat menikmati makanannya.”

Benar sekali, ketika Anyelir telah pergi, si kucing bernama Dydy itu menghabiskan daging miliknya.

Sepatu pun disimpan dalam rak. Lalu Anyelir segera mencari kunci dari tasnya. Dengan tergesa, dirinya mengeluarkan kunci tersebut dan membuka pintu.

Suara derit pintu diikuti suara langkah kaki pun terdengar.

Ctak!

Dia menekan saklar untuk menyalakan lampu. Cahaya jingga yang masuk melalui jendela, tak bisa membuat penglihatannya sempurna dalam ruangan.

Anyelir berjalan kembali menutup pintu, ia mendengar suara mobil dari belokan menuju ke arah gangnya. Namun dia tak seperti tetangga lain yang selalu penasaran bila mendengar suara mobil.

Wanita itu tak tertarik dan memutuskan untuk mengganti baju.

Sebelum itu, mahasiswi kedokteran tersebut mengambil baju ganti dari lemari. Ia membuka daun pintu lemari miliknya, namun bersamaan dengan suara pintu lemari yang dibuka, dia juga mendengar derit pintu rumahnya terbuka.

“Haa ...!” Menjeritlah wanita itu begitu ia sadar ada seseorang masuk ke dalam kontrakannya tanpa izin.

Seorang pria dengan tinggi melebihi pintu rumahnya masuk begitu saja. Dia membungkukkan badan karena langit-langit itu hampir menyentuh kepalanya.

“Dylan ...?”

Mata Anyelir terpaku dan tubuhnya membeku. Wanita itu terkejut melihat kedatangan pria yang tak diduga akan menginjakkan kaki di rumahnya.

“Apa yang kaulakukan pada ibu dan anakku?” Dengan suara yang dingin dan tatapan mata tajam, dia memberi pertanyaan pada Anyelir.

Itu hanya sebuah pertanyaan, namun seakan ada sebuah paku yang menancap begitu dalam mengiringi pertanyaan tersebut.

“Kau pasti mempengaruhi dokter agar mengatakan hal tersebut, kan?” tuduh pria itu secara langsung.

Anyelir menggelengkan kepalanya. “Aku tidak melakukan apa-apa,” jawabnya yang tentu saja tak memuaskan Dylan.

“Aku tadi melihatmu di rumah sakit, kau pasti bekerja sama dengan dokter itu.”

Lagi-lagi, Anyelir menggeleng. “Aku sama sekali tidak menemui mereka. Aku juga tidak mengerti maksudmu,” elaknya.

“Jangan berbohong! Kau pasti mendengar ucapan dokter tadi, kan?” tuduh Dylan. Pria tersebut pun mendorong Anyelir hingga tersudut ke dinding. Kemudian, dirinya meletakkan sebelah tangan tepat di sisi telinga kanan wanita tersebut.

“Kau merencanakan hal ini, bukan?” tuduhnya lagi dengan suara berbisik tepat di samping telinga Anyelir. Suara Dylan yang sudah lama tak ia dengar itu kembali menggetarkan kalbu.

Ketika dulu, pria ini sempat mengisi hatinya. Namun semuanya hanya angan semata. Ia sudah tahu jika Dylan telah menikah, tapi ia tetap mau mengandung anaknya dan menerima benih pria tersebut melalui bayi tabung.

Anyelir spontan menggeleng. Apa pun tentang tuduhan Dylan padanya, wanita ini sama sekali tidak seperti yang pria itu bayangkan.

Tapi sakit hati Anyelir tak sampai hanya pada tuduhan tersebut.

“Baiklah!” Dylan pun berdiri menjauh dari Anyelir. “Selama ibu dan seluruh keluargaku tak tahu tentang Rio dan kelahirannya, aku kini memaafkanmu!”

Anyelir masih menunduk. Matanya berkaca-kaca menahan air mata.

Apa yang diucapkan Dylan?

Memaafkan Anyelir?

Memang apa yang dilakukan oleh wanita itu?

Dylan hanya seorang makhluk egois yang selalu menganggap orang lain salah di matanya. Dan sayangnya, Anyelir terlanjur jatuh cinta padanya, meski ia tahu luasnya samudra dan tinggi gunung, membentang dan menghadang perasaan wanita itu pada Dylan.

“Jika itu memang satu-satunya yang bisa menyembuhkan Rio, maka aku setuju melakukannya. Kita buatkan adik untuk Rio! Kau, kan, mahasiswi kedokteran. Kau pasti lebih paham akan hal itu,” ujar Dylan padanya.

Anyelir masih diam tak menjawab. Hanya karena dirinya adalah mahasiswi kedokteran, dia dituduh menyusun rencana ini untuk penyembuhan Rio.

“Berapa uang yang kau butuh?” tanya Dylan padanya.

Kemudian dia mengeluarkan selembar cek dan melemparnya pada Anyelir.

“Kau isi sesuka hatimu saja. Kali ini, mau kau isi dua kali lipat atau bahkan lima kali lipat dari yang kau minta kemarin pun tak apa. Akan kuberikan untuk ibu yang telah mengandung anak-anakku,” pungkasnya dengan senyum tampan dan lesung di pipi kanannya. Namun itu bukan senyum yang meluluhkan hati, melainkan senyum licik dari seorang pria yang tak pernah memikirkan perasaannya.

“Ah iya, kita mulai programnya dengan konsultasi terlebih dahulu pada dokter kita sebelumnya. Aku pikir kita tidak perlu menikah siri seperti dulu. Kau mau, kan, jika kita langsung saja membuat program bayi tabung anak kedua?” ujar Dylan tanpa seakan beban dan dosa.

Anyelir masih diam dan tak mengambil cek itu sama sekali. Ia biarkan lembaran itu tergeletak di atas lantai menyentuh ibu jari kakinya.

“Kenapa? Kau tidak tertarik?” Dylan mengerutkan kedua alisnya. Ia pun berjongkok dan mengambil cek itu. “Mau aku yang mengisi?”

“Aku tidak sudi!” jawab Anyelir dengan lantang tanpa menatap pria tersebut.

Dylan langsung menatap pada Anyelir yang sedang menunduk. Pria itu pun langsung berdiri dan melepas jasnya. “Apa ini yang kau inginkan?” tanyanya sambil tersenyum miring.

Ia berjalan ke arah pintu untuk menutup dan menguncinya. Kemudian ia longgarkan dasi dan melepasnya.

“Anyelir, apa tujuanmu mengajukan ide tersebut selain uang? Aku sungguh bodoh tak bisa mengiranya.” Pria itu pun menyentuh kedua pundak Anyelir dan menekannya semakin ke dinding.

“Apa yang kau lakukan?” tolak Anyelir sambil meronta.

Dylan tak mendengar apa yang dikatakan Anyelir. Ia terus mencoba menyerang pipi wanita itu dengan ciuman. Namun Anyelir menghadang hal itu dengan kedua tangannya. “Hentikan!” jeritnya.

“Kalau bukan ini lalu apa lagi yang kau inginkan?” Tangan Dylan berusaha menurunkan bahu Anyelir untuk menyentuh lehernya.

Namun yang terjadi, malah sebuah tamparan keras mendarat ke pipinya.

Plak!

Rasa panas menjalar dari pipinya. Matanya menatap nanar pada gadis yang baru saja menampar dirinya.

“Pergi!” usir Anyelir pada Dylan. Meski ia tak percaya dengan kedua tangan yang baru saja menampar pipi pria tersebut, namun kali ini ia masih berani mengusirnya.

Dia memang pria yang ia suka. Namun terlalu banyak duri yang telah ditancapkan dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Samiyah

Samiyah

Baru baca langsung sukaaaaa

2023-09-03

1

Linda.w

Linda.w

hxjxjxj

2022-11-01

0

Dewi Susanti

Dewi Susanti

kok bisa-bisanya sih Dylan langsung nuduh begitu baru 2 bab kok sudah bikin emosi

2022-10-19

2

lihat semua
Episodes
1 1. Obat untuk cucuku
2 2. Tuduhan Keji
3 3. Terbongkar
4 4. Anyelir
5 5. Ketiganya Bertemu
6 6. Perjanjian Selesai
7 7. Perjanjian Berubah
8 8. Tante Balon Panda
9 9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10 10. Pergi Sejenak
11 11. Ceraikan Suamimu!
12 12. Ayo Jemput Mama!
13 13. Menjemput Mama
14 14. Menikahi Mantan Istri
15 15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16 16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17 17. Aw, Sakit!
18 18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19 19. Program Kehamilan
20 20. Kedatangan Gunadi
21 21. Aku Memilih Andin
22 22. Tuntutan Dari Gunadi
23 23. Anyelir Atau Andin?
24 24. Siksaan Untuk Anyelir
25 25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26 26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27 27. Pergi Ke Optik
28 28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29 29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30 30. Bekas Di Leher
31 31. Kiss In The Car
32 32. Gel Aloe Vera
33 33. Tentang Andin
34 34. Membersihkan Diri
35 35. Fantasi Liar
36 36. Sup Penghilang Pengar
37 37. Sarapan Di Mobil
38 38. Teralihkan Kecemburuan
39 39. Saran Dari Pesaing
40 40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41 41. Panggilan Tak Dikenal
42 42. Mau Sup lagi
43 43. Tak Sabar
44 44. Dia Posesif, Dia Curang
45 45. Menunggumu
46 46. Jangan Lepaskan!
47 47. Wanna Fly High
48 48. Jangan Pergi, Anyelir!
49 49. Menyiapkan Baju Suami
50 50. Ancaman Beruntun
51 51. Bukan Main-Main
52 52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53 53. Semalam Tanpamu
54 54. Kehilangan Rumah
55 55. Kebuntuan
56 56. Tumbang
57 57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58 58. Pertemuan Saingan
59 59. Kemarahan dan Kecemburuan
60 60. Hutang dan Ancaman
61 61. Merasa Bersalah Pada Rio
62 62. Amarah Dan Gengsi
63 63. Hati yang Mulai Berubah
64 64. Rio yang Sakit
65 65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66 66. Berembusnya Berita
67 67. Adik untuk Rio
68 68. Gagal Lagi
69 69. Berita Lain yang Tersebar
70 70. Aku Memang Orang Ketiga
71 71. Orang Ketiga Dalam Berita
72 72. Jangan Di Sini!
73 73. Sadar Diri
74 74. Olahraga Pagi
75 75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76 76. Fotografer Misterius
77 77. Mencurigai Pelayan
78 78. Para Pembuat Gosip
79 79. Gara-Gara Dia!
80 80. Dia Bukan Selebritas
81 81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82 82. Ancaman Berbisik
83 83. Siaran Pers Live!
84 84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85 85. Jangan Marah Lagi!
86 86. Penenang Di Kala Kepanikan
87 87. Kritis
88 88. Kesalahan?
89 89. Harus Jujur?
90 90. Jujur Itu Tak Mudah
91 91. Panggilan Sibuk
92 92. Masalah Dari Wira
93 93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94 94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95 95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96 Bab 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
1. Obat untuk cucuku
2
2. Tuduhan Keji
3
3. Terbongkar
4
4. Anyelir
5
5. Ketiganya Bertemu
6
6. Perjanjian Selesai
7
7. Perjanjian Berubah
8
8. Tante Balon Panda
9
9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10
10. Pergi Sejenak
11
11. Ceraikan Suamimu!
12
12. Ayo Jemput Mama!
13
13. Menjemput Mama
14
14. Menikahi Mantan Istri
15
15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16
16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17
17. Aw, Sakit!
18
18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19
19. Program Kehamilan
20
20. Kedatangan Gunadi
21
21. Aku Memilih Andin
22
22. Tuntutan Dari Gunadi
23
23. Anyelir Atau Andin?
24
24. Siksaan Untuk Anyelir
25
25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26
26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27
27. Pergi Ke Optik
28
28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29
29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30
30. Bekas Di Leher
31
31. Kiss In The Car
32
32. Gel Aloe Vera
33
33. Tentang Andin
34
34. Membersihkan Diri
35
35. Fantasi Liar
36
36. Sup Penghilang Pengar
37
37. Sarapan Di Mobil
38
38. Teralihkan Kecemburuan
39
39. Saran Dari Pesaing
40
40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41
41. Panggilan Tak Dikenal
42
42. Mau Sup lagi
43
43. Tak Sabar
44
44. Dia Posesif, Dia Curang
45
45. Menunggumu
46
46. Jangan Lepaskan!
47
47. Wanna Fly High
48
48. Jangan Pergi, Anyelir!
49
49. Menyiapkan Baju Suami
50
50. Ancaman Beruntun
51
51. Bukan Main-Main
52
52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53
53. Semalam Tanpamu
54
54. Kehilangan Rumah
55
55. Kebuntuan
56
56. Tumbang
57
57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58
58. Pertemuan Saingan
59
59. Kemarahan dan Kecemburuan
60
60. Hutang dan Ancaman
61
61. Merasa Bersalah Pada Rio
62
62. Amarah Dan Gengsi
63
63. Hati yang Mulai Berubah
64
64. Rio yang Sakit
65
65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66
66. Berembusnya Berita
67
67. Adik untuk Rio
68
68. Gagal Lagi
69
69. Berita Lain yang Tersebar
70
70. Aku Memang Orang Ketiga
71
71. Orang Ketiga Dalam Berita
72
72. Jangan Di Sini!
73
73. Sadar Diri
74
74. Olahraga Pagi
75
75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76
76. Fotografer Misterius
77
77. Mencurigai Pelayan
78
78. Para Pembuat Gosip
79
79. Gara-Gara Dia!
80
80. Dia Bukan Selebritas
81
81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82
82. Ancaman Berbisik
83
83. Siaran Pers Live!
84
84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85
85. Jangan Marah Lagi!
86
86. Penenang Di Kala Kepanikan
87
87. Kritis
88
88. Kesalahan?
89
89. Harus Jujur?
90
90. Jujur Itu Tak Mudah
91
91. Panggilan Sibuk
92
92. Masalah Dari Wira
93
93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94
94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95
95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96
Bab 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!