“Baik,” pasrah Anin tidak bisa menentang perintah Anin
Tiga wanita tadi nampak iri dengan Anin. Mereka sangat ingin pergi ke pesta dan bertemu orang-orang penting yang ada di sana.
Usai rapat, Anin membereskan alat tulisnya. Ia bersiap akan pergi.
“Anindira.”
“Ya, Miss?”
Rania meninggikan kacamatanya sampai puncak kepala. “Nanti kamu ikut saya mencari dress untuk datang ke acara.”
“Tapi, Miss saya rasa itu tidak perlu,” tolak Anin merasa tidak enak sampai Rania sendiri yang akan mencarikannya Dress.
Raut Rania semakin datar. “Saya tidak ingin kamu mempermalukan Devisi Administrasi dengan datang ke acara menggunakan Dress kampungan.”
Skak. Anin kehabisan kata-kata. Setiap kata yang dilontarkan Rania menusuk dan sialnya selalu benar. “Baik—Miss.”
Jika Anin bukan wanita mental kuat. Pasti dihari pertamanya kerja akan memutuskan resign. Bekerja dengan boss yang galak dan judesnya luar biasa membuatnya terpaksa bertahan. Jika bukan karena gaji yang jauh berkali-lipat dari kantor sebelumnya, Anin tidak akan bertahan selama ini.
Pukul 18.00 Anin dan Rania berada di depan lift. Saat lift terbuka, Anin buru memajukan rambutnya agar menutupi wajahnya. Ia juga menunduk sangat dalam. Demi menghindari seorang pria yang sekarang berada di dekatnya—Anin rela mengacak rambutnya sendiri seperti seorang wanita gila.
“Kenapa kamu?” tanya Rania heran.
“Saya baik-baik saja, Miss.”
Anin semakin ke samping. Menyembunyikan wajahnya ke samping agar tidak dilihat siapapun. Demi apapun kejadian seperti ini membuat jantungnya berdetak dengan cepat.
Pria itu tepat di belakang Rania. Pria itu nampak acuh dengan tangan yang berada di saku. Anin tidak terlalu melihat wajahnya tapi ia memang yakin jika pria itu adalah pria yang menyerempet bapak-bapak.
Sampai lift terbuka, membuat Anin bernafas lega. Segera membuntuti langkah Rania yang semakin cepat. Dugaannya sekarang adalah pria itu termasuk pria penting—meski tidak tahu persis jabatan apa yang
diduduki.
“Kamu sudah tahu yang tadi siapa?” tanya Rania.
Anin menggeleng. “CEO kita. Kelvin Stewart. Menjadi CEO termuda yang berhasil sukses dan masuk ke dalam orang berpengaruh di ASIA.”
Hampir berteriak Anin menutup mulutnya sendiri. Jadi yang ia omeli adalah CEOnya sendiri. Benar-benar bodoh—kau Anin. Bagaimana ia menunjukkan wajahnya setelah membuat keributan pada Bosnya sendiri. Tapi jika dipikir—yang dilakukannya memang sudah benar. Mau bossnya ataupun tidak jika melakukan kesalahan ya harus diberitahu.
Anin mengetuk dahinya sendiri. “Kau hanya mencari pembelaan,” lirihnya penuh sesal.
Sampai di sebuah butik terkenal. Anin disuruh mencoba beberapa dress mahal nan seksi. Pertama, kedua, ketiga, keempat… hingga kelima barulah Anin merasa cocok. Semua dress yang telah dicobanya perpotongan sangat
seksi. Melihat dirinya sendiri saja tidak sanggup apalagi orang lain.
“Kamu harus datang—Anindira. Saya berharap penuh pada kamu membawa nama baik Devisi kita. Jangan melakukan kesalahan ataupun mempermalukan Devisi kita. Saya percaya pada kamu.” Panjang lebar Rania
memberitahu Anin.
“Di sana kamu hanya perlu menyapa CEO, Setidaknya perlihatkan dirimu datang ke acara. Nanti aku akan menyuruh kepala Devisi pengembangan menemanimu. Serli akan menemanimu dan mengajarimu bagaimana
bersikap.”
Anin mengangguk. Ia melepaskan sabuk pengamannya. Mobil Rania telah sampai di depan gedung Apartemennya. Sebelum turun tak lupa membawa dress yang telah diberikan oleh Rania. Ia menunduk. “Terimakasih,
Miss.”
Rania hanya mengangguk. Setelah itu menancap gasnya pergi. Anin berbalik berjalan ke Apartemennya. Hari minggu esok akan sangat panjang. Semoga apa yang diharapkan Rania padanya bisa terjadi.
~~
Setelah puas melihat riasannya. Anin bergegas turun. Ia telah ditunggu oleh Serli, kepala Devisi pengembangan yang kata Rania akan mendampingi dan membimbingnya. Malam ini tampilan Anin sangat terlihat anggun
dan elegan.
Dress berwarna Navy itu melekat sempurna di tubuh rampingnya. Berpotongan V neck sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Lalu belahan bawah dari paha sampai kaki, menampilkan kaki jenjangnya. Anin tampil dengan sangat sempurna malam ini. Rambutnya digerai—lipstik pink nude itu membuat riasannya semakin menarik.
“Jadi kamu yang bernama Anindira?” tanya Serli saat Anin mendekat ke mobilnya.
“Iya kamu bisa memanggilku Anin.” Anin mengulurkan tangannya. Disambut hangan oleh Serli.
“Aku serli. Kayaknya kita seumuran, jadi santai saja,” ucap Serli ramah. Kagum karena diusia yang sama Serli berhasil di karir lebih dulu. Di usia yang sama dengannya—Serli menjadi kepala Devisi. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Anin.
Sebuah bangunan tinggi menyambut mata. Berusaha bersikap biasa saja agar tidak terlihat norak, Anin mengikuti langkah Serli yang terlebih dulu berjalan. Di depan nampak banyak pengawal yang berjaga. Usai menunjukkan kartu undagangannya—pengawal mempersilahkan masuk. Wajar saja penjagaan sangat ketat—orang asing yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk.
Dekorasi dalam gedung nampak sangat mewah. Dihiasi lampu-lampu mewah yang bergantung di atas. Meja yang terbalut kain berwarna gold yang nampak mahal. Di samping terdapat meja yang berjajar yang di atasnya terdapat berbagai makanan. Semuanya nampak begitu rapi dan menawan. Semua orang yang datang menggunakan pakaian terbaik mereka. Aura mahal terpancar dari orang-orang yang datang ke acara.
“Ayo menyapa CEO dulu,” ajak Seli.
Inilah waktunya—mau tidak mau, Anin harus melakukannya. Semoga Bosnya itu tidak mengenali dirinya. ‘Tuhan sekali ini saja berpihak padaku.’
Kelvin Stewart pria berusia 30 tahun itu nampak sangat menawan dengan balutan setelan jas. Style rambut belah tengah bak aktor—semakin membuatnya mempesona. Wajah tampan nan bersih—siapapun yang melihatnya pasti mengaguminya. Berbincang dengan seorang wanita yang sangat cantik. Mereka nampak serasi sama-sama cantik dan tampan.
“Selamat atas ulang tahun pernikahan kalian.” ucap Serli.
Kelvin mengangguk. Wanita yang senantiasa merangkul lengannya nampak tersenyum. “Thank you, Serli. Aku sudah lama tidak bertemu denganmu.” Liana sangat ramah pada orang-orang yang datang. Senyumnya tidak pernah pudar menyambut orang-orang yang datang ke acaranya.
“Oh ya siapa yang di sampingmu?” tanya Liana memandang Anin.
Anin tersenyum. “Saya Anindira—saya menggantikan Miss Rania yang seharusnya datang. Selamat Ulang Tahun pernikahan kalian, Miss, Sir.”
“Terimakasih Anindira,” jawab Liana ramah.
Sedangkan Kelvin menatap Anin dalam diam. Memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku. “Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya.” Tidak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan. Kelvin memang minim
ekspresi.
Anin mengerjap. Berdehem pelan—tidak berani menatap Kelvin. Anin lebih memilih sedikit menunduk mengindari kontak mata dengan pria itu. “Mungkin di Kantor—Sir.”
Liana mengusap pelan lengan Kelvin. “Biarkan mereka menikmati pesta. Kita harus menyapa tamu yang lain, sayang.” Akhirnya Liana mengajak Kelvin menjauh—disitulah Anin dapat bernafas lega.
Kini Anin tinggal bersama Serli. Hingga puncak acara pun tiba—Kelvin dan Liana berada di tengah panggung. Meniup lilin bersama-sama setelah itu memotong kue. Semua orang ikut bahagia dan bertepuk tangan. Usia acara pemotongan kue—mereka berdansa mesra. Tak beberapa lama Serli menjauh untuk bertemu dengan temannya.
Sekarang Anin mengambil beberapa kue dan membawanya duduk di salah satu bangku kosong. Ia memilih menyantap makanan sembari melihat orang-orang yang berdansa dengan pasangan masing-masing. Serli juga nampak berdansa dengan seorang pri tampan.
“Hai aku boleh duduk di sini?” tanya seorang pria yang tampan nan tinggi. Senyumnya manis sekali hingga membuat Anin tertegun beberapa detik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Happiness_
sama kak, gapapa sih menurutku sama yang penting ceritanya beda
2022-10-11
0
Chindy Miracle
Sampul The Boss dirty affair dg Kamu milikku mirip ato sama yak??
2022-10-11
0