4. Anyelir

Anyelir putih mekar di pagi hari

Bunga merekah menghadap langit, menantang angan yang tinggi

Sebuah kenaifan dari jiwa yang polos, mengharap cinta suci

Tanpa Anyelir tahu, bunga layu dimakan waktu

Dunia terus berubah bersama anyelir berwarna ungu

Sementara Anyelir masih berdiam diri dan menatap malam yang sendu

*

Masih teringat jelas di benak wanita itu, ketika Dylan berusaha untuk merengkuh dirinya yang kedua kali.

Dia tahu semua yang Dylan lakukan itu untuk Rio, namun entah mengapa ia tak suka dengan cara pria tersebut merendahkan dirinya.

Pagi ini, Anyelir berangkat ke rumah sakit dengan langkah yang tak bersemangat. Padahal biasanya tidak seperti itu. Ia akan girang dengan serangkaian kegiatan, lalu merencanakan untuk menemui Rio diam-diam.

Tak mengapa bila ia tak dipanggil mama.

Tak mengapa pula bila Rio tak pernah tahu jika dari rahimnya lah, dia keluar ke dunia.

Asal ia bisa melihat senyum bahagia anak itu. Lalu juga mengikuti perkembangannya.

Seragam putih-putih mulai terlihat dari kejauhan. Dapat ditebak jika pegawai rumah sakit berlalu lalang di sekitar tempat ini.

Ini bukan pertama kalinya ia datang ke rumah sakit. Hanya saja jika biasanya ia datang mengendap-endap karena ingin melihat Rio di jadwal kontrol atau transfusi darahnya, maka kali ini, Anyelir datang secara terang-terangan karena ia mulai menjadi koas sekarang.

“Anye! Kenapa kau semurung ini?” tanya seorang gadis cantik berkucir kuda di belakang kepalanya.

“Apa aku terlihat murung?” Anyelir balik bertanya.

“Kau ada masalah apa? Apa kau tidak suka karena mulai hari ini kita akan menjalani koas?”

“Diamlah, Lin,” ujar Anyelir yang sedang tak ingin banyak bicara.

Lina yang ada di sampingnya tentu saja tak akan diam begitu saja. Gadis ekstrovert ini akan menceritakan apa pun yang ingin ia utarakan meski Anyelir tak meminta. Sepanjang jalan, celoteh Lina memeriahkan kesepian dalam hatinya.

Sampai ketika mereka benar-benar tiba-tiba di rumah sakit dan menuju ke tempat ruangan konsulen mereka berada. Belum ada banyak orang yang datang, Anyelir dan kawannya menunggu di depan.

“Lina, jika kau menjadi wanita itu, apa yang akan kaulakukan?” Mendadak wanita itu bertanya pada kawan di samping.

“Hmmm?”

“Jadi ... ada seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya. Mereka tidak akur karena sebuah kontrak perjanjian. Tapi ternyata anak mereka sakit dan dia harus menjalani terapi sel punca untuk pengobatannya,” jelas Anyelir pada kawannya.

Terapi sel punca merupakan terapi pengobatan untuk penyakit-penyakit yang parah, termasuk talasemia seperti yang diderita oleh Rio. Sel punca yang digunakan untuk Rio nanti diperoleh dari darah tali pusat janin milik saudara sekandung pasien yang akan menjalani terapi.

Lina langsung menoleh dengan serius mendengar pertanyaan kawannya. “Terapi sel punca? Apa anak itu memiliki simpanan sel punca saat dilahirkan?” tanya Lina.

Biasanya, beberapa orang akan menyimpan sel punca dari darah tali pusat janin untuk digunakan sewaktu-waktu. Lina mengira, jika anak yang diceritakan oleh kawannya ini akan menjalani terapi sel punca menggunakan sel yang ia simpan sendiri.

Anyelir langsung menggeleng. “Anak itu tidak pernah menyimpan sel punca miliknya. Jadi ... dia harus menggunakan milik sang adik.”

“Yang artinya, wanita itu harus segera mengandung adik dari anak itu. Sementara dia dan sang mantan suami tidak akur?” Lina langsung terkejut sambil mesem-mesem sendiri.

