Alan kembali menghampiri Dini dan Abah di ruang tamu. Namun, Dini terbelalak melihat Alan. Tidak ada kata lain selain "tampan". Seakan Dini sedang melihat pangeran dari negeri dongeng. Alan yang sudah bersih dan rapi terlihat begitu berkharisma. Dini saja sampai menelan ludahnya melihat Alan.
Alan duduk di samping Dini. Dan itu membuat jantung Dini semakin tidak karuan. Dini benar-benar merasa aneh. Perasaan, saat bersama Wahyu jantungnya tidak gitu-gitu amat.
"Abah jadi bingung, mau manggil kamu siapa", ucap Abah yang tampak berpikir.
"Apakah kamu mau jika aku kasih nama baru?", tanya Dini agak serak.
Sepertinya kegugupan Dini telah membuat suaranya hilang. Dini berdehem untuk memulihkan suaranya lagi.
"Emangnya kamu mau kasih nama siapa Din?" tanya Abah yang penasaran.
Dini tampak berpikir, "Em, siapa ya Bah kira-kira. Oh, gimana kalau Tejo aja!"
"Uhuk.. uhuk...", Abah yang sedang minum menjadi terbatuk mendengar usulan dari Dini. "Tejo? Nama apa tuh?", tanya Abah yang ngeri mendengarnya.
"Ya, biar mudah di ingat aja Bah. Lagian nama Tejo bagus kok. Abah aja yang.. apa tuh namanya... em, le... lebay... Iya Abah lebay ih", oceh Dini.
"Apaan lebay? Sok anak gaul kamu. Dengar ya, kalau mau kasih nama itu yang bagus. Yang jelas artinya. Begitu!", Abah tidak mau kalah.
"Emang apa nama yang bagus?", Dini menantang Abah.
"Alexander, Fernandohose, Sergio.... ", belum lagi Abah selesai bicara.
Dini tertawa terbahak-bahak mendengar Abah menyebutkan nama-nama itu, "Emang artinya apa Bah? Ha.. ha.. ha... Abah sih kebanyakan nonton telenovela. Gak cocok kali Bah buat orang kampung kayak kita".
"Tapi keren kan namanya?", Abah tetap tidak mau kalah.
"Tejo aja Abah, artinya Cahaya. Abah pasti taulah", ucap Dini menggoda Abahnya.
Alan yang melihat mereka bertengkar dan tidak ada yang mau mengalah, hanya bisa tersenyum geli melihat keduanya. Ayah dan anak ini sungguh sangat lucu.
"Iya Abah, Tejo aja. Saya suka dengan nama itu", jawab Alan sambil tersenyum.
Dini mengangguk-angguk, lalu melipat tangannya di dada. Setelah itu ia memainkan alisnya pada Abah. Dinda merasa menang dari Abah.
"Dasar kamu ya", ucap Abah yang tersenyum lalu bangkit dari duduknya kemudian mengusap-usap kepala anaknya dan berlalu pergi.
"Abah mau kemana?", tanya Dini penasaran.
"Mau ke rumah mang joko, minta dia bantuin abah keluarin barang-barang di gudang. Kan mau di pakai untuk kamar Tejo", jawab Abah menghentikan langkahnya.
"Biar saya bantu saja Bah", sambung Tejo.
Namun, Abah tidak memperbolehkan dirinya banyak bergerak saat ini. Mengingat kondisi Tejo yang habis tenggelam.
Begitu juga dengan Dini, ia memperingatkan Tejo untuk tidak terlalu banyak bergerak dulu. Dini pamit ingin membantu Abahnya membersihkan gudang.
Mau bagaimana lagi, Tejo pun akhirnya hanya bisa duduk di teras melihat mereka membersihkan gudang tersebut. Tejo bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik. Mengingat dirinya yang hanyut dan hilang ingatan. Jika saja bukan Dini, apakah akan sama seperti ini nasibnya sekarang?
Tejo berpikir, apa yang akan ia lakukan ke depannya? Ingatan itu, apakah selamanya tetap hilang? Melihat kemesraan Dini dan Abah, apakah Tejo juga mempunyai keluarga yang hangat? Apakah dia tinggal di kampung atau di kota? Dan Tejo, apakah selamanya ia memakai nama tersebut? Atau mungkin dia punya nama lain yang dikenal banyak orang?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan di pikiran Tejo. Tapi, tidak ada satu pun yang bisa menjawabnya termasuk dirinya sendiri.
Emang datang menghampiri Tejo di teras sambil membawakan teh dan cemilan untuk mereka. Tejo memandang emak dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Karena Emak dan keluarganya telah berbaik hati menolongnya.
Emak pun tersenyum, "Emak juga ingin berterima kasih sama Nak Tejo. Melihat Dini sudah ceria lagi seperti biasanya. Sebelum ini ia sempat murung".
"Murung? Dini murung karena apa ya Mak kalau saya boleh tau?", tanya Tejo penasaran.
"Sebenarnya, hari ini hari pernikahan Wahyu dengan Bella. Wahyu itu adalah kekasih Dini sebelumnya. Dini tidak tau jika Wahyu telah di jodohkan. Makanya dia sangat sedih sampai menyendiri di sungai", Emak menjelaskan sambil memperhatikan Dini dari jauh.
Mendengar cerita dari Emak, ada rasa iba di hati Tejo terhadap Dini. Tejo melihat Dini yang begitu semangat membersihkan gudang bersama Abah dan mang Joko. Tejo menjadi penasaran pada Dini dan isi hatinya sekarang. Tidak bisa di pungkiri, hati Tejo telah terpikat pada Dini.
Setelah beberapa lama, Abah dan Mang Joko selesai mengeluarkan barang-barang dari gudang tersebut, dan menyimpannya di tempat lain. Abah mengajak Mang Joko untuk minum dan rehat sebentar. Namun, Mang Joko menolaknya dan bilang ingin melanjutkan pekerjaannya di peternakan.
Abah pun demikian, ia minum sebentar dan langsung pergi dengan sepeda motornya. Sekarang tinggallah Dini yang membersihkan gudang sendirian.
"Din, perlu bantuan nggak?", teriak Tejo yang kasihan melihat Dini bekerja sendirian.
"Nggak, udah kamu duduk santai aja di sana", jawab Dini yang sedang menyapu.
"Kalau begitu, kamu minum dulu. Nih, Emak dah nyiapin es teh sama gorengan", ucap Tejo lagi.
"Oh, ya?", Dini langsung berlari menuju teras dan meninggalkan pekerjaannya.
Dini cukup tergiur karena memang sedari pagi ia belum ada makan dan minum. Dini berada di samping pagar teras rumahnya. Dari situ ia melihat hidangan yang ada di meja. Tejo paham Dini sangat menginginkannya. Tejo pun menuangkan es teh ke dalam gelas dan memberikannya pada Dini.
Dengan cepat Dini langsung meminumnya. Setelah itu, Dini melihat ada risol dan bakwan sayur dan ia juga menginginkannya. Dini meminta Tejo untuk mengambilkannya. Namun, Tejo meminta Dini untuk duduk terlebih dahulu. Dini pun menuruti permintaan Tejo. Ia naik ke teras dan duduk bersama Tejo.
Saat Dini hendak mengambil risol, Tejo malah menyuruhnya untuk berhenti. Lalu Tejo mengambilkannya dan ingin menyuapkannya kepada Dini.
"Aku bisa makan sendiri kok", ucap Dini yang malu dengan perlakuan Tejo terhadap dirinya.
"Iya, aku tau. Tapi, kamu belum cuci tangan tadi. Pasti tangan kamu kotor habis membersihkan gudang. Nanti kamu sakit loh", jawab Tejo perhatian.
Lalu Tejo menyodorkan risol itu pada Dini. Dini ragu dan merasa malu. Tapi, dirinya sudah sangat menginginkan makanan itu. Dan akhirnya Dini membuka mulutnya memakan risol itu dari tangan Tejo.
Dini meminta separuhnya untuk ia makan sendiri, tapi Tejo tetap tidak membolehkannya. Dan menyodorkannya kembali pada Dini. Sambil tersenyum Dini melahap lagi risol itu dari tangan Tejo.
"Mau bakwannya juga?", tanya Tejo pada Dini.
Dini mengangguk. Tejo mengambil bakwan itu lalu menyuapkannya pada Dini. Akhirnya Dini terbiasa dengan perlakuan Tejo terhadap dirinya.
Tiba-tiba seorang pria datang ke rumah Dini. Ialah Wahyu mantan ke kasih Dini. Ia datang masih dengan jas pernikahannya. Wahyu melihat Dini yang sedang bahagia bersama seorang pria yang tidak dikenalnya. Wahyu melihat Dini sangat mesra dengan pria tersebut. Wahyu begitu cemburu melihat mereka. Ia pun merasa kecewa dengan Dini yang begitu mudahnya dekat dengan pria lain secepat itu. Wahyu pun mendatangi mereka.
"Apa-apan ini Din? Apakah secepat itu kamu melupakanku?", kata Wahyu agak marah.
Dini kaget melihat kedatangan Wahyu. Ia tidak menyangka Wahyu masih berani datang ke rumahnya setelah apa yang Wahyu lakukan terhadapnya.
"Kamu? Ngapain kamu ke sini. Pergilah! Aku tidak ingin orang-orang salah paham. Kamu sudah menjadi suami wanita lain, jadi aku mohon jangan dekati aku lagi", jawab Dini dengan tegas.
"Ya, aku paham kalau kamu bicara begitu. Karena kamu sudah mendapatkan penggantiku kan?", ucap Wahyu seperti merendahkan Dini.
"Dia adalah temanku. Kamu gak perlu mengurusi urusan kami. Pergilah dari sini sebelum orang-orang melihatmu dan membicarakan kita", Dini bersikeras untuk mengusir Wahyu.
"Ingat Din. Kisah kita belum berakhir. Aku akan terus mencintaimu dan akan mengintai kalian berdua. Aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain. Ingat itu Din!", jawab Wahyu tegas lalu pergi.
Dini merasa sangat kesal melihat sikap Wahyu. Untuk apa Wahyu mengatakan itu padanya. Seakan memberikan kesempatan lagi pada hatinya. Kini Dini kembali mengingat luka dihatinya. Ia pun kembali mengerjakan membersihkan gudang untuk menghilangkan rasa dongkol di hatinya.
Saat ini Tejo tidak ingin berkomentar apapun. Ia adalah orang asing di antara keluarga Dini. Ia juga tahu diri untuk tidak ikut campur dengan masalah yang di hadapi Dini sekarang ini. Tapi, Tejo berjanji pada dirinya akan membuat Dini melupakan cintanya kepada Wahyu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
AnnaMalik
Tejo gaktuh 😆😆😆
2022-11-07
0
muthia
satu kata buat Wahyu, egois
2022-09-11
1
R.F
lanjut
2022-09-08
0