Menikahi Mantan Istri

Menikahi Mantan Istri

1. Obat untuk cucuku

Transfusi darah itu hampir usai. Cairan berwarna merah itu mengalir pada tubuh pria kecil yang pipinya mulai berwarna merah. Dia tampak lebih hidup dibanding sebelum menerima transfusi darah.

Tangannya tidak bergetar, ia diam saja kala sang perawat memasangkan jarum untuk melakukan transfusi tadi. Dia tidak takut lagi, baginya tusukan jarum sudah menjadi hal biasa bagi seorang pria sepertinya.

Sementara itu, wanita tua di sampingnya berdiri dengan wajah keriputnya yang semakin terlihat cemas dari waktu ke waktu.

“Nenek, apa ini masih lama?”

Sang nenek hanya tersenyum. “Bersabarlah.” Setelah itu dia keluar dari ruangan tempat transfusi darah dan menemui dua orang yang sedang menungguinya.

“Bagaimana dengan Dylan? Apakah dia bersedia untuk pulang?” tanya wanita tua tersebut pada kedua orang di sana.

“Kami belum berhasil menghubungi Pak Dylan, Bu,” ucap salah satu dari mereka.

“Kalau begitu istrinya, bagaimana?”

Keduanya pun menggeleng menunjukkan jawaban ‘tidak’ atas pertanyaan tersebut.

“Keterlaluan!” umpat sang nenek sambil melirik kondisi cucunya yang berada di dalam.

*

Sementara itu, masih di rumah sakit yang sama. Dari kejauhan, seorang mahasiswi menatap mereka bertiga. Tumpukan buku dalam pelukannya, disertai dengan sebuah tas bahu yang tersangkut di pundak.

Gadis itu cukup cantik, dengan bibir merah yang ranum tanpa perona. Pipi pucat tanpa perias dan bulu mata yang lentik tanpa alis. Wajahnya sangat sempurna bila dilihat.

Dia memberanikan diri untuk berjalan mendekat.

Tentu saja ketiga orang itu mengabaikan karena mereka tak saling mengenal.

Mencoba mencuri pandang, berharap bisa melihat kondisi seorang anak kecil yang berbaring di sana.

Pluk!

Sengaja ia jatuhkan buku. Dengan membungkuk, ia bisa melihat raut wajah nenek tua yang sedang menunduk itu.

Setelah ia mengambil buku tersebut, barulah ia menyadari. Jika sang nenek tak baik-baik saja. Segera ia membenarkan kacamata lalu berlalu dari tempat itu.

Gadis tersebut kemudian bersandar di dinding yang terdekat dari belokan lorong rumah sakit. Dia menepuk dadanya yang terasa sakit karena menahan rasa sedih.

“Jika nenek bersedih, itu artinya Rio tidak baik-baik saja,” gumamnya dengan khawatir.

Kemudian perlahan ia menunduk dan akhirnya berjongkok. Seandainya tak merasa malu, ia sudah menangis tersedu-sedu atau mungkin berlari dan masuk ke dalam kamar tersebut.

Namun apa mau dikata. Perjanjian adalah perjanjian. Dia sudah menandatangani kontrak tersebut saat tiga tahun yang lalu usai ia melahirkan Rio. Uang yang dijanjikan oleh ayah sang anak pun telah ia terima dan ia gunakan. Kini ia bisa berkuliah sambil memiliki pekerjaan yang mapan berkat uang dan juga koneksi yang diberikan oleh pria itu.

Akan tetapi, melepas anak yang telah dikandung dan dilahirkan tidak semudah itu. Ia harus mengendap-endap untuk melihat bagaimana kondisi Rio. Meski terkadang ia harus menyamar menjadi penjual susu kotak atau rela berganti shift dengan pengasuh day care tanpa digaji. Semuanya ia luangkan untuk bertemu dengan Rio, sang buah hati.

“Hubungi Dylan sekali lagi!” terdengar suara sang nenek yang sedang kesal.

Mendengar nama itu, ada yang berdesir dalam hatinya. Namun ia mencoba melupakan semua perasaan yang memang seharusnya tak ada. Pria itu sudah berbahagia bersama wanita yang menjadi istrinya. Sementara itu, dirinya hanyalah seorang wanita yang dipinjam rahimnya untuk dibuahi dan melahirkan anak untuk pasangan itu.

Bahkan ibu mertuanya sendiri yang kini sedang gelisah menunggui sang cucu, tak pernah tahu jika dirinya pernah menjadi menantu.

“Masih tak ada jawaban, Bu,” jawab seorang wanita dengan pakaian putih di sana.

“Apa dia sama sekali tak peduli pada anaknya?” gerutu sang nenek. “Aku benar-benar merasa sakit hati. Entah kenapa rasanya seakan aku dikhianati oleh anak sendiri,” lanjut wanita tua itu.

Pelayan perempuan yang ada di samping sang nenek pun mencoba membantu menenangkan kondisi hati wanita tua itu.

Seorang dokter pun keluar dari ruangan tempat Rio menerima transfusi darah. Dokter tersebut diikuti oleh seorang perawat dan mereka mencoba untuk berbicara dengan wali pasien.

Tentu saja, mahasiswi yang merupakan ibu dari sang anak ini ikut menguping apa yang dikatakan oleh dokter.

“Bu, sebenarnya ada cara untuk menyembuhkan Rio. Cara yang aman dan tidak berisiko, tapi mungkin membutuhkan waktu untuk melakukannya.” Dokter seakan memberikan kabar bahagia pada keluarga tersebut.

“Benarkah?” Wanita tua tersebut langsung menunjukkan antusiasnya. “Katakan, Dok! Saya akan mengikuti prosedurnya. Berapa pun biayanya, akan saya sanggupi. Tolong sembuhkan satu-satunya cucu saya! Saya mohon!” ucap sang nenek sambil memegang tangan sang dokter.

Dokter itu menepuk tangan nenek dengan hangat. “Bukan masalah biaya, Bu. Akan tetapi yang dibutuhkan untuk pengobatan Rio adalah darah dari tali pusat adiknya. Kita akan melakukan terapi sel punca untuk Rio.”

Wanita tua dengan kedua pelayannya itu sedikit melongo dengan ucapan sang dokter.

Kemudian dokter itu menyederhanakan ucapannya lagi agar ketiga orang ini mengerti. “Dengan kata lain, Rio harus memiliki seorang adik dari ayah dan ibu kandungnya, lalu kita menggunakan darah dari tali pusat sang adik untuk dijadikan obat bagi Rio.”

Sang nenek langsung mengangguk. Seakan mengeluarkan sinar dari matanya. Wanita itu benar-benar bahagia dengan kabar yang didengar.

“Cepat hubungi Dylan dan istrinya, mau tidak mau, suka tidak suka, mereka harus memberi adik untuk Rio.” Sang nenek menggebu-gebu.

Sementara itu, gadis yang menguping hal tersebut tiba-tiba langsung gemetar sendiri. Seakan ia sedang bersembunyi dan seseorang akan menemukannya.

“Bagaimana ini?” Gadis itu tanpa sadar berjalan mondar-mandir di lorong rumah sakit. Seorang ibu mana yang tak ingin anaknya sembuh? Namun bagaimana mungkin ia memberikan obat yang dibutuhkan oleh Rio? Sementara dirinya sendiri sama sekali tak akur dengan ayah dari anak itu.

Tak lama kemudian, seorang pria datang dengan langkah yang sangat mencuri perhatian. Tubuhnya yang tegap, dadanya yang bidang, wajahnya yang tampan dan aura kesempurnaan yang ia pancarkan.

Wanita itu menoleh dan tatapan mereka bertabrakan.

Pria tersebut menatapnya dengan tajam sambil berlalu dan berpura-pura tak mengenal.

Sementara itu, sang wanita langsung menunduk dan membuang muka berharap pria itu tak kenal dirinya.

“Dylan! Akhirnya kau datang!” Wanita tua di depan ruangan tersebut langsung memanggil putranya yang baru saja datang.

“Kebetulan kau datang di saat yang tepat. Kenapa ponselmu tak bisa kami hubungi? Mana istrimu? Di mana wanita itu?” tanya sang nenek  yang menyebut menantunya dengan sebutan ‘wanita itu’. Sebuah panggilan yang menunjukkan hubungan tidak harmonis di antara mereka.

“Ada apa dengan Rio?” tanya Dylan tanpa menjawab satu pun ucapan sang nenek. Wajahnya menatap pada sang ibu dengan begitu dingin. Dia hanya melirik pada anak kecil yang sedang terbaring dalam ruangan.

“Rio bisa disembuhkan!” ujar sang nenek mengatakan hal tersebut dengan antusias.

“Benarkah itu, Dok?” Pria itu kembali bertanya dengan nada yang datar.

“Benar, Pak Dylan! Rio bisa disembuhkan dengan obat yang diperoleh dari darah tali pusat adiknya. Dengan kata lain, Pak Dylan dan istri harus memiliki seorang bayi lagi demi menyembuhkan Rio,” papa sang dokter yang membuat air muka Dylan berubah.

“Bagaimana, Dylan? Kau dan istrimu masih bisa memberikan adik untuk Rio, kan?” tanya sang nenek penuh harap. Dia sangat menyayangi cucunya yang akan menjadi pewaris keluarga.

Otomatis jika dengan cara ini, maka baginya ibarat sekali dayung dua pulau terlampaui. Ia mendapat cucu baru dari anaknya sekaligus kesembuhan untuk cucu pertamanya.

“Pak Dylan, Anda tidak keberatan, kan?” tanya dokter menunggu jawaban dari pria tampan tersebut.

Bukannya menjawab dengan ya atau tidak, pria tersebut malah menyebutkan satu nama. “Anyelir!”

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

pas ni ceritanya...

2023-02-13

0

NO NAME

NO NAME

.

2022-12-22

0

Gina

Gina

susah aku baca namanya
menurut kelean gimna bcanya

2022-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 1. Obat untuk cucuku
2 2. Tuduhan Keji
3 3. Terbongkar
4 4. Anyelir
5 5. Ketiganya Bertemu
6 6. Perjanjian Selesai
7 7. Perjanjian Berubah
8 8. Tante Balon Panda
9 9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10 10. Pergi Sejenak
11 11. Ceraikan Suamimu!
12 12. Ayo Jemput Mama!
13 13. Menjemput Mama
14 14. Menikahi Mantan Istri
15 15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16 16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17 17. Aw, Sakit!
18 18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19 19. Program Kehamilan
20 20. Kedatangan Gunadi
21 21. Aku Memilih Andin
22 22. Tuntutan Dari Gunadi
23 23. Anyelir Atau Andin?
24 24. Siksaan Untuk Anyelir
25 25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26 26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27 27. Pergi Ke Optik
28 28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29 29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30 30. Bekas Di Leher
31 31. Kiss In The Car
32 32. Gel Aloe Vera
33 33. Tentang Andin
34 34. Membersihkan Diri
35 35. Fantasi Liar
36 36. Sup Penghilang Pengar
37 37. Sarapan Di Mobil
38 38. Teralihkan Kecemburuan
39 39. Saran Dari Pesaing
40 40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41 41. Panggilan Tak Dikenal
42 42. Mau Sup lagi
43 43. Tak Sabar
44 44. Dia Posesif, Dia Curang
45 45. Menunggumu
46 46. Jangan Lepaskan!
47 47. Wanna Fly High
48 48. Jangan Pergi, Anyelir!
49 49. Menyiapkan Baju Suami
50 50. Ancaman Beruntun
51 51. Bukan Main-Main
52 52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53 53. Semalam Tanpamu
54 54. Kehilangan Rumah
55 55. Kebuntuan
56 56. Tumbang
57 57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58 58. Pertemuan Saingan
59 59. Kemarahan dan Kecemburuan
60 60. Hutang dan Ancaman
61 61. Merasa Bersalah Pada Rio
62 62. Amarah Dan Gengsi
63 63. Hati yang Mulai Berubah
64 64. Rio yang Sakit
65 65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66 66. Berembusnya Berita
67 67. Adik untuk Rio
68 68. Gagal Lagi
69 69. Berita Lain yang Tersebar
70 70. Aku Memang Orang Ketiga
71 71. Orang Ketiga Dalam Berita
72 72. Jangan Di Sini!
73 73. Sadar Diri
74 74. Olahraga Pagi
75 75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76 76. Fotografer Misterius
77 77. Mencurigai Pelayan
78 78. Para Pembuat Gosip
79 79. Gara-Gara Dia!
80 80. Dia Bukan Selebritas
81 81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82 82. Ancaman Berbisik
83 83. Siaran Pers Live!
84 84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85 85. Jangan Marah Lagi!
86 86. Penenang Di Kala Kepanikan
87 87. Kritis
88 88. Kesalahan?
89 89. Harus Jujur?
90 90. Jujur Itu Tak Mudah
91 91. Panggilan Sibuk
92 92. Masalah Dari Wira
93 93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94 94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95 95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96 Bab 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
1. Obat untuk cucuku
2
2. Tuduhan Keji
3
3. Terbongkar
4
4. Anyelir
5
5. Ketiganya Bertemu
6
6. Perjanjian Selesai
7
7. Perjanjian Berubah
8
8. Tante Balon Panda
9
9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10
10. Pergi Sejenak
11
11. Ceraikan Suamimu!
12
12. Ayo Jemput Mama!
13
13. Menjemput Mama
14
14. Menikahi Mantan Istri
15
15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16
16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17
17. Aw, Sakit!
18
18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19
19. Program Kehamilan
20
20. Kedatangan Gunadi
21
21. Aku Memilih Andin
22
22. Tuntutan Dari Gunadi
23
23. Anyelir Atau Andin?
24
24. Siksaan Untuk Anyelir
25
25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26
26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27
27. Pergi Ke Optik
28
28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29
29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30
30. Bekas Di Leher
31
31. Kiss In The Car
32
32. Gel Aloe Vera
33
33. Tentang Andin
34
34. Membersihkan Diri
35
35. Fantasi Liar
36
36. Sup Penghilang Pengar
37
37. Sarapan Di Mobil
38
38. Teralihkan Kecemburuan
39
39. Saran Dari Pesaing
40
40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41
41. Panggilan Tak Dikenal
42
42. Mau Sup lagi
43
43. Tak Sabar
44
44. Dia Posesif, Dia Curang
45
45. Menunggumu
46
46. Jangan Lepaskan!
47
47. Wanna Fly High
48
48. Jangan Pergi, Anyelir!
49
49. Menyiapkan Baju Suami
50
50. Ancaman Beruntun
51
51. Bukan Main-Main
52
52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53
53. Semalam Tanpamu
54
54. Kehilangan Rumah
55
55. Kebuntuan
56
56. Tumbang
57
57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58
58. Pertemuan Saingan
59
59. Kemarahan dan Kecemburuan
60
60. Hutang dan Ancaman
61
61. Merasa Bersalah Pada Rio
62
62. Amarah Dan Gengsi
63
63. Hati yang Mulai Berubah
64
64. Rio yang Sakit
65
65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66
66. Berembusnya Berita
67
67. Adik untuk Rio
68
68. Gagal Lagi
69
69. Berita Lain yang Tersebar
70
70. Aku Memang Orang Ketiga
71
71. Orang Ketiga Dalam Berita
72
72. Jangan Di Sini!
73
73. Sadar Diri
74
74. Olahraga Pagi
75
75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76
76. Fotografer Misterius
77
77. Mencurigai Pelayan
78
78. Para Pembuat Gosip
79
79. Gara-Gara Dia!
80
80. Dia Bukan Selebritas
81
81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82
82. Ancaman Berbisik
83
83. Siaran Pers Live!
84
84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85
85. Jangan Marah Lagi!
86
86. Penenang Di Kala Kepanikan
87
87. Kritis
88
88. Kesalahan?
89
89. Harus Jujur?
90
90. Jujur Itu Tak Mudah
91
91. Panggilan Sibuk
92
92. Masalah Dari Wira
93
93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94
94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95
95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96
Bab 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!