Bab 3. Lupa Ingatan

Dini membawa Alan pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya, emak dan Abah nya kaget melihat Dini membawa seorang pria.

"Din, siapa dia?", tanya Abah.

"Tolongin dulu Bah, nanti Dini ceritain", pinta Dini.

Abah pun membantu Dini, dan membawa Alan masuk ke rumah lalu merebahkannya di sofa. Alan sepertinya sudah pingsan lagi saat di jalan.

Setelah itu, Dini pun menceritakan semua kejadiannya dimana ia menemukan Alan yang hanyut di sungai. Sarah, emak Dini melihat ada luka lebam yang cukup lebar di dahi Alan. Ia pun sangat iba melihat kondisi pria yang ada di hadapannya.

"Din, ambil air dingin dan kompres luka lebamnya, sekalian ambil salep buat ngobatin lebamnya", ucap Sarah menyuruh Dini.

Dini pun segera mengambil air dingin dan obat salep seperti yang diperintahkan emaknya. Setelah itu, Dini dengan hati-hati mengompres Alan. Lalu, tiba-tiba Alan mulai sadar dan merintih kesakitan.

"Syukur lah, kamu sudah sadar lagi", ucap Dini lega.

Abah membantu Alan untuk duduk. Lalu, Emak pergi ke dapur ingin membuatkan teh untuk Alan. Alan pun kembali bingung karena dia sudah berada di dalam sebuah rumah.

"Dimana saya?", tanya Alan bingung.

"Nak, kamu di rumah saya", jawab Abah.

"Siapa kalian?", tanya Alan lagi begitu melihat kedua orang asing di hadapannya.

"Mereka orang tua saya", jawab Dini yang sedang duduk di samping Alan.

Lalu Alan menoleh pada Dini. Ia ingat wanita itulah yang memberikan pertolongan padanya tadi. Alan melihat Dini yang sedang tersenyum padanya. Manis, manis sekali senyumannya, begitulah hati Alan berkata.

Sebuah senyuman yang membuat hati Alan terasa hangat. Sebuah senyuman yang langsung menenangkan hati Alan. Ada rasa ketertarikan pada Alan terhadap Dini saat itu.

Emak datang membawakan secangkir teh untuk Alan. Emak menyuruh Alan untuk segera meminum teh itu, agar Alan lebih rileks.

"Oh, ya kamu tinggal dimana? Dan kenapa bisa sampai hanyut di sungai?", tanya Dini.

Mendengar pertanyaan Dini, Alan menjadi bingung. Dahinya berkerut, memaksa isi kepalanya untuk mengingat sesuatu. Namun, semakin Alan keras mencoba, ingatan itu semakin sulit digapainya.

Alan heran mengapa satu pun tidak ada yang melekat di pikirannya. Dini bilang ia hanyut di sungai. Bagaimana itu bisa terjadi? Alan sama sekali tidak mengerti.

Walaupun Alan mencoba mengingat lagi, yang di ingatan pertamanya adalah Dini yang menolongnya tadi. Tiba-tiba Alan merasa kepalanya berdenyut saat kuat seperti balon yang di tiup dan akan segera meletus. Alan merintih sambil memegang kepala bagian belakangnya.

"Kamu kenapa?", tanya Dini yang khawatir melihat pria di hadapannya kesakitan.

Alan menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin melihat Dini khawatir terhadapnya, "Maaf Din, sepertinya saya tidak bisa menjawab pertanyaan kamu tadi".

"Oke, kalau begitu boleh kami tahu nama kamu siapa?", tanya Dini yang penasaran dan ingin memastikan sesuatu.

Ya, Dini sedikit heran dengan sikap Alan. Pria yang di hadapannya itu tampak linglung. Apalagi ia tidak bisa menjawab mengapa dia bisa hanyut di sungai dan dari mana asalnya. Dini sudah menduga-duga bahwa pria yang dihadapannya ini telah hilang ingatan. Dan satu pertanyaan lagi jika ia tidak bisa menjawabnya berarti dugaan Dini memang benar.

Dan lagi-lagi Alan merasakan pusing dan denyut yang luar biasa di kepalanya. Alan merintih kesakitan sambil memegang kepalanya. Dini dan kedua orang tuanya menjadi semakin panik melihat Alan yang kesakitan seperti itu semacam orang kesurupan.

"Kepala saya sakit jika saya mengingat sesuatu", ucap Alan yang masih memegangi kepalanya.

"Ya sudah, kalau begitu jangan dipaksa ya", jawab Dini.

"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mengingat namaku?", ucap Alan bingung dan sedih.

"Sepertinya kamu kehilangan ingatanmu. Mungkin karena kepala kamu terbentur bebatuan di sungai", jelas Dini.

Alan tampak berpikir. Mungkin yang dikatakan Dini itu benar. Ia telah hilang ingatan. Sedikit pun tidak ada yang membekas di pikiran Alan.

"Mak, Abah, kayaknya kita harus memeriksakan kondisi kepalanya deh. Takutnya ada apa-apa. Mana dia lupa ingatan", usul Dini.

"Abah sih setuju, tapi rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap belum ada di kota kita. Kita mesti keluar kota lagi. Kamu ingatkan mbok Sri, ujung-ujungnya di rujuk ke rumah sakit di luar kota", jelas Abah.

"Emangnya tidak bisa di usahakan Bah? Kasihan lihat dia seperti itu", sambung Emak.

"Bisa, tapi mungkin lusa Abah bisa mengantarnya".

Dini menatap sendu wajah Alan. Dini tidak sampai hati melihat kondisi pria dihadapannya. Ia khawatir sesuatu buruk akan terjadi padanya.

Alan pun berbalik menatap Dini yang sedang melihatnya. Dini memberikan senyuman pada Alan. Sebuah senyuman yang mengatakan bahwa Alan akan baik-baik saja. Alan pun membalas tersenyum pada Dini.

Mungkin setelah melihat senyuman Dini, Alan menjadi tenang. Namun, berbeda dengan hati Dini. Hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dini menutupi kegugupannya dengan memalingkan wajahnya.

Ya Allah, Aku kenapa ya? Kok jadi salah tingkah gini sih? Ya Allah kenapa engkau mengirimkan satu makhluk tampan ini di hadapan hamba? Mana senyumnya manis banget lagi, kata Dini dalam hati.

Ya, mungkin memang ini sudah menjadi takdir Dini dan Alan. Mereka berdua memiliki konflik dalam percintaan mereka. Dini yang di tinggal menikah oleh Wahyu. Lalu, Alan yang hubungannya bersama Sonia tidak direstui oleh kedua orang tuanya.

"Pak, Bu, sepertinya tidak perlu repot-repot ke rumah sakit. Saya merasa baik-baik aja kok. Jika saya tidak mencoba mengingat masa lalu saya, kepala saya tidak akan sakit", pinta Alan.

"Gak bisa gitu dong. Biar bagaimana pun, kita harus memeriksakan.... ", Dini belum selesai bicara.

"Din, aku gak apa-apa. Tidak ada yang perlu di khawatirkan", potong Alan yang melihat Dini tampak mengkhawatirkannya.

Akhirnya, mereka pun menuruti keinginan Alan. Emak menyuruh Alan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Alan pun menuruti perintah emak.

Lalu, emak pergi ke kamar mencari baju Abah yang cocok untuk dipakai oleh Alan. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara yang mengucapkan salam di depan rumah mereka. Abah pun membalas salam dan keluar untuk melihatnya.

"Ada apa ini ramai-ramai?", tanya Abah bingung.

"Maaf Abah, tadi kami melihat Nak Dini membawa seorang pria. Kami cuma ingin tahu siapa pria itu", tanya Edi salah seorang warga desa dengan sopan.

Lalu Abah memanggil Dini keluar untuk menjelaskan kepada warga desa. Abah sengaja menyuruh Dini yang menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman. Karena Dini lah yang dipertanyakan warga desa. Jadi, Dini harus menjelaskannya sendiri.

Dini pun bersedia menjelaskan siapa pria yang di bawanya tadi. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia menemukannya di sungai sampai ia membawanya ke rumah. Dan tidak lupa pula Dini memberitahukan tentang amnesianya.

"Kenapa Nak Dini ke sungai itu? Bukannya sudah dilarang untuk ke sana?" tanya Pak Edi.

"Maaf Pak, tapi saya nggak apa-apa kok. Lagi pula mungkin memang sudah diatur kan pak, kalau tidak, mungkin teman saya itu tidak terselamatkan", jelas Dini.

"Syukurlah kalau Nak Dini tidak apa-apa. Lalu apakah dia perlu di bawa ke rumah sakit?", tanya pak Edi lagi.

"Sepertinya keadaannya baik-baik saja Pak. Dia tidak mau merepotkan kami katanya".

"Baik sekali dia masih memikirkan orang lain. Tapi, apakah dia akan tinggal di sini?".

"Karena Pak Edi menanyakan hal itu, saya sekalian ingin meminta izin pada bapak-bapak dan ibu-ibu agar pria itu tinggal di sini".

"Tadi sempat kami bicarakan. Jika tinggal serumah dengan Nak Dini, kami tidak setuju. Maaf, takutnya terjadi fitnah".

Abah dan Dini paham dengan pemikiran warga desa. Lalu Abah mempunyai ide.

"Bagaimana jika pria itu tinggal di gudang samping rumah saya itu? Gudang itukan terpisah dengan rumah saya. Tapi, tetap makan dan mandi di rumah saya. Atau dari kalian ada yang bersedia membantu pria itu?", ucap Abah.

Para warga saling memandang. Tidak ada dari mereka yang bisa membantu pria itu. Bukan hanya tidak memiliki tempat untuk menampungnya tapi juga karena keadaan ekonomi mereka.

Dan pada akhirnya warga Desa setuju dengan usul Abah. Kini Dini merasa lega karena ia bisa membantu pria itu. Lagi pula entah mengapa rasanya ia tidak rela jika pria itu jauh darinya.

***

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

cepat jg dini jatuh hati

2022-10-03

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Hwaiting Kk
Udh Ry Favorite
Time Travel Lia mampir

2022-09-16

0

Indah MB

Indah MB

semangat juga untuk kakak... salam kenal juga

2022-09-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menyingkirkan Alan
2 Bab 2. Menemukan Jasad
3 Bab 3. Lupa Ingatan
4 Bab 4. Tejo
5 Bab 5. Pekanan
6 Bab 6. Kisah Dini dan Wahyu
7 Bab 7. Nasi Goreng dan Tikus
8 Bab 8. Peternakan dan Perkebunan
9 Bab 9. Kecemburuan Wahyu
10 Bab 10. “Klik”
11 Bab. 11 Mengakhiri Kesedihan
12 Bab 12. Cemburu
13 Bab 13. Kesedihan Bella
14 Bab 14. Meyakinkan Dini
15 Bab 15. Kesempatan
16 Bab 16. Orang Asing
17 Bab 17. Menjadi Orang ke Tiga
18 Bab 18. Bobby Pengganti Alan
19 Bab 19. Ciuman Pertama
20 Bab 20. Aku Tidak Gila
21 Bab 21. Bernama Alan
22 Bab 22. Takdir Allah
23 Bab 23. Jangan Pisahkan Kami, Ayah
24 Bab 24. Gilang di Pecat
25 Bab 25. Pertemuan Gilang dan Alan
26 Bab 26. Belum Menikah
27 Bab 27. Takut di Suntik
28 Bab 28. Pulanglah
29 Bab 29. Pulanglah 2
30 Bab 30. Malam Terakhir
31 Bab 31. Saling Merindu
32 Bab 32. Tidak Adil Bagi Bobby
33 Bab 33. Bertemu Kembali
34 Bab 34. Dini Bertemu Dengan Alan
35 Bab 35. Seminggu Lagi
36 Bab 36. Kehamilan Bella
37 Bab 37 Ijab Qobul
38 Bab 38. Kepergian Dini, Kedatangan Dini
39 Bab 39. Jebol
40 Bab 40. Itu Beneran Alan?
41 Bab 41. Surat Undangan untuk Sonia.
42 Bab 42. Cinta Pada Pandangan Pertama
43 Bab 43. Gaun Pernikahan
44 Bab 44. Tanda Hamil
45 Bab 45. Pesta Pernikahan
46 Bab 46 Tragedi Terulang Kembali
47 Bab 47. Ingatan Lama Telah Kembali
48 Bab 48. Tidak Sudi Sekamar Denganmu
49 Bab 49. Pakaian Kerja
50 Bab 50. Terbiasa Denganmu (End)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1. Menyingkirkan Alan
2
Bab 2. Menemukan Jasad
3
Bab 3. Lupa Ingatan
4
Bab 4. Tejo
5
Bab 5. Pekanan
6
Bab 6. Kisah Dini dan Wahyu
7
Bab 7. Nasi Goreng dan Tikus
8
Bab 8. Peternakan dan Perkebunan
9
Bab 9. Kecemburuan Wahyu
10
Bab 10. “Klik”
11
Bab. 11 Mengakhiri Kesedihan
12
Bab 12. Cemburu
13
Bab 13. Kesedihan Bella
14
Bab 14. Meyakinkan Dini
15
Bab 15. Kesempatan
16
Bab 16. Orang Asing
17
Bab 17. Menjadi Orang ke Tiga
18
Bab 18. Bobby Pengganti Alan
19
Bab 19. Ciuman Pertama
20
Bab 20. Aku Tidak Gila
21
Bab 21. Bernama Alan
22
Bab 22. Takdir Allah
23
Bab 23. Jangan Pisahkan Kami, Ayah
24
Bab 24. Gilang di Pecat
25
Bab 25. Pertemuan Gilang dan Alan
26
Bab 26. Belum Menikah
27
Bab 27. Takut di Suntik
28
Bab 28. Pulanglah
29
Bab 29. Pulanglah 2
30
Bab 30. Malam Terakhir
31
Bab 31. Saling Merindu
32
Bab 32. Tidak Adil Bagi Bobby
33
Bab 33. Bertemu Kembali
34
Bab 34. Dini Bertemu Dengan Alan
35
Bab 35. Seminggu Lagi
36
Bab 36. Kehamilan Bella
37
Bab 37 Ijab Qobul
38
Bab 38. Kepergian Dini, Kedatangan Dini
39
Bab 39. Jebol
40
Bab 40. Itu Beneran Alan?
41
Bab 41. Surat Undangan untuk Sonia.
42
Bab 42. Cinta Pada Pandangan Pertama
43
Bab 43. Gaun Pernikahan
44
Bab 44. Tanda Hamil
45
Bab 45. Pesta Pernikahan
46
Bab 46 Tragedi Terulang Kembali
47
Bab 47. Ingatan Lama Telah Kembali
48
Bab 48. Tidak Sudi Sekamar Denganmu
49
Bab 49. Pakaian Kerja
50
Bab 50. Terbiasa Denganmu (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!