...🍀🍀🍀...
"Harimau?" Kania menelan ludahnya susah payah saat mendengar kata harimau.
"Bagaimana? Apa kau mau mencobanya, hm?" goda Daniel dengan nada sen*sual.
"TIDAK!!!" teriak Kania dan langsung mendorong tubuh Daniel dengan kuat hingga si pemilik tubuh tegap itu terduduk di lantai.
"Dimana harimaunya? Dimana?" panik Kania seraya mengedarkan pandangan ke arah sekelilingnya.
"Kakak pelihara harimau tanpa sepengetahuan Bella, hah?" tanya Kania dengan kepalan kedua tangan yang terangkat ke atas seperti seorang peninju.
Daniel yang melihat hal itu, langsung memijat pelipisnya. Ternyata butuh kesabaran extra saat menghadapi gadis langka seperti Kania.
"Tau takut 'kan? Sekarang keluar!" usir Daniel dengan datar.
Kania menggeleng kuat. Ia tetap bersikeras ingin membuat Daniel menyukainya.
"Hmm Kak, maafin Kania. Kania gak sengaja dorong Kakak tadi. Sini Kania bantu Kakak berdiri!" ucap Kania mendekati Daniel dan mengulurkan tangan di depan lelaki itu.
"Tidak usah!" ketus Daniel sambil menampik tangan Kania dan memilih berdiri sendiri.
"Kakak marah ya? Maafin Kania Kak," cicit Kania dengan menundukan kepalanya.
Daniel menghela napas gusar. "Aku ga marah. Sekarang kamu keluar!" titah Daniel sambil menunjuk ke arah pintu.
Grep!
Kania tiba-tiba memeluk Daniel. Hal itu lantas membuat Daniel terkejut di tempatnya.
"Kania, kau ...."
"Maafin Kania, Kak. Kania janji Kania akan nurut sama kata-kata Kakak, tapi Kania mohon jangan usir Kania dulu. Kania masih betah di kamar Kakak," lirih Kania sambil mengingat-ngingat kembali dialog yang diperintahkan oleh Bella padanya.
Daniel terdiam dan tidak tau harus berbuat apa saat Kania berada di pelukannya.
"Oya Kak, masalah gaun yang Kania pakai, ini pertama kalinya Kania memakai gaun seperti ini dan ke depannya Kania hanya akan memakainya di depan Kakak. Apa Kakak suka?" tanya Kania yang kini beralih bersandar pada dada bidang milik Daniel dan mengelus lembut dada bidang tersebut.
Daniel membulatkan matanya. Dari mana gadis polos seperti Kania memiliki keberanian seperti ini?
Apa ini juga ajaran adiknya, Bella?
"Kalau boleh jujur, Kania sebenarnya ingin lebih dekat lagi sama Kakak. Apa Kakak mengizinkannya?" tanya Kania lagi, di mana kali ini jarinya perlahan mengelus ke bawah.
Semakin ke bawah melewati perut sixpack milik Daniel. Dan...
Greb!
Daniel dengan cepat mencekal pergelangan tangan Kania sebelum tangan itu semakin merayap lebih jauh.
Bruk!
Daniel memojokan tubuh Kania di dinding lalu memenjarakan tubuh gadis itu dengan kedua tangannya.
"Kania, apa kau tau kau sudah melewati batas?" tanya Daniel dengan suara paraunya.
Kania menganggguk. "Tau Kak, asalkan itu bisa buat Kania lebih akrab sama Kakak, Kania gak masalah kok!" jawab Kania.
"Apa kau yakin? Kau tidak akan menyesal setelah ini, hm?" tanya Daniel, beralih memegang dagu Kania.
Cepat-cepat Kania menggeleng. "Tidak akan pernah!"
"Eh tapi Kak, emangnya Kakak mau ngelakuin apa sama Kania?" tanya Kania.
"Ngelakuin ini."
Cu*p!
Daniel menci*um bibir Kania. Gadis itu tampak membulatkan mata karena baru kali ini bibirnya bersentu*han dengan bibir seorang pria.
Saking terkejutnya, Kania hendak mendorong tubuh Daniel. Namun, Daniel dengan cepat menahan tengkuk Kania dan mulai menggerakkan bi*birnya melu*mat bibir gadis itu.
"Umm ...."
Kania memukul-mukul dada Daniel. Ia merasa sesak. Ingin rasanya Kania berteriak, tapi tidak bisa. Akhirnya Kania memilih diam, membiarkan lelaki itu menyes*ap bibirnya dengan ga*nas.
'Sial! Kenapa bibirnya sangat manis!' rutuk Daniel dalam hatinya.
3 menit berlalu, Daniel mulai melepaskan ciu*mannya. Ia lalu mengusap dengan lembut bibir Kania yang sedikit bengkak karena ulahnya.
"Maaf," gumam Daniel.
Sementara Kania mulai berekspresi seperti anak kecil yang akan menangis. "Huaaa! Kak Daniel jahat! Kenapa Kakak gak ngebiarin Kania bernapas? Kakak mau bun*uh Kania?"
"Engga, Kania. Tadi aku ga sengaja ci*um kamu lama," timpal Daniel.
"Bohong! Hiksss ...."
Daniel menarik napas panjang. Padahal sudah jelas ini adalah salah Kania karena gadis itu sudah sembarangan masuk ke dalam kamarnya dan menggoda dirinya dengan memakai gaun yang terbuka.
"Kania, udah, jangan nangis! Sekali lagi aku minta maaf. Lebih baik sekarang kamu keluar! Aku tidak ingin menyakitimu seperti tadi!" titah Daniel seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kak Daniel masih mau?" tanya Kania yang kini sudah berhenti menangis.
"Hah?"
"Kak Daniel masih mau yang kayak tadi?" Kania beralih menunjuk-nunjuk bibirnya.
Daniel mengerjap mata tak percaya. Ia tau maksud Kania ke arah mana. Tapi, tidak. Daniel tidak ingin bertindak lebih jauh lagi jika ujungnya hanya akan merusak hidup gadis itu.
"Engga, Kania. Stop jangan pancing aku lagi!" pinta Daniel.
"Kakak yakin gak mau?" tanya Kania memastikan.
Dengan cepat Daniel mengangguk.
"Yaudah, kalau gitu Kania keluar dulu ya Kak. Kalau Kakak masih mau, bilang aja sama Kania," ucap Kania dan langsung bergegas keluar kamar.
Daniel ternganga. Apa katanya tadi? Bilang aja? Apa telinganya tidak salah dengar? Ucapan Kania barusan seolah-olah memberi akses tersendiri untuk Daniel.
"Arghh, gara-gara gadis lugu itu, aku harus mandi berendam!" gerutu Daniel sekilas melihat ke bawah. Lebih tepatnya pada junior kecilnya yang sudah berdiri tegak.
🍀
🍀
🍀
Kania yang akan keluar kamar, tiba-tiba dikejutkan dengan sosok Bella yang sudah ada di depan pintu.
"Loh Bella, kenapa Bella ada di sini?" tanya Kania.
Bella yang menyadari kehadiran Kania, langsung cengengesan. "Hehe, engga Kak. Cuma nguping dikit."
"Oya Kak, gimana tadi? Lancar? Kak Daniel ngelakuin sesuatu ga sama Kakak?" tanya Bella penasaran.
"Iya, tadi Kak Daniel ci*um bi*bir Kania lama," jawab Kania terus terang.
Bella tercengang girang. Ia lalu melompat-lompat seperti anak kecil yang mendapatkan es krim gratis. "HORE!!! Berarti Kak Daniel normal. Yuhuuu ...."
"Kakak tau ga? Dari sekian banyaknya teman Bella yang udah Bella suruh buat godain Kak Daniel, baru Kakak loh yang to the point langsung dici*um sama Kak Daniel," ungkap Bella.
"Benarkah?"
"Iya, sepertinya Kak Daniel emang suka sama Kakak. Ekhem!" goda Bella sekilas menyenggol lengan Kania dengan sikutnya.
Kania hanya tersenyum manis menanggapi godaan Bella. Pasalnya gadis polos seperti Kania kurang tau tentang cinta dan semacamnya.
🍀
🍀
🍀
Di ruang makan.
Terlihat Daniel, Bella dan Kania sedang makan bersama. Namun, belum ada pembicaraan apapun di antara mereka, sampai akhirnya Bella memilih untuk berbicara terlebih dulu.
"Oya Kak Kania, setelah ini Kakak mau ke mana?"
"Pulang. Kania ingin pulang," jawab Kania.
"Kakak yakin?"
Jujur Bella khawatir jika Kania pulang ke rumah. Mengingat beberapa jam yang lalu Bella menemukan Kania di pinggir jalan karena ibu tiri yang menurunkannya.
Bukan feeling lagi, tapi Bella sangat yakin jika ibu tiri Kania itu sangatlah jahat.
"Hmm Kak Daniel, boleh ga malam ini Kak Kania tinggal di rumah kita dulu?" tanya Bella setelah dipikir-pikir lagi.
"Emangnya dia ga punya rumah?" tanya Daniel datar, tanpa menoleh Bella ataupun Kania sedikitpun.
"Ihh Kakak, bukan gitu. Kania punya rumah. Tapi ... gimana ya ceritanya. Nunggu timing yang pas aja deh Kak Bella ceritain ke Kakak. Tapi untuk malam ini boleh ya Kak Kania tinggal di rumah kita dulu. Please," mohon Bella sambil menunjukkan wajah imutnya.
"Kamu maksa?" tanya Daniel.
'"Iya, Bella maksa. Boleh ya Kak?" Bella tak henti-hentinya memohon pada Kakaknya.
Daniel menghela napas panjang. Karena tak ingin ada perdebatan antar saudara, akhirnya Daniel mengiyakan keinginan adiknya itu.
"Yaudah, boleh. Tapi untuk malam ini aja kan?"
"Iya Kak Daniel. Lagipula Kak Kania tidurnya di kamar Bella, bukan di kamar Kakak. Wlee," ledek Bella di akhiri dengan menjulurkan lidahnya.
'Xixixi ... tapi boong. Bella pastiin Kak Kania akan tidur di kamar Kak Daniel, lebih tepatnya di ranjang king size punya Kak Daniel,' batin Bella seraya tersenyum jahil.
Bersambung
Jangan lupa like, komen dan vote semuanya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments