Dini membawa Alan pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya, emak dan Abah nya kaget melihat Dini membawa seorang pria.
"Din, siapa dia?", tanya Abah.
"Tolongin dulu Bah, nanti Dini ceritain", pinta Dini.
Abah pun membantu Dini, dan membawa Alan masuk ke rumah lalu merebahkannya di sofa. Alan sepertinya sudah pingsan lagi saat di jalan.
Setelah itu, Dini pun menceritakan semua kejadiannya dimana ia menemukan Alan yang hanyut di sungai. Sarah, emak Dini melihat ada luka lebam yang cukup lebar di dahi Alan. Ia pun sangat iba melihat kondisi pria yang ada di hadapannya.
"Din, ambil air dingin dan kompres luka lebamnya, sekalian ambil salep buat ngobatin lebamnya", ucap Sarah menyuruh Dini.
Dini pun segera mengambil air dingin dan obat salep seperti yang diperintahkan emaknya. Setelah itu, Dini dengan hati-hati mengompres Alan. Lalu, tiba-tiba Alan mulai sadar dan merintih kesakitan.
"Syukur lah, kamu sudah sadar lagi", ucap Dini lega.
Abah membantu Alan untuk duduk. Lalu, Emak pergi ke dapur ingin membuatkan teh untuk Alan. Alan pun kembali bingung karena dia sudah berada di dalam sebuah rumah.
"Dimana saya?", tanya Alan bingung.
"Nak, kamu di rumah saya", jawab Abah.
"Siapa kalian?", tanya Alan lagi begitu melihat kedua orang asing di hadapannya.
"Mereka orang tua saya", jawab Dini yang sedang duduk di samping Alan.
Lalu Alan menoleh pada Dini. Ia ingat wanita itulah yang memberikan pertolongan padanya tadi. Alan melihat Dini yang sedang tersenyum padanya. Manis, manis sekali senyumannya, begitulah hati Alan berkata.
Sebuah senyuman yang membuat hati Alan terasa hangat. Sebuah senyuman yang langsung menenangkan hati Alan. Ada rasa ketertarikan pada Alan terhadap Dini saat itu.
Emak datang membawakan secangkir teh untuk Alan. Emak menyuruh Alan untuk segera meminum teh itu, agar Alan lebih rileks.
"Oh, ya kamu tinggal dimana? Dan kenapa bisa sampai hanyut di sungai?", tanya Dini.
Mendengar pertanyaan Dini, Alan menjadi bingung. Dahinya berkerut, memaksa isi kepalanya untuk mengingat sesuatu. Namun, semakin Alan keras mencoba, ingatan itu semakin sulit digapainya.
Alan heran mengapa satu pun tidak ada yang melekat di pikirannya. Dini bilang ia hanyut di sungai. Bagaimana itu bisa terjadi? Alan sama sekali tidak mengerti.
Walaupun Alan mencoba mengingat lagi, yang di ingatan pertamanya adalah Dini yang menolongnya tadi. Tiba-tiba Alan merasa kepalanya berdenyut saat kuat seperti balon yang di tiup dan akan segera meletus. Alan merintih sambil memegang kepala bagian belakangnya.
"Kamu kenapa?", tanya Dini yang khawatir melihat pria di hadapannya kesakitan.
Alan menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin melihat Dini khawatir terhadapnya, "Maaf Din, sepertinya saya tidak bisa menjawab pertanyaan kamu tadi".
"Oke, kalau begitu boleh kami tahu nama kamu siapa?", tanya Dini yang penasaran dan ingin memastikan sesuatu.
Ya, Dini sedikit heran dengan sikap Alan. Pria yang di hadapannya itu tampak linglung. Apalagi ia tidak bisa menjawab mengapa dia bisa hanyut di sungai dan dari mana asalnya. Dini sudah menduga-duga bahwa pria yang dihadapannya ini telah hilang ingatan. Dan satu pertanyaan lagi jika ia tidak bisa menjawabnya berarti dugaan Dini memang benar.
Dan lagi-lagi Alan merasakan pusing dan denyut yang luar biasa di kepalanya. Alan merintih kesakitan sambil memegang kepalanya. Dini dan kedua orang tuanya menjadi semakin panik melihat Alan yang kesakitan seperti itu semacam orang kesurupan.
"Kepala saya sakit jika saya mengingat sesuatu", ucap Alan yang masih memegangi kepalanya.
"Ya sudah, kalau begitu jangan dipaksa ya", jawab Dini.
"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mengingat namaku?", ucap Alan bingung dan sedih.
"Sepertinya kamu kehilangan ingatanmu. Mungkin karena kepala kamu terbentur bebatuan di sungai", jelas Dini.
Alan tampak berpikir. Mungkin yang dikatakan Dini itu benar. Ia telah hilang ingatan. Sedikit pun tidak ada yang membekas di pikiran Alan.
"Mak, Abah, kayaknya kita harus memeriksakan kondisi kepalanya deh. Takutnya ada apa-apa. Mana dia lupa ingatan", usul Dini.
"Abah sih setuju, tapi rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap belum ada di kota kita. Kita mesti keluar kota lagi. Kamu ingatkan mbok Sri, ujung-ujungnya di rujuk ke rumah sakit di luar kota", jelas Abah.
"Emangnya tidak bisa di usahakan Bah? Kasihan lihat dia seperti itu", sambung Emak.
"Bisa, tapi mungkin lusa Abah bisa mengantarnya".
Dini menatap sendu wajah Alan. Dini tidak sampai hati melihat kondisi pria dihadapannya. Ia khawatir sesuatu buruk akan terjadi padanya.
Alan pun berbalik menatap Dini yang sedang melihatnya. Dini memberikan senyuman pada Alan. Sebuah senyuman yang mengatakan bahwa Alan akan baik-baik saja. Alan pun membalas tersenyum pada Dini.
Mungkin setelah melihat senyuman Dini, Alan menjadi tenang. Namun, berbeda dengan hati Dini. Hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dini menutupi kegugupannya dengan memalingkan wajahnya.
Ya Allah, Aku kenapa ya? Kok jadi salah tingkah gini sih? Ya Allah kenapa engkau mengirimkan satu makhluk tampan ini di hadapan hamba? Mana senyumnya manis banget lagi, kata Dini dalam hati.
Ya, mungkin memang ini sudah menjadi takdir Dini dan Alan. Mereka berdua memiliki konflik dalam percintaan mereka. Dini yang di tinggal menikah oleh Wahyu. Lalu, Alan yang hubungannya bersama Sonia tidak direstui oleh kedua orang tuanya.
"Pak, Bu, sepertinya tidak perlu repot-repot ke rumah sakit. Saya merasa baik-baik aja kok. Jika saya tidak mencoba mengingat masa lalu saya, kepala saya tidak akan sakit", pinta Alan.
"Gak bisa gitu dong. Biar bagaimana pun, kita harus memeriksakan.... ", Dini belum selesai bicara.
"Din, aku gak apa-apa. Tidak ada yang perlu di khawatirkan", potong Alan yang melihat Dini tampak mengkhawatirkannya.
Akhirnya, mereka pun menuruti keinginan Alan. Emak menyuruh Alan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Alan pun menuruti perintah emak.
Lalu, emak pergi ke kamar mencari baju Abah yang cocok untuk dipakai oleh Alan. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara yang mengucapkan salam di depan rumah mereka. Abah pun membalas salam dan keluar untuk melihatnya.
"Ada apa ini ramai-ramai?", tanya Abah bingung.
"Maaf Abah, tadi kami melihat Nak Dini membawa seorang pria. Kami cuma ingin tahu siapa pria itu", tanya Edi salah seorang warga desa dengan sopan.
Lalu Abah memanggil Dini keluar untuk menjelaskan kepada warga desa. Abah sengaja menyuruh Dini yang menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman. Karena Dini lah yang dipertanyakan warga desa. Jadi, Dini harus menjelaskannya sendiri.
Dini pun bersedia menjelaskan siapa pria yang di bawanya tadi. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia menemukannya di sungai sampai ia membawanya ke rumah. Dan tidak lupa pula Dini memberitahukan tentang amnesianya.
"Kenapa Nak Dini ke sungai itu? Bukannya sudah dilarang untuk ke sana?" tanya Pak Edi.
"Maaf Pak, tapi saya nggak apa-apa kok. Lagi pula mungkin memang sudah diatur kan pak, kalau tidak, mungkin teman saya itu tidak terselamatkan", jelas Dini.
"Syukurlah kalau Nak Dini tidak apa-apa. Lalu apakah dia perlu di bawa ke rumah sakit?", tanya pak Edi lagi.
"Sepertinya keadaannya baik-baik saja Pak. Dia tidak mau merepotkan kami katanya".
"Baik sekali dia masih memikirkan orang lain. Tapi, apakah dia akan tinggal di sini?".
"Karena Pak Edi menanyakan hal itu, saya sekalian ingin meminta izin pada bapak-bapak dan ibu-ibu agar pria itu tinggal di sini".
"Tadi sempat kami bicarakan. Jika tinggal serumah dengan Nak Dini, kami tidak setuju. Maaf, takutnya terjadi fitnah".
Abah dan Dini paham dengan pemikiran warga desa. Lalu Abah mempunyai ide.
"Bagaimana jika pria itu tinggal di gudang samping rumah saya itu? Gudang itukan terpisah dengan rumah saya. Tapi, tetap makan dan mandi di rumah saya. Atau dari kalian ada yang bersedia membantu pria itu?", ucap Abah.
Para warga saling memandang. Tidak ada dari mereka yang bisa membantu pria itu. Bukan hanya tidak memiliki tempat untuk menampungnya tapi juga karena keadaan ekonomi mereka.
Dan pada akhirnya warga Desa setuju dengan usul Abah. Kini Dini merasa lega karena ia bisa membantu pria itu. Lagi pula entah mengapa rasanya ia tidak rela jika pria itu jauh darinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Senajudifa
cepat jg dini jatuh hati
2022-10-03
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting Kk
Udh Ry Favorite
Time Travel Lia mampir
2022-09-16
0
Indah MB
semangat juga untuk kakak... salam kenal juga
2022-09-03
2