Bab 5. Pekanan

Tejo sangat bosan berada di rumah. Sesekali ia ingin ikut dengan Dini. Karena kondisi Tejo sudah lebih baik.

"Ayolah Din, boleh ya", pinta Tejo dengan wajah melasnya.

Tejo terus mengikuti kemana Dini melangkah sambil memohon padanya. Bukan tanpa alasan Dini tidak mengizinkan Tejo keluar rumah. Dini masih takut kondisi Tejo masih belum stabil.

"Din, percaya deh. Aku nggak apa-apa. Aku udah minum obat, minum jamu dari emak, jadi kurang apalagi? Aku udah sehat Dini", Tejo terus meyakinkan Dini.

Dini pusing mendengar Tejo yang terus berbicara memohon padanya. Dini pun mengalah. Dan Dini akhirnya mengizinkan Tejo untuk keluar rumah ikut bersamanya.

Tejo sangat kegirangan dan tidak sabar untuk melihat dunia luar. Sampai langsung menarik tangan Dini sambil berlari.

"Tejo! Pelan-pelan!", bentak Dini karena ia hampir tersandung karena berlari mengikuti Tejo.

"Hehehe maaf", ucap Tejo.

Mereka pun jalan dengan santai. Sebenarnya ada rasa aneh yang dirasakan mereka berdua. Seperti ada daya tarik magnet yang membuat mereka ingin selalu dekat.

"Nak Dini?", sapa seorang warga yang bertemu mereka di jalan. "Mau kemana?"

"Mau ke pekanan Bu. Soalnya teman saya ini katanya pengen jalan-jalan", jawab Dini sambil tersenyum ramah.

"Oh, ini teman kamu yang hanyut hari itu ya?" tanya lagi.

Karena mendengar pembicaraan tentang Tejo yang hanyut, warga yang sedang berada di halaman rumah mereka dan yang melintasi mereka, juga ikut nimbrung. Mereka ingin tahu siapa pria yang di tolong Dini waktu itu.

Tejo mengulurkan tangannya pada salah seorang warga, "Saya Tejo". Lalu ibu itu pun membalas Tejo sembari mengatakan namanya juga. Tejo memperkenalkan dirinya kepada setiap orang yang menghampirinya. Dan warga desa juga senang menyambut Tejo. Begitu juga dengan Dini, ia senang melihat Tejo yang cepat akrab kepada warga desa.

"Tapi, katanya kamu ilang ingatan. Kok bisa ingat nama kamu?", tanya salah seorang warga lagi.

"Sebenarnya, Tejo ini nama pemberian dari Dini", jawab Tejo.

Mereka semua mengangguk, paham dengan kondisi Tejo. Dan akhirnya mereka bubar, sudah puas dengan rasa penasaran mereka. Dini dan Tejo kembali berjalan menuju pekanan.

"Em Din, pekanan itu apa ya?", tanya Tejo yang sedari tadi penasaran dengan pekanan yang tidak ia mengerti.

"Pekanan itu seperti pasar. Tempat terjadinya jual beli. Tapi, adanya hanya di hari tertentu dan hanya ada sekali dalam seminggu. Kadang-kadang ada juga yang menyebutkan pekanan itu memakai nama hari. Misalnya selasaan, atau rabuan, gitu", jelas Dini kepada Tejo.

Tejo mengangguk-angguk paham dengan apa yang Dini jelaskan. Tidak lama kemudian, sampailah mereka ke tempat yang dari tadi mereka tuju.

Itu diluar ekspetasi Tejo. Pekanan itu sangat ramai. Bukan hanya menjual pakaian dan bahan makanan. Tapi, pedagang yang menjual jajanan juga banyak.

Tejo mengikuti Dini yang singgah di lapak baju-baju pria. Dini mengambil satu kaos berwarna hitam lalu ia cocokkan ke badan Tejo. Dini berniat membelikan Tejo baju. Mengingat Tejo tidak punya bajunya sendiri. Ia hanya memakai baju Abah yang sudah lama tidak di pakai.

Tejo melihat sebuah topi pantai di dekatnya. Kemudian dia ambil dan dia letakkan di kepala Dini. Lalu, Tejo melihat ada tumpukkan balok-balok kecil yang bertuliskan huruf yang biasa dipakai untuk gelang.

Tejo pun meminta si pedagang untuk merangkai gelang dengan nama Tejo dan Dini. Tejo ingin memberikan gelang itu pada Dini juga. Namun, ia bingung harus dengan apa ia membayarnya. Ia tidak punya uang sama sekali. Yang ia miliki itu hanyalah jam tangan di pakainya.

Tejo pun memohon kepada si pedagang agar mau barter dengan jam tangannya. Karena melihat jam tangan yang begitu bagus, pedagang itu pun menyetujui usulan Tejo.

Saat sudah selesai, Tejo begitu senang. Ia langsung memberikannya pada Dini dan memakaikannya di tangan Dini.

"Apa ini Jo?", tanya Dini bingung.

"Sebagai tanda pertemanan kita. Nih, aku juga pakai", jawab Tejo sambil menunjukkan gelang yang ia pakai.

Dini sangat senang dengan sikap Tejo yang sangat manis menurutnya. Lalu, Tejo mencium aroma yang sangat enak sampai-sampai air liurnya hampir menetes.

"Eh Din, ini wangi apaan ya? Kok kayaknya enak banget", tanya Tejo yang terus mengendus-ngendus mencium aroma tersebut.

"Ini tuh wangi baksonya kang Ucup. Kenapa? Kamu mau?", tanya Dini yang melihat Tejo sudah seperti kucing yang sedang mengendus bau ikan.

Tejo menganggukkan kepalanya. Ia memang ingin sekali makanan itu. Lalu, Dini pun mengajaknya ke lapak Kang Ucup. Dini memesan bakso untuk mereka berdua.

Tejo memakan mie ayam itu sangat lahap. Ia begitu menyukai rasanya. Rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sampai-sampai ia minta tambah satu mangkuk lagi. Dini hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tejo.

Lalu, tiba-tiba lewat seorang anak perempuan masih kecil menangis mencari ibunya. Dini mengenal anak itu. Tejo yang merasa kasihan mencoba menenangkan anak itu dengan penuh kasih sayang.

Sesaat Tejo seperti ingat sesuatu. Di dalam benaknya terdapat bayangan anak-anak yang sedang bermain dengannya. Tapi, Tejo tidak tahu itu siapa.

"Ada apa Jo?", tanya Dini yang melihat Tejo sedikit aneh.

"Dalam bayanganku, aku sedang bermain dengan anak-anak", jawab Tejo sambil menutup matanya.

"Mungkin, kamu telah memiliki anak", tebak Dini.

Tapi, jika benar Tejo telah mempunyai anak, itu tandanya Tejo telah berkeluarga. Dan itu akan menghancurkan hati Dini. Maka Dini telah terluka untuk kedua kalinya.

"Sepertinya bukan anak-anakku Din. Karena jumlah mereka banyak lebih dari lima orang", jawab Tejo lagi.

Syukurlah, ucap Dini dalam hati. Dini merasa lega jika memang Tejo belum berkeluarga. Duh, apaan sih aku? Kok mikirnya gitu sih? Batin Dini.

Tejo masih saja berusaha mengingat masa lalunya. Dan tiba-tiba Tejo merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya.

"Aaargghh".

"Tejo, kamu kenapa?".

Dini menjadi khawatir. Tejo mencoba mengendalikan pikirannya.

"Aku nggak apa-apa Din. Kamu tenang aja", jawab Beno sambil menarik napas dalam-dalam.

"Nggak apa-apa gimana? Wajah kamu aja pucat gitu. Kan aku bilang juga apa. Kamu jangan ikut tapi ngeyel sih.....", celoteh Dini yang kesal pada Tejo.

"Din, stop. Aku beneran gak apa-apa", ucap Tejo untuk meyakinkan Dini.

Anak kecil yang sedari tadi bersama mereka pun menjadi keheranan melihat Tejo yang kesakitan. Dini menjadi teringat dengan Bunga, si anak kecil itu.

Dini pun menelepon ibu dari Bunga. Kebetulan, ibunya adalah pekerja di kebun Abah. Makanya Dini kenal dengan keluarga Bunga. Saat itu Dini menjelaskan kejadian yang dialami oleh Bunga. Dan benar saja Ibunya juga sedang mencari Bunga yang sempat terpisah saat di Pekanan.

"Ya, sudah jangan khawatir lagi ya Bulek. Bunga aman kok. Nanti saya antar", ucap Dini berjanji lalu mematikan panggilannya.

***

Episodes
1 Bab 1. Menyingkirkan Alan
2 Bab 2. Menemukan Jasad
3 Bab 3. Lupa Ingatan
4 Bab 4. Tejo
5 Bab 5. Pekanan
6 Bab 6. Kisah Dini dan Wahyu
7 Bab 7. Nasi Goreng dan Tikus
8 Bab 8. Peternakan dan Perkebunan
9 Bab 9. Kecemburuan Wahyu
10 Bab 10. “Klik”
11 Bab. 11 Mengakhiri Kesedihan
12 Bab 12. Cemburu
13 Bab 13. Kesedihan Bella
14 Bab 14. Meyakinkan Dini
15 Bab 15. Kesempatan
16 Bab 16. Orang Asing
17 Bab 17. Menjadi Orang ke Tiga
18 Bab 18. Bobby Pengganti Alan
19 Bab 19. Ciuman Pertama
20 Bab 20. Aku Tidak Gila
21 Bab 21. Bernama Alan
22 Bab 22. Takdir Allah
23 Bab 23. Jangan Pisahkan Kami, Ayah
24 Bab 24. Gilang di Pecat
25 Bab 25. Pertemuan Gilang dan Alan
26 Bab 26. Belum Menikah
27 Bab 27. Takut di Suntik
28 Bab 28. Pulanglah
29 Bab 29. Pulanglah 2
30 Bab 30. Malam Terakhir
31 Bab 31. Saling Merindu
32 Bab 32. Tidak Adil Bagi Bobby
33 Bab 33. Bertemu Kembali
34 Bab 34. Dini Bertemu Dengan Alan
35 Bab 35. Seminggu Lagi
36 Bab 36. Kehamilan Bella
37 Bab 37 Ijab Qobul
38 Bab 38. Kepergian Dini, Kedatangan Dini
39 Bab 39. Jebol
40 Bab 40. Itu Beneran Alan?
41 Bab 41. Surat Undangan untuk Sonia.
42 Bab 42. Cinta Pada Pandangan Pertama
43 Bab 43. Gaun Pernikahan
44 Bab 44. Tanda Hamil
45 Bab 45. Pesta Pernikahan
46 Bab 46 Tragedi Terulang Kembali
47 Bab 47. Ingatan Lama Telah Kembali
48 Bab 48. Tidak Sudi Sekamar Denganmu
49 Bab 49. Pakaian Kerja
50 Bab 50. Terbiasa Denganmu (End)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1. Menyingkirkan Alan
2
Bab 2. Menemukan Jasad
3
Bab 3. Lupa Ingatan
4
Bab 4. Tejo
5
Bab 5. Pekanan
6
Bab 6. Kisah Dini dan Wahyu
7
Bab 7. Nasi Goreng dan Tikus
8
Bab 8. Peternakan dan Perkebunan
9
Bab 9. Kecemburuan Wahyu
10
Bab 10. “Klik”
11
Bab. 11 Mengakhiri Kesedihan
12
Bab 12. Cemburu
13
Bab 13. Kesedihan Bella
14
Bab 14. Meyakinkan Dini
15
Bab 15. Kesempatan
16
Bab 16. Orang Asing
17
Bab 17. Menjadi Orang ke Tiga
18
Bab 18. Bobby Pengganti Alan
19
Bab 19. Ciuman Pertama
20
Bab 20. Aku Tidak Gila
21
Bab 21. Bernama Alan
22
Bab 22. Takdir Allah
23
Bab 23. Jangan Pisahkan Kami, Ayah
24
Bab 24. Gilang di Pecat
25
Bab 25. Pertemuan Gilang dan Alan
26
Bab 26. Belum Menikah
27
Bab 27. Takut di Suntik
28
Bab 28. Pulanglah
29
Bab 29. Pulanglah 2
30
Bab 30. Malam Terakhir
31
Bab 31. Saling Merindu
32
Bab 32. Tidak Adil Bagi Bobby
33
Bab 33. Bertemu Kembali
34
Bab 34. Dini Bertemu Dengan Alan
35
Bab 35. Seminggu Lagi
36
Bab 36. Kehamilan Bella
37
Bab 37 Ijab Qobul
38
Bab 38. Kepergian Dini, Kedatangan Dini
39
Bab 39. Jebol
40
Bab 40. Itu Beneran Alan?
41
Bab 41. Surat Undangan untuk Sonia.
42
Bab 42. Cinta Pada Pandangan Pertama
43
Bab 43. Gaun Pernikahan
44
Bab 44. Tanda Hamil
45
Bab 45. Pesta Pernikahan
46
Bab 46 Tragedi Terulang Kembali
47
Bab 47. Ingatan Lama Telah Kembali
48
Bab 48. Tidak Sudi Sekamar Denganmu
49
Bab 49. Pakaian Kerja
50
Bab 50. Terbiasa Denganmu (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!