Welcome In Rexton

5 tahun kemudian. Terlihat seorang wanita tengah menikmati sore di balkon Apartemen kecilnya. Menyesap kopi racikannya sendiri. Angin sepoi-sepoi membuat rambut sebahunya bergerak tidak berirama.

Ponselnya berbunyi membuatnya bergegas melihatnya. Jantungnya berpacu dengan cepat. Hingga ia mendapat sebuah notifikasi yang membuatnya berjingkrak bahagia.

“Saudara Anidira Pramesti anda telah diterima menjadi bagian dari perusahaan Rexton. Untuk informasi lebih lanjut kami telah mengirim detailnya.”

“YAAAAAS WOAAAH.” Teriakannya menggema. Tangannya mengepal ke atas. Seminggu yang lalu ia memang melamar di perusahaan Rexton. Memilih hengkang dari perusahaan lamanya—Anin berhasil diterima di perusahaan yang jauh lebih besar.

Untuk posisi yang ia lamar juga sangat pas. Anin berhasil lolos menjadi Staff administrasi di Perusahaan Rexton. Menatap sekali lagi layar ponselnya—mengusapnya dengan sayang. Tidak ingin moment ini berakhir begitu saja Anin akan merayakan keberhasilannya dengan makan bakso sepuasnya.

“Waktunya merayakan kemenangan. Perut udah meronta ingin segera diisi.” Menjadi penggila bakso akut. Akhir-akhir ini ia membatasi diri tidak memakan bakso karena diet agar diterima bekerja. Namun saat sudah diterima tidak ada alasan lagi meneruskan diet. Jadi hari ini adalah waktunya memuaskan diri sendiri dengan makan Bakso.

“Pak Bakso jumbonya satu sayurnya banyakin sama es tehnya satu,” ucap Anin saat sudah berada di kedai Bakso langganannya.

“Kemana aja neng gak pernah ke sini,” tanya penjual Bakso yang hapal dengan Anin.

“Lagi diet, Pak. Tapi sekarang dietnya udah selesai.” Anin terkekeh. Ia memilih duduk di bangku dekat dengan jendela. Melihat jalanan yang masih ramai lalu lalang motor dan mobil. Jakarta memang tidak pernah sepi. Kota metropolitan yang setiap hari sangat sibuk.

“Gak usah diet-dietan neng. Makan bakso tuh bikin bahagia. Selain perut kenyang rasanya juga nikmat,” ujar Pak Marto.

Anin hanya bisa menggeleng. “Bapak bisa aja.”

Pak Marto tersenyum. Menaruh Bakso pesanan Anin di atas meja. Tapi ada sebuah suara yang membuat fokusnya beralih. Di depan ada sebuah gerobak yang terjatuh karena diserempet mobil. Melihat orang-orang yang acuh, Anin berinisiatif membantu.

“Pak tunggu dulu, saya mau lihat.” Anin segera keluar dari kedai. Langsung mendekati seorang laki-laki paruh baya yang duduk lemas setelah jatuh.

Anin melihat dengkul laki-laki berdarah dan gerobak yang berisi barang-barang bekas berantakan. “Bapak gak papa?” tanya Anin.

“Gak papa nak. Perih dikit,” jawab bapak itu.

Seorang pria turun dari mobil. Sepatunya yang mengkilat dapat dilihat Anin saat menunduk mengambil topi bapak itu yang terjatuh. Mendongak—ia langsung dihadapkan oleh pria yang tinggi, tegap dan memakai kacamata. Dengan tangan yang berada disaku membuatnya terlihat sangat arogan.

“Sebaiknya anda membawa bapak ini ke rumah sakit,” ucap Anin. Meski mendengar bapak itu bilang tidak apa-apa. Tapi setidaknya harus mendapat pertolongan.

“Saya tidak punya waktu. Saya akan beri uang untuk pergi sendiri ke rumah sakit,” ucapnya dengan nada rendah.

“Heh gimana sih? tanggung jawab dong, pak. Bawa ke rumah sakit sebentar. Gimana ceritanya abis nyerempet cuma ngasih duit,” sulut Anin tidak terima karena si pelaku penyerempetan tidak mau membawa bapak itu ke rumah sakit untuk berobat.

“Udah gak papa neng. Bapak bisa obatin sendiri,” sela Bapak itu membuat Anin semakin tidak terima karena bapak itu cukup berbaik hati tidak menuntut pertanggung jawaban.  Mengeluarkan dompetnya. Pria itu mengeluarkan dua puluh lembar uang berwarna merah.

“Ini, saya harus segera pergi.” Menaruh uang itu di atas gerobak begitu saja. Pria itu langsung berbalik berjalan dan langsung masuk mobil kembali.

“Dasar orang kaya seenaknya. Minta maaf enggak langsung pergi aja. Emang dikira apaan?” omel Anin. Mengambil uang itu dengan kasar. Anin memberikannya pada Bapak yang masih duduk lemas.

“Bapak harus berobat. Luka bapak harus segera dibersihin.” Anin berjongkok. Melihat luka bapak di lutut. Ternyata selain di lutut juga ada di lengan.

“Luka kecil gini gak papa, Nak. Bapak udah biasa,” ucap bapak itu pelan.

“Bapak pergi ke klinik terdekat. Saya pesenin taksi online.”

“Bener apa kata neng Anin, Pak. Lebih baik ke klinik dulu. Gerobaknya biar saya taruh di kedai. Nanti bapak bisa ambil di sini lagi,” ucap Pak Marto yang datang.

“Baiklah.” Akhirnya bapak itu mau dibawa ke klinik.

Mengenai pembayaran taksi Anin telah membayarnya pulang-pergi. Jadi saat bapak itu selesai tidak perlu bingung kendaraan. Usai memastikan bapak itu pergi dengan aman. Anin kembali ke kedai bakso. Mengusap peluhnya yang mengucur akibat terlalu lama dibawah terik matahari.

“Orang kaya tuh seenaknya banget,” lirih Anin yang telah duduk di kursi.

“Gimana lagi neng. Mereka pikir semua bisa diselesaikan pakai uang,”

balas Pak Marto.

Anin setuju. Memasukkan bakso kemulutnya. Dalam hati ia berdoa semoga jangan sampai dipertemukan dengan orang kaya yang seperti itu. Semoga jodohnya kelak orang kaya juga tapi yang baik hati, tidak sombong dan mencintainya dengan setulus hati.

‘loh kok request’ Anin menggeleng. Memang jodoh bisa request?

Pagi hari Anin sudah siap dengan pakaian rapi. Kemeja putih dengan bawahan celana bahan sangat pas di tubuhnya. Memutuskan menggerai rambutnya, Anin terlihat semakin manis. Ia melangkah masuk ke dalam gedung tinggi yang telah menjadi tempatnya bekerja. Senyum merekah yang tak pernah luntur saat ia

menginjakkan kaki di sini.

“Saudara Anindira?” tanya seorang wanita yang seminggu lalu menginterviewnya. Wanita yang mungkin umurnya pertengahan kepala tiga.

“Iya saya,” jawab Anin.

Wanita itu tersenyum. “Selamat bergabung di perusahaan Rexton. Semoga kamu betah. Saya Citra. Saya HRD yang bertugas merekrut Karyawan baru. Saya juga yang bertanggung jawab atas karyawan baru.” Bibirnya yang terbalut lipstik merah itu menyunggingkan senyum.

“Baik—terimakasih telah mempercayai saya.” Anin sedikit menunduk. Terimakasih sekali pada Bu Citra yang memilihnya untuk mengisi lowongan staff di Rexton.

“Saya akan menunjukkan ruangan kamu.”

Anin mengikuti langkah Citra. Ruangannya berada di lantai dua. Berisi dua ruangan yang hanya terisi bagian Administrasi dan Pemasaran saja. Perlahan masuk—ruangan di dalam telah terisi oleh beberapa staff Administrasi yang telah berada di kursinya. Mereka nampak acuh dengan kedatangan Anin.

Tapi memang seperti itu bukan dunia kerja? tidak memandang teman apalagi orang asing seperti dirinya. Anin mengekori Citra yang berjalan di antara bangku-bangku karyawan lain. Hingga terhenti pada sebuah bangku kosong.

“Di sini tempat kamu. Di samping kamu adalah karyawan paling lama—jika kebingungan kamu bisa bertanya padanya,” jelas Citra pada Anin.

Seorang pria muncul dari bilik samping. Tersenyum dengan ramah. “Hai aku David—semoga betah di sini. Jangan sungkan-sungkan bertanya padaku. Aku akan selalu menjawab semua pertanyaanmu—mau itu masalah pekerjaan, kantor ataupu asmara. Aku bisa memecahkan segala permasalahan.”

“Halah moduss,” celetuk Citra membuat David mengedipkan mata.

“Bilang kamu cemburu karena aku tidak menggodamu lagi,” balasnya dengan

percaya diri.

Setelah memutar bola matanya malas—Citra menatap Anin. “Hati-hati banyak Crocodille.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut—Citra memilih pergi. Meninggalkan Anin dan David.

Menaruh tasnya di atas meja. Citra merasa ada yang menatapnya dengan intens. Benar saja sedari tadi—David masih menatapnya. Tatapan intensnya membuat Citra menggaruk tengkuknya kikuk. “Kenapa ya?”

“Tidak.” David menggeleng. “Aku hanya penasaran. Dulu sebelum ke sini kamu bekerja di mana?” seakan ingin mengulik lebih dalam tentang Anin. David ingin tahu dari mana asal Anin sebelum datang ke perusahaan.

“Aku dulu bekerja di Zolla.”

David mengangguk. “Jadi kamu mungkin mengenal Sinta? Rosa? Intan?

Feziya?”

Anin mengerutkan keningnya. Semua nama wanita yang disebutkan oleh David adalah primadona kantor. Empat wanita yang langganan sering diajak ke acara besar kantor. “Woah bagaimana kamu mengenal mereka?”

David mengangguk bangga. Menyugar rambutnya dengan percaya diri. Berpose menunjukkan wajahnya. “Kamu tahu jawabannya.”

Anin tertawa ringan. Kepedean seorang David membuatnya terhibur. Namun tak lama senyumnya hilang saat ada seorang wanita membanting tumpukkan dokumen ke atas mejanya.

“Bukan waktunya ngobrol apalagi ketawa ketiwi. Tiga puluh menit lagi dokumen ini harus sudah berbentuk salinan di komputer. Tidak ada kata terlambat—satu detik pun aku tidak mentolerirnya.” Usai mengatakan hal tersebut dengan nada yang menusuk, wanita yang menggunakan pakaian minim itu pergi. Masuk ke dalam sebuah ruangan yang di depannya bertuliskan. ‘Kepala Devisi Adiministrasi.’

“Rania—kepala Devisi Administrasi. Tingkahnya emang seenaknya. Dia adalah alasan kenapa orang yang kau gantikan keluar. Dia tidak sanggup menghadapi Rania seperti macan yang selalu lapar ingin memakan orang,” jelas

David.

Anin menghela nafas. Hanya begini saja tidak akan membuatnya menyerah.  Mungkin Rania akan berubah

seiringnya waktu. Positif thingkin aja dulu, ya walaupun hasilnya juga tidak pasti. Anin berusaha secepat mungkin mengerjakan tugasnya. Setelah selesai—Rania langsung memberinya tugas lagi dan lagi. Seperti sedang diospek, demi apapun Anin sangat kelelahan sampai pada jam makan siang.

“Kudengar akan ada pesta,” ucap David saat berjalan bersama Anin menuju

Kafetaria kantor.

“Pesta?”

David mengangguk. “Pesta Anniversarry pernikahan CEO yang ke-dua. Biasanya sih yang diundang seluruh kepala Devisi—kita yang rempahan kayak gini gak mungkin lah diundang.”

“Aku tidak tahu CEO perusahaan ini,” balas Anin. Mereka mengambil tempat makan  dan mulai mengantre.

“Orangnya misterius. Gak kecium media luar sama sekali. Tapi seluruh karyawan lama-kelamaan bakal ketemu—soalnya beliau sering banget mantau kegiatan per Devisi secara langsung. Contohnya rapat tiap beberapa bulan sekali, biasanya per Devisi ada jadwal buat evaluasi langsung sama CEO.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!