“Iya, kalau kamu jadi wanita itu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Anyelir.

Namun sepertinya kawan di depannya tidak akan memberikan jawaban yang ia mau. “Anye, itu judul dramanya apa? Aku minta, dong!”

Spontan Anyelir pun langsung melongo. Dalam hati ingin ia berkata, “Ini kisah nyata, beg0!” Gadis pendiam itu tak mungkin mengumpat secara terang-terangan. Ia hanya memutar bola mata lalu tak mengajak lagi Lina bicara.

“Hei, Anye! Drama apa? Aku minta, ya. Sepertinya itu akan menjadi drama romantis,” ucap Lina sambil memejamkan mata. Entah apa yang gadis itu pikirkan.

“Romantis? Begitukah?” Anyelir menaikkan salah satu alisnya.

“Ya, bayangkan saja. Sang mantan suami pasti akan menggoda lagi dan merayu lagi sang istri agar mereka mau untuk berhubungan lagi, lalu memberikan adik untuk anak itu. Aaaaah, ini adalah drama tentang balikan bersama mantan yang akan sangat epik. Karena keadaan memaksa mereka melakukannya,” komentar Lina lagi yang membuat Anyelir semakin geli mendengarnya.

“Masalahnya, sang suami sudah punya istri.” Anyelir menambah keterangan.

“Istri baru maksudnya? Ya, mereka akan bercerai. Karena sang suami akan jatuh cinta pada ibu dari anak tersebut.”

“Bukan, jadi ibu dari anak itu justru menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.” Anyelir meralat ucapan Lina.

Kali ini Lina yang tak mengerti. “Ah, udah deh! Jujur sama aku, ini drama apa? Korea? Thailand? Atau China? Udah tamat apa masih on going?”

Anyelir kali ini berjalan masuk ke dalam ruangan untuk bertemu dengan salah satu konsulen mereka.

Sementara itu, Lina masih mengoceh tentang drama yang diceritakan oleh Anyelir. Namun wanita itu sama sekali tak menjawab, apalagi ketika seseorang dengan jubah snelly berwarna putihnya mulai masuk.

Spontan Lina mengecilkan volume suara dan mengunci rapat bibirnya. Hari ini yang menjadi supervisor terdengar sebagai konsulen killer. Maka dari itu tak ada satu pun di antara mereka yang menyela ketika dokter itu bicara.

Begitu pun dengan Anyelir. Hari ini cukup berat baginya untuk berkonsentrasi, karena bagaimanapun juga, pikirannya selalu terlempar lagi ke masalahnya tentang Rio.

Tidak hanya ketika bimbingan dengan dokter konsulen, saat ia menjadi dokter jaga pun, gadis itu lebih banyak melamun.

Beruntung, IGD tidak terlalu sibuk. Tugasnya hanya melakukan anamnesis dan kemudian melihat dokter jaga memberi pertolongan pertama. Dokter muda sepertinya, hanya cukup melakukan pendampingan.

“Dokternya tampan dan cantik, kayaknya saya bakal betah tinggal di sini,” gurau sang pasien yang merupakan ibu-ibu paruh baya.

“Jangan betah di rumah sakit, Bu. Kecuali kalau ibu jadi dokternya, kayak saya. Kalau jadi pasien, nggak enak, dong.” Dokter tersebut bergurau dengan sang pasien.

Anyelir melihat interaksi antara sang dokter yang sedang memeriksa pasien tersebut. Sang dokter terlihat ramah, cekatan dalam menolong dan memang benar-benar tampan. Meski tertutup masker, Anyelir sering melihat dokter tampan yang satu ini.

“Kau Anyelir, bukan?” tanya seorang dokter yang baru saja memeriksa pasien di IGD.

Anyelir yang sedang melamun langsung spontan mengangguk.

“Jangan banyak melamun jika sedang bekerja di IGD.” Dokter itu pun pergi meninggalkan Anyelir, sementara wanita itu masih melamun.

Kemudian, sebuah senggolan di bahu ia rasakan. Sontak, Anyelir pun menoleh. “Eh, kamu, Lin?”

“Ciyeee, jaga IGD bareng Dokter Rian?” bisik kawannya yang menggoda.

Anyelir hanya menggelengkan kepala mendengar celoteh Lina. Wanita itu tak terlalu menanggapi apa yang dikatakan oleh kawannya.

Ketika Anyelir sedang bergurau, seorang perawat datang dan berbicara pada dokter Rian yang ada di sana.

Anyelir dan Lina memperhatikan interaksi mereka. Dokter Rian terlihat sangat serius mendengarkan ucapan sang perawat. Setelah perawat itu pergi, dokter tampan itu pun menghampiri Anyelir.

“Anyelir!” panggil dokter Rian.

“Iya, Dok!”

“Nyonya Lastri Bagaskara sedang mencarimu.”

Terpopuler

Comments

Endah Dwi Agustina

Endah Dwi Agustina

suka

2022-10-19

1

Dewi Susanti

Dewi Susanti

gak tau mau komen apa
tapi semakin kesini semakin menarik cerita nya

2022-10-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Obat untuk cucuku
2 2. Tuduhan Keji
3 3. Terbongkar
4 4. Anyelir
5 5. Ketiganya Bertemu
6 6. Perjanjian Selesai
7 7. Perjanjian Berubah
8 8. Tante Balon Panda
9 9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10 10. Pergi Sejenak
11 11. Ceraikan Suamimu!
12 12. Ayo Jemput Mama!
13 13. Menjemput Mama
14 14. Menikahi Mantan Istri
15 15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16 16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17 17. Aw, Sakit!
18 18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19 19. Program Kehamilan
20 20. Kedatangan Gunadi
21 21. Aku Memilih Andin
22 22. Tuntutan Dari Gunadi
23 23. Anyelir Atau Andin?
24 24. Siksaan Untuk Anyelir
25 25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26 26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27 27. Pergi Ke Optik
28 28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29 29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30 30. Bekas Di Leher
31 31. Kiss In The Car
32 32. Gel Aloe Vera
33 33. Tentang Andin
34 34. Membersihkan Diri
35 35. Fantasi Liar
36 36. Sup Penghilang Pengar
37 37. Sarapan Di Mobil
38 38. Teralihkan Kecemburuan
39 39. Saran Dari Pesaing
40 40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41 41. Panggilan Tak Dikenal
42 42. Mau Sup lagi
43 43. Tak Sabar
44 44. Dia Posesif, Dia Curang
45 45. Menunggumu
46 46. Jangan Lepaskan!
47 47. Wanna Fly High
48 48. Jangan Pergi, Anyelir!
49 49. Menyiapkan Baju Suami
50 50. Ancaman Beruntun
51 51. Bukan Main-Main
52 52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53 53. Semalam Tanpamu
54 54. Kehilangan Rumah
55 55. Kebuntuan
56 56. Tumbang
57 57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58 58. Pertemuan Saingan
59 59. Kemarahan dan Kecemburuan
60 60. Hutang dan Ancaman
61 61. Merasa Bersalah Pada Rio
62 62. Amarah Dan Gengsi
63 63. Hati yang Mulai Berubah
64 64. Rio yang Sakit
65 65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66 66. Berembusnya Berita
67 67. Adik untuk Rio
68 68. Gagal Lagi
69 69. Berita Lain yang Tersebar
70 70. Aku Memang Orang Ketiga
71 71. Orang Ketiga Dalam Berita
72 72. Jangan Di Sini!
73 73. Sadar Diri
74 74. Olahraga Pagi
75 75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76 76. Fotografer Misterius
77 77. Mencurigai Pelayan
78 78. Para Pembuat Gosip
79 79. Gara-Gara Dia!
80 80. Dia Bukan Selebritas
81 81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82 82. Ancaman Berbisik
83 83. Siaran Pers Live!
84 84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85 85. Jangan Marah Lagi!
86 86. Penenang Di Kala Kepanikan
87 87. Kritis
88 88. Kesalahan?
89 89. Harus Jujur?
90 90. Jujur Itu Tak Mudah
91 91. Panggilan Sibuk
92 92. Masalah Dari Wira
93 93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94 94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95 95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96 Bab 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
1. Obat untuk cucuku
2
2. Tuduhan Keji
3
3. Terbongkar
4
4. Anyelir
5
5. Ketiganya Bertemu
6
6. Perjanjian Selesai
7
7. Perjanjian Berubah
8
8. Tante Balon Panda
9
9. Kau Tak Bisa Menjadi Mama!
10
10. Pergi Sejenak
11
11. Ceraikan Suamimu!
12
12. Ayo Jemput Mama!
13
13. Menjemput Mama
14
14. Menikahi Mantan Istri
15
15. Belum Bisa Menerima Anyelir
16
16. Aku Belum Siap Untuk Program Kehamilan
17
17. Aw, Sakit!
18
18. Anak Siapa yang Memanggilmu Mama?
19
19. Program Kehamilan
20
20. Kedatangan Gunadi
21
21. Aku Memilih Andin
22
22. Tuntutan Dari Gunadi
23
23. Anyelir Atau Andin?
24
24. Siksaan Untuk Anyelir
25
25. Program Bayi Tabung dan Nafkah Batin
26
26. Tumbangnya Gunadi Bagaskara
27
27. Pergi Ke Optik
28
28. Anyelir, Kamu Sangat Cantik
29
29. Aku Benci Kamu, Dylan!
30
30. Bekas Di Leher
31
31. Kiss In The Car
32
32. Gel Aloe Vera
33
33. Tentang Andin
34
34. Membersihkan Diri
35
35. Fantasi Liar
36
36. Sup Penghilang Pengar
37
37. Sarapan Di Mobil
38
38. Teralihkan Kecemburuan
39
39. Saran Dari Pesaing
40
40. Didatangi Pengganggu Ditolong Pangeran
41
41. Panggilan Tak Dikenal
42
42. Mau Sup lagi
43
43. Tak Sabar
44
44. Dia Posesif, Dia Curang
45
45. Menunggumu
46
46. Jangan Lepaskan!
47
47. Wanna Fly High
48
48. Jangan Pergi, Anyelir!
49
49. Menyiapkan Baju Suami
50
50. Ancaman Beruntun
51
51. Bukan Main-Main
52
52. Firasat, Bukan Sekedar Kebetulan
53
53. Semalam Tanpamu
54
54. Kehilangan Rumah
55
55. Kebuntuan
56
56. Tumbang
57
57. Jika Kau Pergi, Datanglah Padaku!
58
58. Pertemuan Saingan
59
59. Kemarahan dan Kecemburuan
60
60. Hutang dan Ancaman
61
61. Merasa Bersalah Pada Rio
62
62. Amarah Dan Gengsi
63
63. Hati yang Mulai Berubah
64
64. Rio yang Sakit
65
65. Kebahagiaan yang Diinginkan Andin
66
66. Berembusnya Berita
67
67. Adik untuk Rio
68
68. Gagal Lagi
69
69. Berita Lain yang Tersebar
70
70. Aku Memang Orang Ketiga
71
71. Orang Ketiga Dalam Berita
72
72. Jangan Di Sini!
73
73. Sadar Diri
74
74. Olahraga Pagi
75
75. Kesibukan Andin dan Hari Libur Anyelir
76
76. Fotografer Misterius
77
77. Mencurigai Pelayan
78
78. Para Pembuat Gosip
79
79. Gara-Gara Dia!
80
80. Dia Bukan Selebritas
81
81. Rindu Dalam Sekotak Makanan
82
82. Ancaman Berbisik
83
83. Siaran Pers Live!
84
84. Kekesalan Dalam Secangkir Kopi
85
85. Jangan Marah Lagi!
86
86. Penenang Di Kala Kepanikan
87
87. Kritis
88
88. Kesalahan?
89
89. Harus Jujur?
90
90. Jujur Itu Tak Mudah
91
91. Panggilan Sibuk
92
92. Masalah Dari Wira
93
93. Pria Itu Semakin Mencurigakan
94
94. Ponsel Wira yang Mencurigakan
95
95. Kekesalan Dalam Sekotak Telepon
96
Bab 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!