BAB 4
Kerumunan di kantin mulai berkurang ketika bel telah berbunyi. Bel itu bel tanda masuk kelas. Tetapi, Kimora bersama teman-temannya masih belum bergeming. Mereka masih menikmati makanan yang mereka pesan.
"Buruan woi, habis ini jadwalnya pak Joko loh.." seru Putra teman satu kelas Kimora juga.
Kimora dan teman-temannya langsung buru-buru menghabiskan makan dan minumnya. Lalu bergegas kembali ke kelas. Mereka tidak mau kena marah atau hukum oleh guru yang bernama Joko tersebut. Karena guru tersebut terkenal galak.
"Buruan Ciara!" Kimora menarik tangan Ciara yang lamban karena masih ingin menghabiskan minumnya terlebih dulu.
"Ara... anj*r ya..." Ciara yang merasa kesakitan pun mengomel.
"Lo mau dihukum? Ini pak Joko loh.." Ciara pun langsung berhenti mengomel. Dia segera berlari bersama teman-temannya yang lain.
Sementara Elkhan dan Ulfa masih berada di kantin. Mereka agak santai, karena mendapat bocoran jika setelah istirahat kelas mereka akan kosong. Guru yang mengajar sedang ada tugas diluar.
"El, kok lo bisa bareng Ara tadi?" tanya Ulfa agak tak suka melihat Elkhan yang bersama dengan Kimora tadi.
"Kenapa? Dia temennya Dian, juga temen gue." jawab Elkhan sedikit kesal. Bukan karena dia masih belum bisa move on dari Ulfa. Tetapi karena Ulfa terlalu ingin tahu.
"Nggak.. nggak apa sih El." Elkhan berdiri kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Melihat Elkhan yang pergi begitu saja. Teman-teman Ulfa memprovokasi Ulfa kembali. "Mungkin Elkhan sama Ara.." ucap Santi.
"Nggaklah, mereka nggak sedekat itu. Mungkin karena Ara sekelas dengan Dian, jadinya mereka bisa kenal." berbeda dengan Santi, Chila masih agak berpikiran lain.
Awalnya Ulfa sudah merasa kesal duluan mendengar asumsi Santi. Tapi, setelah mendengar asumsi Chila. Dia merasa lebih baik. "Ya, mungkin karena Ara sekelas dengan Dian. Apalagi Ara kan punya sepupu yang deket juga dengan Elkhan." sahut Ulfa masih tidak mau curiga.
"Jadi beneran Permana itu sepupunya Ara?" Ulfa menganggukan kepalanya.
"Udah yuk, kita ke kelas!" Ulfa beranjak kemudian berjalan meninggalkan kantin, disusul oleh kedua temannya yang sangat setia mengikuti Ulfa kemana dia pergi.
Di dalam kelas. Ulfa melihat Elkhan yang asyik main game bersama teman sebangkunya. Elkhan terlihat bahagia, karena berulang kali dia tersenyum.
Ulfa terus memperhatikan Elkhan. Ya, harus diakui jika lelaki itu memang sangat tampan. Matanya yang indah, hidungnya yang mancung, dan juga kulitnya cerah. Ulfa menyadari betapa bodohnya dia telah menyakiti lelaki itu. Akan tetapi, tetap saja. Bagi ulfa dia lebih memilih lelaki anak orang kaya. Masalah wajah dan penampilan nomer sekian.
Dia lebih menyesal setelah tahu bahwa orang tua Elkhan adalah seorang pengusaha kaya raya. Dan kakeknya juga seorang konglomerat. "Andai gue tadi dari awal.." gumamnya dipenuhi dengan penyesalan.
Banyak yang masih belum tahu siapa Elkhan sebenarnya. Karena Elkhan sama sekali tidak pernah menunjukan semua itu. Dia berbaur dengan yang lainnya tanpa memandang materi.
"El, lo masih suka nge-band?" tanya Ulfa mendekat ke bangku Elkhan.
"Masih."
"Gue boleh ikut nggak? Masih ditempat yang dulu kan?"
"Di rumah gue." Elkhan selalu menjawab singkat pertanyaan Ulfa.
"Gue boleh kesana?" kesempatan untuk Ulfa mendekati Elkhan lagi.
"Gue juga mau kenal orang tua lo." imbuhnya.
"Mending nggak usah ya. Ntar Glen ngira gue rebut lo. Masalah gue sama Glen ndak akan kelar." kata Elkhan. Dia tahu tujuan Ulfa hanya ingin mendekatinya lagi. Tapi semua telah berubah. Hatinya sudah tidak lagi mencintai wanita hedon itu.
"Oh, oke." Ulfa nampak kecewa dengan penolakan Elkhan. Tapi, dia menyadari sikap dingin Elkhan kepadanya karena kekecewaan yang dia berikan.
Ulfa kembali ke bangkunya sendiri dengan wajah kesal. Karena Elkhan sama sekali tidak memandangnya. Elkhan lebih fokus dengan hape ditangannya.
