Semesta Sedang Berduka

Cairan bening itu terus jatuh tanpa henti di pipi Kesya seakan menemani setiap langkah yang dia lewati menyusuri jalan ini. Kegelapan malam seakan menunjukkan sekeping hati yang patah, apa yang akan dilakukan remaja itu ketika takdir tidak berpihak padanya. Ingin mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan besar ini, tetapi hidup tidak memberinya pilihan selain untuk tetap tinggal, kesedihan Kesya bertambah ketika membaca pesan singkat dari Indah yang mengatakan bahwa dia tidak perlu datang ke rumah sakit jika dengan tangan kosong.

Perkataan Indah terus saja terngiang di telinga Kesya seakan diucapkan berulang tanpa jeda. Beberapa orang yang lewat memandang Kesya dengan pandangan tidak acuh, bahkan ada yang mengatakan hal-hal buruk tentang Kesya meskipun mereka tidak mengenal Kesya, tapi mengapa mereka terus bergosip tentangnya, Kesya yang malang hanya bisa terus berjalan dengan tatapan terluka dan nanar.

Kesya menatap langit gelap tanpa bintang dan bulan yang selalu terlihat dari bumi. "Tuhan, mengapa Engkau memberiku ujian yang begitu berat? Tapi aku percaya bahwa engkau pasti akan memberiku kebahagiaan suatu hari nanti dan aku tidak boleh meragukan apa yang telah Engkau siapkan untukku," gumam Kesya pelan sambil memejamkan mata.

Setetes kristal bening jatuh di pipinya, Kesya membuka matanya dan melihat tetesan kristal itu jatuh lagi dari gelapnya langit yang tertutup gumpalan awan, sekarang Tuhan sangat baik padanya karena menurunkan hujan untuk menyamarkan air matanya. Kesya mengartikan hujan ini sebagai keberuntungan karena dengan hujan. Kini Kesya bisa menangis sampai puas tanpa takut ada yang memperhatikannya bahkan tetesan hujan juga terus berjatuhan semakin banyak dan lebat hingga dengan sekejap mata bisa membuat baju Kesya basah kuyup. Bisakah Kesya mengartikan jika semesta sedang berduka melihat kondisinya yang memilukan ini.

***

Warna jingga mulai menghiasi langit terdengar suara Kokok ayam menyanyi dan menarik Kesya keluar dari alam mimpi. Kesya merasa matanya berat dan tidak bisa terbuka dengan sempurna semua itu pasti karena ia terlalu banyak menangis hingga tanpa sadar tertidur dengan baju yang masih basah kuyup. Tapi Kesya masih berusaha untuk membuka matanya dan menyingkirkan rasa malas serta mengabaikan tubuhnya yang mengigit kedinginan. Kesya mulai mengarahkan punggung tangannya untuk menyentuh keningnya sendiri mengecek suhu tubuhnya dan benar seperti apa yang ia perkirakan jika ia demam dan karena sebab itulah Kesya menggigil kedinginan.

"Aku tidak boleh sakit, Papa membutuhkan banyak biaya," ucap Kesya menyemangati dirinya sendiri. "Mereka bisa memecat saya jika saya tidak masuk bekerja hari ini", gumam Kesya memasuki kamar mandi.

Perusahaan Herlambang Group.

"Apakah kamu berniat bekerja atau tidak. Kenapa kamu belum memakai seragam?!" Bu Rani berteriak pada Kesya dengan lantang, sangking kerasnya suara Bu Rani sampai semua pekerja langsung menatap kearahnya dalam kesunyian.

Bu Rani adalah seorang kepala pelayan di perusahaan Herlambang, tugas Bu Rani adalah mengatur dan juga memberi perintah kepada semua pekerja di bidangnya. Bu Rani dikenal sangat kejam dan juga selalu disiplin, sehingga tidak segan-segan memecat siapapun yang mencari masalah di bawah kepemimpinannya.

