Terbiasa Denganmu (Kisah Cinta CEO Amnesia)
Alan Mahendra adalah seorang CEO sebuah perusahaan Mebel ternama nomor satu se-Asia Tenggara. Ia mempunyai kekasih bernama Sonia. Tapi sayang Sonia tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua Alan. Karena Sonia tidak ingin buru-buru memiliki anak setelah menikah dengan Alan nantinya. Sebab ia masih nyaman di dunia kerjanya. Padahal kedua orang tua Alan sudah sangat menginginkan seorang cucu.
Walaupun Alan sudah memberikan penjelasan bahwa itu sudah menjadi kesepakatan mereka berdua, orang tua Alan tetap tidak setuju dengan keputusan kedua pasangan muda itu. Alan menjadi bingung harus dengan apalagi ia membuat kedua orang tuanya setuju.
Tok, tok, tok, Gilang mengetuk pintu ruangan Alan yang terbuka. Sudah 5 tahun Gilang bekerja di perusahaan keluarga Alan. Gilang terkenal dengan loyalitasnya. Alan sangat senang dengan semua yang dikerjakan Gilang. Gilang di tempatkan di bagian keuangan.
"Masuklah Gilang", ucap Alan.
Gilang masuk ke ruangan dengan membawa berkas-berkas yang diminta oleh Alan sebelumnya. Gilang duduk dihadapan Alan lalu memberikan berkas-berkas tersebut kepada Alan.
"Pak Alan kenapa? Soalnya wajah Bapak kelihatan muram", tanya Gilang penasaran.
"Tidak ada apa-apa Lang. Hanya masalah keluarga", jawab Alan sambil melihat berkas-berkas itu dan menandatanganinya. "Oh, iya Gilang. Kamu persiapkan diri ya. Sesuai janji saya, kamu akan menjadi GM di bagian keuangan".
Gilang sangat terkejut. Ia tidak menyangka Alan serius dengan ucapannya. Sungguh nikmat yang tiada terkira. Kerja kerasnya selama ini akhirnya mendapat apresiasi. Gilang sangat berterima kasih ke pada Alan yang selalu mempercayainya.
"Kamu pantas mendapatkannya pastikan kamu tidak mengecewakan saya!", lanjut Alan.
Tiga hari kemudian, resmilah Gilang menjadi GM (General Manager) keuangan di perusahaan Alan. Semua karyawan memakluminya karena memang Gilang layak di posisi tersebut.
Tapi tidak dengan Bobby yang tidak lain adalah kakak sepupu Alan. Mendengar Gilang naik jabatan, Bobby sangat tidak menyetujuinya. Bobby mendatangi ruangan Alan dan marah-marah kepadanya. Menurut Bobby, Alan harus berdiskusi dengannya terlebih dahulu sebagai direktur di perusahaan itu. Alan seakan-akan tidak menganggapnya sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Memutuskan hal itu dengan sepihak. Bobby menjelek-jelekkan sikap Alan sebagai seorang CEO di perusahaan itu.
Alan mencoba menjelaskan kepada Bobby jika Gilang sudah sepantasnya mendapatkan itu semua. Gilang bukan karyawan biasa. Gilang sudah membuktikan dirinya mampu menjadi karyawan terbaik di perusahaan itu. Bobby malah berkilah bahwa bukan masalah Gilang yang di pertanyakannya. Tapi, sikap Alan yang suka mengambil keputusan sendiri tanpa berdiskusi dulu dengan petinggi perusahaan lainnya itu yang Bobby tidak suka.
Sebenarnya, Bobby iri dengan Alan. Perusahaan itu adalah perusahaan keluarga. Bobby sudah lama memimpikan dirinya menjadi CEO. Tapi, harapan itu pupus semenjak Alan pulang dari luar negeri yang telah menyelesaikan perkuliahannya. Alan langsung diangkat menjadi CEO di perusahaan itu. Hal itu tidaklah adil bagi Bobby. Bobby perpikir ia lebih tua dan lebih berpengalaman dibandingkan Alan. Seharusnya dirinyalah yang lebih pantas mendapatkan kedudukan tersebut.
Alan tidak ingin ribut dengan Bobby terlebih ia sudah dianggap Alan seperti kakak kandungnya sendiri. Alan meminta maaf pada Bobby atas semua kesalahannya. Lain kali Alan akan berdiskusi dengannya terlebih dahulu jika ia ingin mengambil keputusan.
Bobby selalu merasa sangat jengah dengan sikap Alan yang selalu bertindak sesuka hatinya. Bobby merasa selalu tidak dianggap sebagai direktur di perusahaan itu. Mau seperti apapun Alan meminta maaf, hati Bobby sudah dipenuhi dendam dan kecemburuan terhadap Alan. Maaf dari Alan tidak akan menembus di hatinya. Ia tetap tidak suka pada Alan.
Lama kelamaan Bobby sudah tidak tahan lagi. Dirinya frustasi melihat Alan dengan segala kenikmatannya menjadi CEO. Ia akan merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Alan selamanya. Ya, bagi Bobby tidak ada waktu untuk menunggu lebih lama lagi. Bobby sangat haus akan kekayaan dan kejayaan. Lebih cepat ia menyingkirkan Alan lebih cepat pula ia mendapatkan yang dia inginkan.
Dan waktu itu pun tiba. Bobby membuat kerja sama palsu yang harus di ikuti oleh Alan. Bobby mengatakan kerjasama itu akan sangat menguntungkan untuk perusahaan.
"Alan, saya sudah mempelajari kerja sama ini. Kamu tidak perlu membacanya lagi. Ini akan membuang-buang waktu. Dan kita tidak punya banyak waktu lagi. Apa kamu tidak mempercayai ku sebagai direktur di sini?", Bobby mencoba mengintimidasi Alan.
"Tidak begitu Kak. Saya percaya kok sama Kak Bobby. Kak Bobby pasti juga menginginkan perusahaan ini terus maju", jawab Alan setuju walaupun ada sedikit keraguan di hatinya.
Ya, Alan percaya begitu saja dengan perkataan Bobby. Karena memang Alan tidak pernah berpikir buruk mengenai Bobby.
Keesokannya, Bobby ikut serta mengantar Alan sekaligus menjadi supir Alan untuk pertemuan fiktifnya. Bobby mengaku pertemuan mereka telah di atur di kota X. Dalam perjalan Alan masih belum menyadari kebohongan Bobby. Alan masih sibuk dengan gawainya. Ia tidak memperhatikan kemana Bobby membawanya.
Saat Alan sesekali melihat jalanan, ia sedikit aneh karena jalan yang di pilih Bobby bukan jalan yang biasa di lewati untuk ke kota X. Namun, Alan tetap belum curiga, ia mengira Bobby memotong jalan.
Tapi, lama-kelamaan Alan mulai curiga pada Bobby. Perasaan Alan, sudah dua jam mereka diperjalanan. Seharusnya, mereka sudah sampai di tujuan. Lalu Alan melihat maps di gawainya. Dan benar saja, mereka malah menjauh dari kota X.
"Kak, apa-apain ini? Mau kemana kita sebenarnya?" tanya Alan bingung.
"Saya ingin membawamu jauh dari kehidupanmu. Bila perlu kau menghilang untuk selamanya", jawab Bobby sambil tersenyum jahat.
"Apa maksudmu kak? Kamu ingin menyingkirkan ku", tanya Alan yang mulai emosi.
Bobby tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka bisa sampai titik ini untuk menyingkirkan Alan. Dari situ Bobby mengungkapkan kebenciannya pada Alan. Dan menginginkan posisi Alan saat ini. Perdebatan pun terjadi. Alan mempunyai ide untuk merekam semua percakapan mereka di gawainya sebagai bukti kejahatan Bobby.
"Saya perintahkan, cepat putar balik sekarang juga!", ucap Alan kepada Bobby yang menyetir.
"Siapa kamu berani memerintah ku!"
"Saya atasan anda! Sebaiknya anda menuruti perintah saya atau saya tidak segan-segan memecat anda!", Alan sudah di puncak kesabarannya.
"Atasan? Saya tidak pernah menganggap kamu sebagai atasan. Kamu hanya anak kecil yang beruntung saja. Saya lah yang pantas menjadi CEO di perusahaan itu dan sebentar lagi semua akan saya dapatkan!"
"Tidak! Saya tidak akan membiarkan itu terjadi!".
Tiba-tiba Bobby menghentikan mobilnya diatas sebuah jembatan yang di bawahnya terdapat jurang dan sungai yang dalam. Bobby memaksa Alan turun dari mobilnya. Dan terjadilah perkelahian.
Alan tidak terima di perlakukan sangat rendah pada Bobby. Alan pun membalas Bobby dengan meninju wajah Bobby. Hal itu membuat Bobby semakin murka. Bobby berhasil mencengkram leher Alan lalu ia mendorong Alan ke pagar batas jembatan tersebut.
Separuh badan Alan sudah melewati pagar itu, namun Alan tetap berusaha melawan Bobby. Alan berhasil menendang Bobby. Alan bisa terlepas dari Bobby. Alan semakin terbawa emosi. Ia tidak memikirkan lagi siapa Bobby di keluarganya. Ia ingin Bobby tahu jika ia juga bisa bermain-main dengannya.
Alan ingin menendang Bobby tapi, ternyata Bobby bisa mengelak dan badan Alan menjadi tidak seimbang sehingga terbentur pagar jembatan. Bobby melihat itu, dan merasa inilah kesempatannya. Bobby berlari ke arah Alan lalu mendorongnya.
Bobby sudah bertekad kuat untuk menyingkirkan Alan. Dan pada akhirnya Alan kalah dan terjatuh kedalam sungai yang dalam itu. Bobby tidak mengetahui jika Alan sempat merekam pembicaraan mereka. Tapi, sayangnya ponsel Alan telah terjatuh ke dalam jurang itu juga saat perkelahian mereka tadi.
Bobby melihat ke bawah jembatan memastikan Alan benar-benar sudah musnah dari kehidupannya. Bobby begitu senang rencananya telah berhasil untuk menyingkirkan Alan. Sedikit lagi keinginannya akan segera terwujud.
Lalu mobil Alan di bawa Bobby ke tempat lain. Ia memeriksa mobil tersebut untuk memastikan tidak ada barang-barang bukti yang akan tertuju padanya. Ia sedikit memanipulasi rem mobil Alan dan setelah itu ia dorong ke sebuah jurang di tempat lain yang jauh dari lokasi Alan terjatuh. Seolah-olah itu adalah murni kecelakaan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
love more
mampir dl
2022-11-07
2
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
Ga suka sama sifatnya si Bobby
2022-10-25
1
Senajudifa
itulh kalau manusia dikuasai iri dengki
2022-10-03
1