Fiona sampai ke Bar tempat nya bekerja malam ini. Ia pun masuk kedalam dan langsung mengganti bajunya menggunakan baju khusus bartender. Ia menggulung rambut panjang nya.
" Bagaimana kuliah mu?." Tanya liana teman nya yang juga bekerja di bar tapi ia bagian pembersihan.
Fiona mengelap Beberapa gelas yang akan ia gunakan untuk menyajikan wine atau koktail kepada pelanggan nya nanti " seperti biasa." Ucapnya singkat
" Bagaimana hubungan mu dengan kekasih tampan mu itu? Kapan kalian akan menikah? Bukannya satu semester lagi kamu akan disidang 'kan."
Tak..
Fiona menaruh gelas kaca dengan segala sedikit menghentaknya " Jangan bahas pria berengsek itu lagi." Geramnya
" Kenapa? Apa kalian ada masalah?, Tidak mungkin dia mengkhianati mu 'kan. Dia selalu melihat mu penuh cinta."
" Cinta akan kalah dengan nafsu. Sudahlah siap-siap sebentar lagi bos akan membuka bar." Ujar Fiona, ia tidak suka membicarakan mantan kekasihnya. Padahal dulu Fiona selalu membangga-banggakan kekasih nya itu.
" Apa! Dia berkhianat? Ckckckck memang yah semua laki-laki itu berengsek."
" Iya benar. Aku Setuju, dasar jantan!." Timpal Fiona
Keduanya bersorak menghina pria. Dua wanita yang tidak pernah merasakan percintaan yang normal.
" Ehem.. sudah selesai? Sorak-sorak nya?." Tiba-tiba suara dari belakang mengagetkan keduanya
" Eh! Bos." Ucap Liana dengan tersenyum kikuk
" Kalian ini. Ayo siap-siap sebentar lagi bar nya di buka." Ucap wanita yang mungkin sudah berkepala 3 itu
" Baik bos." Ujar kedua nya
Tak lama setelah itu banyak orang-orang hulur hilir masuk kedalam. Ada yang pulang dengan keadaan mabuk dan ada juga yang masih normal. Kebanyakan dari pelanggan berjenis kelamin laki-laki.
" Fiona koktail satu." Ujar seorang langganan dan Langsung duduk
Fiona tersenyum dan mulai meracik pesanan pelanggan nya
" Hahh kau tau Fiona. Rasanya aku ingin menonjok atasan kurang ajar ku itu. Dia kira dia siapa, hanya karena ia seorang atasan ku bisa memperlakukan ku seperti itu cih." Belum mabuk, tapi dia sudah curhat
Ya seperti itulah rata-rata pelanggan yang datang ke bar ini, mereka semua ingin melepas stres dengan curhat sambil minum. Setidaknya tidak ada yang di rugikan disini
Fiona hanya tersenyum menanggapi, ia Sudah biasa menghadapi hal seperti ini.
Tak..
Fiona mendorong gelas berisi koktail yang tadi di pesan pria di depannya ini " Silahkan tuan."
Pria tersebut langsung meneguk habis koktail tersebut. '' ahhh segarnya. Koktail buatan Fiona memang yang paling enak." Ujarnya dengan bersemangat
Banyak pelanggan yang selalu memuji keahlian Fiona dalam meracik alkohol. Dan Fiona memang hebat dalam hal itu.
Pelanggan pria itu lanjut curhat dengan keadaan mabuk " Dia kira dia anak presiden haah!." Pria itu meracau tak jelas
Sekali lagi Fiona hanya berdiri sembari tersenyum mendengar 'kan, atau terkadang ia juga menimpali perkataan pelanggan nya.
.........
Detrick memasuki mansion nya setelah tadi ia dari kantor. Sebenarnya tujuan nya ingin melihat Fiona, tapi sayang Fiona tidak masuk hari ini
Huhhh
Melepas dasi dan jasnya, lalu ia duduk di sofa ruang tengah. " Kalau bukan karena dua orang tua itu aku tidak akan sesusah ini." Gerutu nya
" Tuan muda..." Seorang pria paruh baya datang menghampiri Detrick yang sedang duduk di sofa
" Ada apa?."
" Tuan besar dan nyonya menyuruh anda untuk pulang ke rumah utama." Ujar pria tersebut
Detrik berdecak " Katakan pada keduanya. Aku tidak ingin pulang terlebih dahulu."
Pak Ziel mengangguk " Baik tuan."
" Oh yah Ziel, Siapkan paviliun yang ada di dekat kolam renang itu. Akan ada tamu ku yang akan menempatinya." Ucapnya dengan senyuman menyeringai
" Baik tuan." Patuh Ziel dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menanyakan hal yang lebih. Pak Ziel pun undur diri
Detrick menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. " Ahhh kira-kira apa yang akan aku lakukan pada gadis mungil itu." Entah mengapa rasanya ia selalu ingin tersenyum saat mengingat Fiona
Sedangkan di sisi lain...
Jam menunjukkan pukul 21.30. Waktunya Fiona pulang, setelah berganti baju Fiona hendak pamit kepada bosnya
" Bos aku pulang duluan yah." Ucap Fiona kepada bosnya yang kini sedang duduk di meja bar
" Hmm hati-hati di jalan." Fiona mengangguk. " Oh yah Fio, jangan terlalu bersedih untuk pria brengsek itu. Ingat! Masih banyak pria yang lebih baik di luar sana." Lanjut wanita yang memiliki riasan seperti pria tersebut
Fiona tersenyum sembari mengangguk " Baik bos. Akan aku ingat." Ia sangat menghormati bosnya ini, bos yang selama ini selalu memberikan nya nasehat.
Walaupun masih ada tersisa sedikit rasa sakit saat mengingat pria brengsek, tapi Fiona akan mencoba untuk menghilangkan semua jejak rasa sakit itu. Melihat sang kekasih bercinta dengan wanita lain, siapa sih yang tidak akan sakit hati? Fiona masih beruntung karena tidak stres dan menangis berlebihan.
Setelah itu Fiona pun pulang. Tak butuh waktu lama Fiona sampai ke kediaman keluarga Eren. Keluarga yang mengadopsi nya untuk di jadikan pembantu, walaupun di luar Fiona nampak di sayang tapi belum tentu jika sudah ada di dalam.
Fiona masuk kedalam rumah dan hendak naik ke atas tangga untuk langsung ke kamarnya.
" Hei.. anak Kriminal." Teriak Erin dari bawah tangga
Fiona terdiam dan langsung berbalik " Ada apa?." Tanya nya, ia sudah biasa di panggil seperti itu
Erin, majikan berkedok adik angkatnya itu tersenyum sinis " Memang yah buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Ibunya seorang wanita malam dan anaknya menjual dirinya di pria tua buncit. Hahahah." Suaranya menggelar di ruangan itu
Fiona terdiam, ia cukup tahu apa yang di katakan oleh Erin. Tapi, pria tua? Siapa? Pikirnya
'apa aku balas saja yah' ia mulai mempertimbangkan, besok dia sudah harus pindah dari rumah ini. Artinya ia sudah tidak akan bertemu dengan wajah-wajah menjijikkan ini
" Memang, buah tidak akan jatuh dari pohonnya. Ibunya yang seorang player, sekarang anaknya yang seorang player." Ujar Fiona dengan senyum sinis
" Apa!! Kau menghina ku!!." Teriak Erin tak terima " Berani-beraninya kau membalas perkataan ku. Sialan!!!."
Fiona terkekeh " Jadi kau merasa?! Aduh.. sepertinya aku salah bicara. Oh yah aku cuman ingin bilang hati-hati loh kena HIV." ia tersenyum saat mengatakan nya lalu langsung pergi dari sana
" Heiii.. kau.. " Teriak Erin " Dasar anak Kriminal anak wanita malam!!." Maki Erin
Sedangkan Fiona tak menggubris dan tetap berjalan menuju kamarnya. Ia tidak marah saat di Maki seperti itu, lagi pula itulah kenyataan. Untuk apa berdalih jika memang itu yang sebenarnya.
Fiona masuk kedalam kamar lalu membuang tubuhnya di atas kasur.
Anak Kriminal, anak wanita malam. Sedari kecil Fiona sudah tidak asing dengan panggilan-panggilan seperti itu.
Sebelum di adopsi keluarga Eren, Fiona dulunya tinggal bersama ayah dan juga ibu kandungnya. Ayahnya seorang kriminal langganan penjara, sedangkan ibunya seorang wanita malam yang selalu di bayar untuk melakukan ****.
Fiona lahir sebagai anak haram. Ibunya hamil oleh salah satu pelanggan nya, karena tidak ingin susah ibu Fiona menjebak seorang pria untuk bertanggung jawab dan dia adalah ayah Fiona. Namun naas ayah Fiona adalah seorang kriminal.
Saat Fiona sudah bisa mengingat, yang ia tahu ia harus bertahan hidup. Mungkin anak-anak yang seusia Fiona Waktu itu adalah 3 tahun mungkin di pikirkan nya hanyalah main.. main.. dan main..
Beda dengan Fiona, di umur yang masih belia itu yang ia pikirkan, bagaimana dirinya akan makan hari ini? Atau bagaimana ia akan menghadapi kedua orang tuanya saat pulang nanti? Atau bagaimana ia akan menghadapi pukulan dari kedua orang tuanya nanti? Atau bagaimana cara agar ia bisa mengobati luka akibat pukulan kedua orang tuanya? Hal-hal seperti itu selalu memenuhi pikiran Fiona.
Kedua orang tua Fiona tetap memberikan nafkah, tapi tidak ada yang namanya kasih sayang di dalamnya. Yang selalu Fiona ingat dari kedua orangtuanya adalah bagaimana cara bertahan hidup.
" Kamu harus bertahan hidup di dunia yang keras ini."
" Lakukan apapun agar kamu bisa bertahan hidup. Mencuri lah jika memang hal itu di perlukan. Bersujud lah jika hal itu akan membuatmu hidup."
" Tapi, jangan pernah menjual tubuhmu hanya untuk bertahan hidup. Jatuhkan harga dirimu jika memang kamu ingin bertahan hidup, tapi hargai tubuhmu." Mungkin hanya perkataan ini yang bagus di dengar.
Perkataan-perkataan kedua orang tuanya selalu ia ingat sampai saat ini. Karena itu Fiona mempunyai jalan hidupnya sendiri. 'lakukan apapun untuk bertahan hidup, tapi tidak dengan menjual tubuh'
Fiona tak membenci kedua orang tuanya, tapi ia juga tidak menyayangi keduanya. Kata-kata keluarga sudah mati sejak ia di lahirkan di dunia ini. Walaupun banyak orang yang menghinanya dan mengatakan kedua orang tuanya tak menyayangi Fiona, tapi Fiona yakin kedua orang tuanya menyayanginya dengan cara yang lain dari orang tua di luar sana.
Hingga saat dimana kedua orang tua Fiona meninggal di hari yang sama.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
inayah machmud
sangat miris hidup nya fiona. .. dia melakukan apa pun untuk bisa bertahan hidup. .. meski harus merendah kan diri nya, ,, tapi setidaknya dia tidak menjual kehormatannya. ..
2023-05-26
2
wulan komalasari
miris sekali hidup Fiona, semangat Fiona
2022-09-18
2