"Ma-maaf Bu Rani, baju saya robek tadi malam dan Asisten Andi meminta saya untuk meminta pada Bu Rani seragam baru," kata Kesya pelan dengan tubuhnya gemetar ketakutan.

Kesya semakin menggigil ketika merasakan hawa dingin yang semakin menembus setiap sendi-nya membuat tubuh Kesya semakin lemah tak berdaya. Tapi dia tidak boleh menyerah dengan keadaan ini dan Kesya tetap berusaha bersikap dengan tegap seperti tidak merasakan sakit sama sekali.

Kesya bergidik mengingat adegan ketika seorang pria mabuk merebut ciuman pertamanya di lift semalam. Kesya juga samar-samar bisa mendengar rekan kerja lain berbicara buruk tentang dirinya padahal mereka tidak saling mengenal sebab Kesya baru dua hari bekerja di perusahaan ini.

"Asisten Andi," kata Bu Rani mencoba mengulangi apa yang baru saja dikatakan Kesya dengan nada suara tidak percaya.

"Ya," jawab Kesya dengan suara lemah.

Bu Rani menatap kosong ke arah Kesya sambil menyilangkan tangan di depan dada dan berkata, "Kamu pikir aku bodoh! Bagaimana mungkin pekerja baru sepertimu bisa mengenal Asisten Andi? Sama sekali tidak mungkin! Pasti maksudmu Andi yang lain." Cerocos Bu Rani yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis di depannya sekarang. "Kamu dipecat, cepat keluar dari perusahaan ini. Aku tidak ingin melihat pembohong seperti kamu masih berkeliaran di tempat ini!" Bu Rani berkata dengan lantang dan mantap.

Kesya yang semula menundukkan kepalanya, langsung mendongak saat mendengar akan dipecat. Kesya menjatuhkan lututnya ke lantai dan kemudian memegang kaki Bu Rani saat dia berkata.

"Bu Rani, tolong jangan pecat saya, saya benar-benar tidak berbohong dan semua yang saya katakan adalah benar," keluh Kesya dengan air mata berlinang.

"Lepaskan kakiku. Baru bekerja dua hari saja kamu sudah demam tinggi. Bagaimana mungkin perempuan penyakitan seperti kamu bisa berkerja di sini." Bu Rani dengan kejam malah menghina Kesya. "Kau juga sudah berbohong dengan mengatakan jika Asisten Andi yang menyuruh kamu, kau pikir aku akan percaya dengan kebohongan kamu begitu saja." Keangkuhan Bu Rani tidak bisa menerima penjelasan yang Kesya berikan.

"Bu Rani. Cepat suruh dia keluar dari ruangan ini, atau dia mungkin terkena penyakit menular," kata Liza menatap Kesya dengan tatapan benci.

"Benar apa yang Liza katakan barusan." Kata Gina mendukung apa yang dikatakan Liza.

Kedua wanita itu sejak awal tidak menyukai Kesya, ketika gadis itu masuk ke perusahaan. Kesya sangat cantik meski hanya memakai riasan natural dan juga lipstik tipis di wajahnya bahkan semua pekerja lelaki lainnya sering mencuri pandang kearah Kesya, hal ini semakin membuat rasa benci di hati Liza dan Gina bertambah.

“Bu Rani, lebih baik selidiki dulu apa yang dikatakan Kesya,” tanya Asri kepada Bu Rani.

"Tinggalkan ruangan ini sekarang, atau kamu harus diseret oleh kedua orang itu," Bu Rani mengancam Kesya tanpa perduli dengan usulan Asri barusan. Bu Rani menatap kearah kedua lelaki yang sudah pasti akan menuruti permintaannya dengan suka rela.

“Bu Rani, pertimbangkan apa yang saya katakan tadi,” Asri berkata kepada Bu Rani. Asri tidak begitu mengenal Kesya namun, ia merasa kasihan pada remaja yang jauh lebih muda darinya itu.

"Jika kamu merasa keberatan, kamu sebaiknya pergi dengannya." Ancam Bu Rani pada Asri. Hal itu membuat Asri langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"A-aku akan pergi sendiri," kata Kesya yang tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya.

"Kamu baru lulus SMA, sudah pandai berbohong," kata Bu Rani setelah melihat Kesya keluar dari pintu ruangan ini.

Kesya memegangi kepalanya yang terasa pusing, dia berhenti sejenak dengan satu tangan berpegangan pada dinding. "Tidak apa-apa saya dipecat dari tempat ini, bukankah dari awal saya juga ingin keluar dari perusahaan ini. Saya akan mencari pekerjaan baru dan itu sebabnya saya tidak bisa sakit," pikir Kesya sembari melanjutkan langkahnya.

***

Semua karyawan langsung menundukkan kepala ketika melihat Tuan Geovan dan Asisten Andi baru saja melewati pintu depan perusahaan ini. Andi menatap seorang gadis yang wajahnya sangat familiar baginya, Andi sampai mengerutkan kening mencoba mengingat siapa gadis itu dan dimana mereka bertemu dan akhirnya Andi teringat pada gadis malang yang ketakutan semalam setelah keluar dari lift perusahaan ini.

"Geovan, ini gadis bernasib sial yang hampir kamu nodai tadi malam." Mendengar ucapan Andi langkah Geovan langsung terhenti seperti ada paku yang tiba-tiba menancap di kakinya.

"Apa maksudmu Andi?" tanya Geovan bingung.

"Apakah kamu lupa siapa gadis yang kamu sentuh di lift tadi malam?" Andi bertanya balik.

"Santi, siapa lagi," kata Geovan enteng dan dengan wajah tanpa dosa.

Semua pekerja masih membungkukkan badannya karena dua orang berpengaruh di perusahaan itu masih berdiri di dekat pintu keluar. Kesya terus berjalan dengan kepala tertunduk dengan satu tangan terus memegang kepalanya yang semakin lama semakin berat. Gadis itu tidak menyadari kalau dia berjalan mendekati Geovan dan juga Asisten Andi.

Bu Rani tidak sengaja melihat Kesya semakin mengikis jarak dengan pemilik perusahaan ini pun buru-buru berlari sambil memanggil nama gadis itu dengan kedua tangan yang sudah terkepal erat seolah wanita paruh baya itu berusaha menahan emosinya.

"Kesya, berhenti," kata Bu Rani dengan suara setengah tertahan di tenggorokannya.

Andi dan Geovan menatap Kesya yang masih berjalan mendekati mereka dengan kepala yang tertunduk.

Kesya menghentikan langkahnya dan kemudian mengangkat kepalanya ketika menyadari jika ada sepasang sepatu pantofel hitam yang berjejer dengan sepatu usang miliknya. Kesya mengangkat pandangannya kemudian manik karamel itu menatap kearah wajah lelaki yang bayangannya masih membuat Kesya bergidik ketakutan. Pun Kedua langsung berjalan mundur dengan wajah pucat dan tubuh semakin gemetar antara takut dan kedinginan, Kesya hendak berbalik untuk berlari namun kepalanya terasa berat hingga ia mulai kehilangan kesadaran. Semua pekerja langsung membulatkan kedua bola matanya tak percaya saat melihat Tuan Geovan dengan cepat menyambar tubuh Kesya seakan takut gadis itu jatuh ke lantai marmer perusahaan ini.

Terpopuler

Comments

🍇🐍SitiRohmat🐊⃝⃟🌽☀

🍇🐍SitiRohmat🐊⃝⃟🌽☀

siap2 aja bu rani pasti kamu yg kena amuk oleh asisten andi🤣🤣

2022-09-07

1

囚Mℜﷻzᴵᴼᴺ

囚Mℜﷻzᴵᴼᴺ

semangat key

2022-09-07

1

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

Nahhhh mantap Andi kau megigatkan sama bos geblek mu... yg . mabok...🙄🙄

2022-09-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!