"Napa lo?" tanya Chila.
"Elkhan dingin banget ke gue. Dia juga nggak ngebolehin gue main ke rumahnya." jawab Ulfa dengan kesal.
"Langsung ke rumahnya aja!" sahut Santi.
"Lo tahu rumahnya kan?" imbuhnya.
"Tahu."
"Nah, ke rumahnya aja langsung. Ya itung-itung kasih surprise." kata Santi lagi.
"Bener juga lo.. Nggak mungkin kan dia akan usir gue." Ulfa setuju dengan ide yang diberikan oleh Santi. Apalagi dia juga tahu dimana rumah Elkhan.
Agak shock sih saat dia tahu tempat tinggal Elkhan. Karena selama mereka pacaran, Elkhan belum pernah mengajaknya ke rumah. Dia juga tahu identitas asli Elkhan setelah mereka putus.
.....
Tettttt.. Tetttt..
Bel pulang sekolah berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar dengan bahagia.
"Ah.. akhirnya pulang juga." gumam Dian sembari menggeliat.
"Kita jadi kan ke mall?" tanya Agata.
"Jadi dong. Lo ikut kan Ra?" tanya Chelsea menoleh ke belakang juga.
"Ikut dong, ntar sekalian anter gue pulang yak!" jawab Kimora.
"Siap dong." sahut Ciara. Dia satu-satunya dari ke empat sahabat itu yang bawa mobil.
Mereka pun segera membereskan alat tulis mereka kemudian bergegas ke parkiran. Seperti biasa, mereka berjalan sembari bersendau gurau.
"Mau nongkrong kemana?" tanya Galih yang muncul tiba-tiba dari belakang.
"Kepo lo.." Kimora menoyor kepala Galih yang ngintilin mereka mulu.
"Ra, timezone yuk! Kemarin gue kalah balapan sama lo. Hari ini gue nggak akan kalah lagi." sahut Galih.
"Idih ogah ah.. Males gue.."
"Halah, bilang aja kalau lo takut kan.."
"Anggep aja iya.. Gue males beneran.." Kimora tidak mau menerima tantangan Galih.
Namun tiba-tiba, Galih yang melihat Kresna segera memanggilnya. "Kres, lo mau diajak nongkrong Ara.." serunya.
"Eh kampret lo.. Siapa yang ajak dia." Kimora segera memukul lengan Galih dengan cukup keras.
"Enggak. Gue nggak ajak. Si kampret ini ngaco." karena tidak mau membuat Kresna salah paham. Kimora segera membantahnya.
Tiba-tiba seorang kakak kelas, teman Kresna datang dan melingkarkan tangannya dilengan Kresna. "Sorry, Kresna sudah ada janji." katanya.
"Iya, bawa aja yang jauh. Tadi gue cuma bercanda." sahut Galih merasa bersalah kepada Kimora. Dia kemudian membantu Kimora untuk mengkonfirmasinya.
"Sorry ya Kres, gue tadi cuma bercanda.." ucap Galih lagi.
Kresna hanya menganggukan kepalanya pelan. Tatapannya tetap tertuju kepada Kimora. Bahkan disaat bersama dengan gebetannya pun. Tatapan Kresna tetap sama. Dia merasa sangat bersalah kepada Kimora karena telah mencampakannya.
Kimora pun segera menarik telinga Galih dan pergi. "Makanya jangan sembarangan kalau ngeb*c*t!" kata Kimora.
"Aw... sakit Ra.. Iya deh maaf.." Galih merasa kesakitan karena Kimora semakin keras menarik telinganya.
Saat sampai di parkiran. Mereka kembali bertemu dengan Elkhan yang hendak pulang. Dia sudah memakai helm. Melihat telinga Galih yang merah, Elkhan pun tersenyum kecil. Sebelumnya dia juga sudah melihat Galih yang dijewer oleh Kimora sampai ke parkiran.
"Kenapa telinga lo?" tanya Elkhan.
"Ara tuh, kampret emang.." Galih menggerutu sembari mengusap-usap telinganya yang masih terasa sakit.
"Apa? Mau lagi?" tanya Kimora yang juga berada di tempat yang sama.
"Nggak... nggak.. peace.." kata Galih sembari tersenyum kecil.
"Nggak dijemput Ra?" tanya Elkhan.
"Enggak. Abang gue lagi kerjain tugas katanya." jawab Kimora.
"El, ikut nongkrong yuk!" sahut Ciara dari dalam mobil.
"Kemana?"
"Mall.." Elkhan pun menganggukan kepalanya.
"Gue ikutin dari belakang." katanya.
Tetapi, tiba-tiba Galih naik ke motor Elkhan. "Gue ikut.." katanya dengan cengar-cengir.
"Kemana woi??" Angga berseru. Dia juga salah seorang teman sekelas Kimora. Juga teman nongkrong Kimora.
"Mall.."
"Ikut.." sahut Angga juga mengikuti mobil Ciara bersama beberapa temannya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments