Gadis Polos Milik Monster Tampan
...***...
"Hiksss, Papa, Bunda. Kania takut!"
Seorang gadis terlihat sedang menangis sambil memeluk boneka di atas trotoar. Matanya tak berhenti menatap takut ke arah jalanan yang sepi.
Cit!
Mobil sport berwarna merah mendadak berhenti di dekat trotoar, tempat di mana Kania duduk. Sang pemilik mobil itu langsung menghampiri Kania dengan langkah tergesa-gesa.
"Ada apa, Kak? Kenapa Kakak menangis sendirian di sini?" tanyanya.
Perlahan Kania menatap ke arah orang itu. Lebih tepatnya pada seorang gadis muda memakai bando merah yang sedang berjongkok di depannya.
"Hiks.. Kamu siapa?" tanya Kania lirih.
Gadis muda itu tersenyum ramah. "Aku Bella, Kak. Kalau Kakak?"
"K--Kania."
"Ohh, Kak Kania. Kak Kania kenapa sendirian di sini?" tanya Bella lagi.
"Kania diturunin sama Ibu tiri Kania di sini," jawab Kania lirih.
Lantas mulut Bella ternganga. Tak menyangka jika ternyata cerita ibu tiri kejam itu benar adanya.
"Terus orang tua kandung Kak Kania ke mana?"
"Papa Bunda Kania udah lama pergi ke rumah Tuhan," cicit Kania, lalu kembali menangis sejadi-jadinya.
Lagi-lagi Bella dikejutkan dengan penuturan Kania. Bella pun segera memeluk Kania dan menenangkannya.
"Udah ya Kak, jangan nangis lagi! Bella ngerti kok perasaan Kakak," ucap Bella.
"Hikss ... Kania takut di sini. Kania pengen pulang."
"Gimana kalau Kakak ke rumah Bella dulu aja? Gak papa 'kan?" tanya Bella memastikan.
Kania mengangguk menyetujui.
Bella kemudian membantu Kania berdiri dan memapahnya menuju mobil.
Skip.
Di Rumah.
Bella menuntun Kania menuju sofa dan meminta gadis malang itu untuk duduk.
"Sebentar ya Kak, Bella ambilin minum dulu!" ucap Bella, lalu dibalas respon anggukan dari Kania.
Bella kemudian pergi ke dapur. Sementara Kania melihat-lihat ke arah sekelilingnya.
Ruangan yang begitu mewah dan bersih, persis seperti ruangan yang ada di rumahnya. Tapi sekarang rumah itu dikuasai oleh Ibu tirinya.
Kania adalah gadis polos. Wajar jika dia tidak tau bagaimana cara melawan dan merebut kembali apa yang menjadi hak miliknya.
"Bell, apa kau melihat celana d*alam Kakak?" teriak seseorang sambil menuruni anak tangga.
"AAAA ... MONSTER," teriak Kania histeris dan langsung menutup wajahnya dengan boneka.
Ya, Kania baru saja melihat pemandangan buruk. Di mana orang itu, ralat, pria itu bertelanjang dada dengan handuk yang dililitkan dari pinggang sampai lutut.
Ditambah memar di wajah yang cukup banyak membuat Kania menganggap pria itu adalah monster.
"Ada apa, Kak? Kenapa Kakak teriak?" tanya Bella dari balik dapur.
"I--itu ... ada monster di sana!" ucap Kania polos sambil menunjuk ke arah pria itu.
Bella mengikuti arah tunjuk Kania. Setelah itu Bella tersenyum lebar.
"Ohh itu Kakakku, Kak. Namanya Kak Daniel," ucap Bella.
"kakak?"
Bella mengangguk. Lalu Bella memegang tangan Kania untuk dibawa pada Daniel.
"Sini, biar Bella kenalin!"
Kania tiba-tiba menahan diri sambil menggelengkan kepala. Ada raut ketakutan di wajah Kania ketika melihat sosok Daniel, dan itu bisa dilihat oleh Bella.
"Ayo, Kak! Jangan takut! Kak Daniel baik kok, dia gak bakal makan Kakak!" bujuk Bella.
"Takut dimakan," cicit Kania sambil mengeratkan pegangannya pada boneka yang ia peluk.
"Enggak, Kak. Percaya sama Bella. Ayo!" Bella menarik lembut tangan Kania dan membawanya berhadapan dengan Daniel.
"Siapa dia?" tanya Daniel menatap datar ke arah Kania yang tengah menunduk ketakutan.
"Teman Bella, Kak. Namanya Kak Kania," jawab Bella.
Daniel mengernyitkan dahinya. "Teman? Setau Kakak teman kamu tidak ada yang namanya Kania."
"Teman baru, Kak maksudnya," timpal Bella membenarkan.
"Ohh." singkat Daniel dan bergegas menaiki anak tangga.
Namun, Bella secepatnya menahan tangan Daniel.
"Ihh, Kakak mau kemana? Kenalan dulu sama Kak Kania. Kakak kebiasaan deh suka cuek sama temen Bella," kesal Bella.
"Semua teman kamu gak berselera buat Kakak, jadi untuk apa Kakak kenalan," sahut Daniel.
"Dicoba dulu, Kak. Siapa tau Kak Kania cocok sama selera Kakak. Iya 'kan?" goda Bella sambil menaik-naikan kedua alisnya.
"Kamu maksa?" tanya Daniel.
"Iya, Bella maksa!" Tanpa basa-basi, Bella sedikit menarik tangan Daniel untuk diulurkan di hadapan Kania.
"Nah, Kak Kania.. Ini Kakaknya Bella, namanya Kak Daniel," ucap Bella sambil mengambil tangan Kania untuk disatukan dengan tangan Daniel.
"Ha--halo, Om," gelagap Kania.
Seketika Daniel melototkan mata. Om? Apa dia terlihat setua itu?
"Aku bukan paman kamu sampai harus dipanggil om," ketus Daniel.
"Terus manggilnya apa?" tanya Kania berusaha menatap mata Daniel. Karena saat ini Kania masih merasa takut melihat wajah pria itu.
"Terserah! Asal jangan om," timpal Daniel.
"Daddy?"
Daniel menghela napas kasar mendengarnya. Sementara Bella tak bisa menahan tawa saat Kania memanggil Daniel dengan sebutan Daddy.
"Hahaha ... tuan sugar Daddy," ledek Bella.
Saking kesalnya, Daniel menarik tangan Kania yang masih menempel di tangannya hingga tubuh Kania hampir menubruk dada bidangnya.
"Lihat baik-baik wajah aku, Kania! Apa aku terlihat setua itu sampai dipanggil Daddy juga?" tanya Daniel dengan suara paraunya.
Kania menggeleng tidak tau. Saat ini Entah kenapa tubuhnya mendadak gemetaran saat berada di dekat.
TBC ....
Jangan lupa like, komen & vote semuanya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments